Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) punya tantangan baru. Tantangan di era digital. Ada kendala, ada peluang yang perlu diatasi. Agar IMM bisa terlahir sebagai kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa.
****
Para alumni IMM mulai angkat bicara soal masa depan organisasinya. Tentang nasib juniornya. Kader senior mengingatkan kader junior perihal pekerjaan rumah ikatannya. Ada tantangan, ada hambatan, sekaligus menjadi peluang bagi IMM ke depan.
"IMM harus menyiapkan anggotanya sebagai kader bangsa, kader umat dan kader persyarikatan. Sejak kuliah, kader IMM harus pandai membuka jejaring. Jangan putus komunikasi dengan seniornya," pinta Faozan Amar, kader IMM yang kini menjadi dosen UHAMKA, dan duduk sebagai Sekretaris Lembaga Dakwah Khusua PP Muhammadiyah.
Tak hanya Faozan Amar, S.Ag., MM yang menyampaikan harapan. Beberapa alumni IMM Banyumas Raya lainnya berbagi kiat agar kader IMM tetap eksis di era milenium ini. Kader senior dan junior berjumpa dalam acara Halal Bihalal antargenerasi IMM Banyumas melalui online zoom meeting, 14 Juni 2020 lalu.
Hadir alumni IMM lainnya adalah DR H Suparto, MA., M.Ed, Dekan Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada Sjaiful Safarudin, S.Sos., ME., manajer asuransi PT Allianz Indonesia. Selain itu, tampil juga Anang Fahmi, S.Sos., M.Si, Manajer Kurikulum Baznas Pusat.
Generasi berikutnya adalah Deny Rochman, S.Sos., M.Pd, mantan Ketua Umum PC IMM Banyumas ini, kini sebagai Korwil Pendidikan di Kota Cirebon. Kemudian ada Ilham Nasai, Direktur Kerjasama Luar Negeri Dekopin, dan terakhir hadir Yon Daryono, yang kini sibuk mengurusi Bawaslu Kab. Banyumas. Sebagai moderator, immawan Aan Gunawan.
Bincang virtual digelar oleh PC IMM Banyumas ini diikuti puluhan kader IMM aktif se- Kab. Banyumas. Ketua PC IMM Banyumas M. Ikhwan Abdul mengaku gembira dan berterima kasih atas kesediaan waktu dan berbagi ilmu serta pengalaman para seniornya. IMM Banyumas meliputi kampus Unsoed, UMP, IAIN dan Unwiku.
SIAP KOMPETENSI
Sjaiful Safarudin berpesan kepada kader juniornya. Sebagai kader harus selalu siap dalam kondisi apapun. Pengalamannya membuktikan, dirinya tidak pernah menolak untuk menerima tugas tambahan. Tantangan baru itu membuat dirinya untuk tetap belajar.
"Jangan pernah menolak perintah atasan mengerjakan tugas tambahan. Ini akan menjadi nilai plus kita di mata atasan. Kerjakan dengan ikhlas. Tantangan itu membuat kita akan terus belajar. Suatu ketika jika kita diberikan jabatan perihal bidang itu maka kita sudah siap," ujar sarjana lulusan Fisipol Unsoed ini yang kini tinggal di Jakarta.
Untuk menjadi kader yang siap tantangan masa depan, kader senior Suparto berbagi ilmunya. Menurutnya, kader IMM wajib memiliki kemampuan leadership. Harus punya learning skill, literacy skill, kritis, inovatif, life skill, social skill dan lainnya. Seorang kader dituntun punya sikap flexibility, kemampuan komunikasi.
Anang Fahmi mengingatkan, agar IMM jangan terjebak kerja teoritis. Di era new normal digital, IMM harus siap melakukan perencanaan dan action. Tak harus menunggu berpengalaman untuk melakukan aksi.
Deny Rochman berpesan, kader IMM jangan pernah bosan memperkaya diri dengan ilmu. Petakan kader sesuai basic keilmuan studinya. Susun program kerja sesuai kebutuhan anggota. Tetap responsif dengan isu-isu keumatan dan bangsa. Membangun citra positif ikatan di ranah media massa dan sosial.
Ilham Nasai dan Yon Daryono, keduanya berbagi pengalaman tangangan dunia luar yang mereka alami. Keduanya mengakui, kader ikatan belum banyak berperan di sektor publik. Yon Daryono berkelana di dunia jurnalistik lokal hingga nasional. Menjelajah ke berbagai daerah hingga ke luar negeri. Begitu juga Ilham Nasai. Melalui koperasi, pengalamannya hingga ke luar negeri berbagi dengan kader-kader juniornya. (PaDE)