Cirebon memiliki potensi pariwisata yang luar biasa.
Sebagai kota budaya Cirebon unsur-unsur budayanya memiliki karakteristik yang
unik, seperti sistem ekonomi
perdagangan, makanan, minuman dan jajanan khas, bahasa Cirebon, kesenian
tarling, sintren, burok, tari topeng, dangdut goyang pantura dan sebagainya.
Mata pencaharian pedagang dan nelayan, sistem religi Islam Jawa, sistem
kekerabatan hingga kekuasaan politik sistem kesultanan atau keraton. Sebuah
kota yang unik, berbeda dengan kota-kota di sekitarnya seperti Kuningan,
Majalengka, Indramayu, atau kota-kota perbatasan Jawa Tengah: Brebes, Tegal dan
Purwokerto.
Jika kota ini jika dikelola dengan serius dan
bersungguh-sungguh akan menjadi kota bersejarah yang banyak dikunjungi
wisatawan baik domestik maupun asing. Lebih-lebih secara geografis kota ini
berada di daerah transit penghubung kota-kota di Jawa Barat dengan Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Semua akses transportasi tersedia, baik darat (kereta api,
jalan tol dan kendaraan jalan raya), laut (pelabuhan) dan udara (tersedia
bandara). Diperkuat dengan akses jaringan komunikasi dan informasi yang mudah
dan kian banyak hotel.
Sayangnya potensi besar Cirebon tak mampu mensejajarkan
kota pantura ini dengan kota-kota budaya lainnya. Kurang maksimalnya sektor pariwisata di kota
Cirebon paling tidak bisa dilihat dari indikator-indikator antara lain :
1. Belum
terlihat jumlah kunjungan wisata asing ke kota Cirebon. Di beberapa obyek wisata
dan di jalanan kota Cirebon sangat jarang sekali turis-turis terlihat.
2. Ramainya
kunjungan wisata lokal dari berbagai daerah diluar kota Cirebon ke obyek wisata
di kota ini sifatnya musiman, tidak sepanjang bulan. Itu pun biasanya untuk kota
persinggahan (transit) sebelum ke kota tujuan utama.
3. Jarangnya
kegiatan-kegiatan yang berskala nasional bahkan internasional yang diadakan di
kota Cirebon.
Masih kurang bergairahnya sektor pariwisata kota
Cirebon boleh jadi karena beberapa factor yang mempengaruhinya. Kota ini memang
menghadapi berbagai persoalan yang belum tuntas terkait kebiasaan yang kurang
mendukung terciptanya sebuah kota yang maju dan berkembang.
1. Penataan
kota yang masih belum baik sesuai tata ruang yang ideal, dimana kawasan
pendidikan, perumahan, sarana sosial dan perdagangan.
2. Penataan
pedagang khususnya asongan dan kaki lima yang tidak pernah rapih dan cenderung
semrawut seenaknya sendiri. Tak ada ruas tepi jalan dan trotoar yang aman di
kota ini yang tidak ditempati oleh pedagang, sehingga membuat tidak nyaman bagi
pejalan kaki dan merusak pemandangan.
3. Tidak
terjaga dan terawatnya kota dari sampah-sampah yang tercecer di jalanan dan
menumpuk di sejumlah sudut kota hingga ke sungai-sungai, membuat para
pengunjung tidak nyaman bau tidak sedap dan kotor berpenyakit serta banjir.
4. Tingkat keamanan
di kota Cirebon semakin menipis. Fenomena geng motor, tawuran antar pelajar,
aksi tindak kekerasan dan pencurian menjadi ancaman bagi dunia pariwisata kota
Cirebon. Orang makin was-was ketika harus berpergian malam, di tempat sepia
atau membawa barang berharga.
5. Lalu lintas
kendaraan yang semrawut. Hal itu disebabkan karena pengendara kendaraan tidak
mengindahkan etika berlalu lintas, selain bertambahnya jumlah kendaraan tidak
diimbangi dengan perluasan dan perbaikan sarana jalan.
6. Minimnya
obyek wisata di kota Cirebon, baik dari sisi jumlah maupun penataan, perawatan
dan suasana aman nyaman dan santai. Belum adanya kawasan yang tertata apik dan
terpadu dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung.
7. Kebijakan
pemerintah daerah yang terkesan kurang memperhatikan perkembangan pariwisata di
kota Cirebon dengan berbagai masalah yang menjadi kendala dunia pariwisata di
kota wali tersebut.
Upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi kota Cirebon,
maka pemerintah daerah bersama pihak swasta perlu serius mengembangkan ekonomi
kreatif di sektor pariwisata budaya. Ada sejumlah upaya yang harus dilakukan
dalam menggenjot sektor wisata budaya.
1. Perbaikan,
perbaharui, melengkapi dan menciptakan yang baru berbagai obyek dan
sentra-sentra wisata, baik infrastruktur maupun suprastrukturnya.
2. Menata tata
ruang kota, menjaga kebersihan, kemanan dan menciptakan kenyaman serta
keindahan kota dari sampah, kemacetan dan semrawut, aksi kekerasan, banjir,
3. Merangkul
para seniman, budayawan, tokoh masyarakat, akademisi dan pelaku usaha untuk
menciptakan ide kreatif dan program yang bisa menarik kunjungan wisata.
4. Melakukan
promosi marketing terpadu antara pihak pemerintah dan pelaku usaha (pedagang,
hotel, jasa travel, pendidikan, transportasi dan lainnya) melalui berbagai
media dan acara secara massif baik skala nasional maupun internasional.
5. Menjalin
kerjasama dengan pemerintah daerah di wilayah III Cirebon dalam pengembangan dan
memajukan dunia pariwisata yang saling berkaitan.
6. Pemerintah
daerah memberikan kemudahan dalam kebijakan dunia pariwisata bagi pihak ketiga
tanpa harus melanggar peraturan yang ada.
7. Memberikan
reward dan punishment bagi pihak terkait yang berprestasi atau pun yang
melanggar ketentuan.
Beragam masalah sekaligus solusi tersebut bisa
menjadikan kota Cirebon sebagai kota wisata budaya seperti Yogyakarta atau
Surakarta menjadi kota wisata budaya. Melalui pengembangan pariwisata budaya,
maka akan berdampak pada kehidupan ekonomi masyarakat Cirebon. (*)
*) Tulisan ini materi lomba menulis "Cirebon Kudu Priben" yang diselenggarakan oleh Cirebon About (www.cirebonabout.com) 20 Oktober - 30 Nopember 2015
**) DENY ROCHMAN, guru IPS SMP Negeri 4 Kota Cirebon