Oleh: Deny Rochman
Sebanyak 119 orang bersedih, 21 orang bahagia. Mereka adalah guru-guru peserta seleksi guru berprestasi se- Jawa Barat. Selama empat hari berjibaku melalui berbagai tes seleksi. Diselimuti dinginnya kota Lembang Bandung Barat. Jauh dari keluarga dan orang tercinta. Mengorbankan waktu, tenaga dan biaya hanya untuk mengejar asa juara.
Selama empat hari, 2-5 Mei 2018 guru-guru berprestasi dari 27 kota kabupaten bersaing. Bersaing sehat menjadi guru berprestasi tingkat Jawa Barat. Juara satu ditetapkan akan mewakili Jawa Barat di tingkat Nasional Juli mendatang. Seleksi bertempat di Hotel Panorama Lembang tersebut meliputi portofolio, tes tertulis, wawancara dan presentasi PTK/best practice.
Untuk menghasilkan hasil seleksi yang berkualitas terpilih juri-juri yang berkompeten. Mereka adalah dari kalangan mantan guru/pengawas berprestasi, widyaiswara, LPMP, dosen hingga perwakilan organisasi profesi. Untuk juri tingkat SMP adalah DR Hj Yuni (widyaiswara) R. Komarudin Saleh, M.Pd (pengawas), Hj Mila S.Pd., M.Pd (guru).
Menjadi guru berprestasi bukan perkara mudah. Dibandingkan lomba inobel atau OGN, seleksi gupres jauh lebih komplek kriterianya. Itu sudah jadi rahasia umum. Guru-guru hebat mengakui hal itu. Dalam gupres, empat kompetensi yang diuji yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Dokumen portofolio merangkum empat kompetensi tersebut. Portofolio diserahkan kepada panitia lomba di Disdik Jabar pada Jumat 27 April 2018. Dokumen berupa surat keputusan, surat tugas, hingga piagam dan sertifikat. Video, modul atau artikel, jurnal dan karya tulis berupa buku pun tak luput menjadi penilaian.
Secara detail empat kompetensi tersebut diuji detail di hari H. Hari H pelaksanaan seleksi gupres dilalui tiga jenis tes. Tes tertulis, tes presentasi dan wawancara. Tes tertulis 100 soal dikerjakan hari pertama pada malam hari dalam waktu 90 menit. Soal terkait dengan empat kompetensi tersebut.
Pada sesi presentasi, peserta untuk memaparkan hasil penelitian tindakan kelas dalam tiga tahun terakhir. Pada sesi wawancara, peserta banyak ditanya tentang kompetensi kepribadian dan sosial. Untuk dua jenis tes dilalui secara bergantian melalui undian. Yang dipanggil masuk ke ruangan, sisa peserta berada di luar.
Selama empat hari menjalani tes banyak kisah yang dialami peserta. Semula komunikasi mereka keluh dan kaku. Banyak diantara mereka belum saling kenal. Hanya beberapa kawan yang kenal satu daerah, teman kuliah, pernah satu kegiatan dan sebagainya. Beruntung tugas dewan juri untuk menghapal identitas sesama peserta membuat suasana cair.
Di dalam kamar hotel berupa cottage peserta mempersiapkan diri baik keilmuan, fisik maupun mental. Ini penting karena ikuti lomba harus siap menang dan siap kalah. Beragam dokumen dan media pembelajaran mereka bawa. Tak hanya dalam map tetapi box ukuran besar. Begitu repot memang. Tapi harus dijalani untuk bisa tampil menjadi the best.
Sejak awal datang ke lokasi lomba di Hotel Panorama Lembang, mental juara para peserta sudah terlihat. Kekuatan doa selalu menjadi pengiring kegiatan peserta. Dinginnya suhu Lembang tak membuat peserta untuk selalu bertaqorrub ilallah. Asal daerah boleh berbeda, namun doanya tetap sama: menjadi yang terbaik dalam seleksi gupres Jabar.
Sekalipun tujuannya sama namun kemasanya berbeda-beda. Ada peserta yang optimis akan menang. Tetapi ada juga yang terkesan cuek dan masa bodoh, namun hati kecilnya tetap berharap menang. Yang berbahaya, besar angan yang tak terkendali berpotensi pintu masuk bisikan setan. Kekalahan menjadi sesuatu yang menakutkan.
Dilihat skill, potensi semua peserta hampir sama. Mengapa? Karena mereka adalah orang-orang yang terbaik dari kota kabupatennya masing-masing. Yang membedakan masalah bad mood or good mood selama menjalani tes. Maklumlah, tak sedikit peserta yang mengeluh dingin, ngantuk, pusing. Suhu dingin membuat peserta sering bolak balik ke toilet.
Kompetensi sosial peserta boleh dibilang cukup baik. Tak sedikit mereka sudah saling kenal dengan panitia dan dewan juri. Kendati demikian, peluang subyektif dalam penilaian peserta tetap kecil. Instrumen seleksi tampaknya dibuat sedemikian rupa agar menutup celah baper para dewan juri karena kedekatan emosional.
Kekecewaan hasil seleksi bagi yang belum beruntung sangat maklum. Namun keinginan harus menang juga cara berfikir sesat. Apalagi jika sampai ada pihak-pihak membully peserta dengan nilai tak memuaskan. Ketidakpuasan tanpa dasar sesungguhnya kita sudah terjebak pada permainan bisikan setan. Mereka akan selalu senang jika manusia hidup dalam zona amarah.
Di malam terakhir semua peserta terlihat lebih relax. Berbagai tes sudah dilaluinya tanpa kendala serius. Saat malam semua berburu doa, saya malah berburu hantu. Ada penampakan perempuan berambut panjang dengan jubah putih. Saya kaget. Sampe kagetnya hingga terbangun dari tidur. Jarum jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Bergegas saya mengambil air wudlu.
Kini sang juara sudah ditetapkan. Tak ada pilihan lain bagi peserta menerima hasil keputusan dewan juri dengan sportif. Apalagi nilai hasil seleksi diumumkan secara terbuka sampai viral di media sosial. Tinggal kita berdoa, semoga guru berprestasi terpilih mampu membawa nama baik Jawa Barat ditingkat Nasional Juli mendatang. Aamiin. (*)
*Penulis adalah peserta seleksi gupres Jawa Barat asal Kota Cirebon