Perjalanan panjang 276 Km. Sempat melintasi jalanan rusak berat, bahkan maut sempat mau merenggut. Namun hanya singgah bertahan 4 jam, lalu kembali pulang setelah acara selesai. Mengapa?
***
Sabtu (17/4) malam mendadak harus mudik ke Purwokerto Jawa Tengah. Sebuah keputusan mendadak. Padahal tahun ini juga dijadwalkan tidak akan mudik lagi pada musim lebaran Idul Fitri. Sama seperti tahun sebelumnya. Apalagi jika karena alasan pembatasan sosial demi terhentinya covid-19. Kebijakan negara selama masa pandemi.
Lebih-lebih regulasi nasional itu ada embel-embel ancaman. Dipecat bagi aparatur sipil negara yang mbalelo tetap mudik pada waktu larangan, 6-17 Mei 2021. Bukan karena ancaman itu saya memilih tak mudik lebaran, tetapi untuk mempercepat pandemi usai di negeri ini. Walau diakui, mudik menjadi momen yang melelahkan segalanya, sekaligus memang menyenangkan.
Keputusan mudik mendadak akhir pekan kemarin ini gara-gara whatsapp group (WAG). Group keluarga besar Purwokerto. Om Bowo, salah satu inisiator diadakan acara silaturahmi dan buka puasa bersama. Semula diadakan Selasa namun diajukan Senin tetapi jadinya Minggu sore. Saya dan isteri pun menghitung dan mempertimbangkan keputusan untuk hadir.
Minggu pagi jam 11 saya dan keluarga akhirnya injak gas menuju Kota Mendoan. Kami memilih jalan pantura non tol, karena yakin masa puasa siang hari jalanan lengang. Setelah menahan haus dan lapar, kami pun sampai di Purwokerto pukul 14.30. Setelah melalui.jalanan Ketanggungan - Songgom Brebes yang rusak berat, berlubang dan terjal. Beruntung selepas itu, ruas jalan Prupuk - Purwokerto relartif mulus dan lancar. Membantu mempercepat perjalanan.
Pukul 17.00 jadwal bukber digelar. Tempatnya keren. Di Hotel Wisata Niaga. Sebuah hotel berbintang di pusat kota. Semula heran mengapa tidak diadakan di salah satu rumah anggota keluarga besar. Namun setelah tiba acara bukber, saya paham mengapa memilih tempat makan di hotel jalan Merdeka ini.
Sedikitnya 26 anggota keluarga berkumpul. Lengkap membawa anak isteri suami bahkan cucu dan mbah. Ada dari keluarga besar Pa Narto (Almh Bu Sri), keluarga besar alm Pak Jafar, keluarga besar Pak Ssrikun (Almh Bu Tuti), keluarga Pak Sugeng Riyadi, keluarga almh Bu Murti. Dan tentu saja keluarga kecil saya, isteri dan tiga anak saya yang lucu-lucu
Mereka duduk berkumpul di meja yang sudah diboking. Satu persatu kita mulai antri mengambil hidangan. Hidangan dengan beragam menu. Mulai menu takjil, snack hingga makan berat. Semua menu tersebar di empat meja berdekatan. Meja takjil, meja sirop dan bubur, meja buah-buahan, meja ragam minuman jus, dan meja menu makan berat.
Menu takjil selain buah kurma, ada jajanan pasar seperti puding, nagasari dan lain-lain. Ditemani wedang teh dan kopi panas. Di meja buah ada potongan buah pepaya dan melon. Di meja sirop ada bubur kacang hitam. Yang super heboh di meja makanan berat. Ada nasi putih, nasi merah, nasi goreng. Sayurnya ada capcay, buncis. Lauknya ada ayam kecap, telor dadar dan ceplok, mendoan, dan lainnya. Ditutup dengan meja ragam jenis krupuk.
Antrian panjang berada di meja makan berat. Semua menu bisa dinikmati dan diambil sekenyangnya. Asal jangan dibungkus dan dibawa pulang. Hampir semua pengunjung mengambil menu dalam jumlah besar. Kapan maning santap bukber dengan harga Rp25 ribu . Karena harga normalnya per orang Rp49 ribu.
Promo serupa dilakukan di banyak tempat kuliner di kota ini. Sehingga banyak keluarga, komunitas atau pasangan yang lagi kasmaran berbondong-bondong bukber di tempat-tempat makan di luar.
Menurut petugas hotel, program bukber merupakan program rutin hotelnya setiap tahun. Namun pada 2020 lalu, sempat ditiadakan karena kasus covid lagi tinggi. Pada tahun ini ada program hemat pada hari terbatas.
Pukul.19.00 acara bukber selesai. Saya dan keluarga melanjutkan perjalanan pulang. Kendati hanya empat jam berada di Purwokerto, namun kebersamaan dalam silaturahmi keluarga besar meninggalkan kesan tersendiri. Lebih-lebih sempat menyampaikan doa buat Lik Minah, saudara yang tengah menjalani operasi di rumah sakit
Perjalanan panjang namun singkat lelahnya menjadi hilang. Walau saat perjalanan pulang ke Cirebon, sekitar pukul 23.00 sekitar jalan Tonjong Brebes insiden kecelakaan hampir menimpa mobil kami. Alhamdulillah Allah Swt masih melindungi perjalanan kami hingga sampai di Kota Cirebon pukul 01.00 dengan sehat dan selamat. (*)