Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I
Tidak
sedikit orang menyederhanakan tugas dan fungsi guru. Mereka menganggap menjadi
guru cukup bisa bicara di depan para siswa. Padahal menjadi guru sejati mesti
memiliki banyak prasyarat yang harus terpenuhi. Tidak hanya empat kompetensi
dasar yang harus dikuasai seperti harapan pemerintah yaitu pedagogik,
kepribadian, professional dan sosial. Tetapi ada empat ketrampilan guru yang
kerap terlupakan untuk dikuasai dan dilatih.
Empat
ketrampilan guru tersebut antara lain ketrampilan berbicara, menulis, membaca
dan penampilan. Ketrampilan tersebut sangat diperlukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya mendidik, mengajar, membina dan melatih. Sebaliknya jika
guru tidak mampu mengembangkan empat ketrampilan tersebut maka pencapaian hasil
belajarnya dalam mengelola kelas akan kurang optimal.
Pertama
adalah ketrampilan berbicara. Jenis ketrampilan ini tak terpisahkan dari tugas
guru dalam menyampaikan materi pelajaran, nilai dan norma kepada para siswa.
kemampuan komunikasi yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan agar pesan yang
hendak disampaikan guru kepada siswa tersampaikan dengan baik dan sempurna.
Kemampuan guru dalam menjelaskan, bertanya, menjawab, memberi perintah dan
lainnya harus tegas, jelas, singkat dan padat sehingga tidak membingungkan
siswa.
Komunikasi
guru yang memiliki daya pikat bagi siswa harus didukung dengan kemampuan
gesture dan olah vocal yang baik, pengaturan nada dan intonasi ucapan. Layaknya
lagu atau puisi yang indah, atau pidato yang menarik karena ada nada yang
berbeda di setiap bait lirik dan syairnya. Kemampuan bahasa tubuh dan olah
vocal tersebut akan mudah dipahami pesan disampaikan kepada siswa, khususnya
bagi siswa yang memiliki kecerdasan audio dan kenestik.
Kemampuan
menulis menjadi ketrampilan berikutnya yang mesti dikuasai guru. Sebagai
pekerja di dunia intelektual, kegiatan tulis menulis akan dilakoni oleh para
guru. Mulai menyiapkan bahan ajar, perencaan mengajar, memberikan tugas,
melakukan evaluasi, hingga pelaporan kegiatan memerlukan ketrampilan menulis.
Menulis merupakan kegiatan menuangkan ide pemikiran ke dalam media cetak maupun
elektronik. Terlebih guru era kekinian dituntut harus melakukan penelitian
tindakan kelas atau menulis karya ilmiah populer.
Namun
kualitas menulis seorang guru sangat ditentukan dari kualitas dan kuantitas
membacanya. Guru yang tulisannya baik, biasanya habit readingnya juga baik.
Karena untuk menulis yang bernilai tinggi diperlukan bahan tulisan berupa data,
fakta, informasi dan bahasa yang memadai. Jika menulis banyak tetapi guru
tersebut jarang baca, maka dipastikan tulisan itu banyak bohongnya. Sebaliknya
jika bahannya banyak tetapi guru tersebut menulisnya sedikit, maka tulisan itu
banyak bolongnya (tidak lengkap).
Ketrampilan
yang terakhir adalah penampilan atau perilaku guru. Profesi guru itu boleh
dibilang sebagai artis atau pejabat. Bahasa kerennya sebagai public figure.
Makanya istilah guru selalu diterjemahkan, digugu dan ditiru. Ada sisi keteladanan
yang harus ditampilkan oleh guru, baik dari sisi fashion, sikap (kepribadian)
maupun perilaku. Saat melaksanakan tugas guru dituntut berpakaian rapih, bersih
dan wangi. Cara berjalan, tutur kata dan bersikap pun menjadi perhatian para
siswa.
Apa jadinya
dunia pendidikan negeri ini, kalau gurunya saat berbicara sulit dipahami, kala
menulis membingungkan, membaca pun jarang dan penampilannya juga tidak elegan
bahkan terkesan dekil dan kumel. Upaya percepatan peningkatan kualitas
pendidikan anak bangsa akan berjalan lambat bahkan tersendat karena guru tanpa
sadar terjebak dalam rutinitas dan formalitas kegiatan belajar mengajar.
Beragam
ketrampilan guru tersebut memang tidak mudah secara singkat dikuasai. Tetapi
membutuhkan waktu dalam melatih, apakah melatih ketrampilan berbicara, menulis,
membaca dan juga berperilaku. Guru yang mau berproses belajar dalam melatih
empat ketrampilan tersebut maka perlahan tetapi pasti akan terbentuk atau
terpola dengan sendirinya. Karena sifat dasar kemampuan ketrampilan diperlukan
latihan. Misalnya guru ingin tampil di depan siswa menjadi orang yang baik,
maka ia tidak bisa berpura-pura jadi manusia baik, selain pilihannya memang
harus hidup dijalan yang benar.
Sayangnya
empat ketrampilan khusus bagi guru tersebut kurang mendapat perhatian dari
pemerintah apalagi oleh kepala sekolah.
Sangat jarang sekali atau malah belum pernah ada pelatihan khusus
bagaimana teknik berbicara (retorika) di depan audien siswa. Atau pelatihan
menulis secara totalitas, mulai dari tidak bisa menjadi bisa. Apakah teknik
menulis penggunaan bahasa yang baik, bagaimana teknik meresume, hingga
penulisan ilmiah dan teknik membaca cepat dan tepat. Apalagi pelatihan
kepribadian guru, rasa-rasanya terdengarnya aneh ini dilakukan di dunia guru,
sekalipun di lingkungan orang-orang public relation (PR) kegiatan itu hal yang
biasa. (*)
*) Penulis
adalah guru SMP Negeri 4 Kota Cirebon