Oleh :
D E N Y R O C H
M A N
Guru
SMP Negeri 4 Kota Cirebon
Pernahkah kamu tahu ada ungkapan bahwa jika merokok itu pintu masuk
mencicipi minuman keras, narkoba dan psikotropika (obat-obatan terlarang).
Kalau pacaran itu jalan menuju pergaulan bebas berpotensi mengarah pergaulan
sex bebas (free sex). Nah, mereka
yang punya kebiasaan mencuri lama-lama bisa korupsi. Yah, karena korupsi sama
dengan mengambil hak orang lain baik langsung maupun tidak, baik dengan cara
paksa maupun secara halus. Jika sejak usia sekolah kalian sudah terbiasa
mengambil barang yang bukan haknya di lingkungan sekitarnya, maka dewasa kelak akan
terbiasa dengan korupsi.
Coba kita lihat deh kasus pencurian di sekitar kita. Pelakunya tidak
saja orang tua dewasa, tetapi juga banyak dari kalangan remaja dan anak-anak.
Malahan kasus kriminal tersebut banyak
terjadi di sekolah-sekolah. Beragam jenis barang yang menjadi sasaran, seperti
uang, handphone, laptop, buku teks, buku LKS (Lembar Kerja Siswa), alat tulis,
tas, sepatu sampai alat-alat kebersihan dan pakaian ibadah. Biasanya semakin
tinggi nilai sebuah barang, baik gengsi maupun harga jualnya, maka semakin
sering menjadi target pencurian.
Bagaimana cara mereka mencuri barang tersebut? Beragam modus yang siswa
nakal lakukan dalam melancarkan aksinya. Ada yang berpura-pura pinjam barangnya,
kemudian berpindah-pindah tangan lalu hilang. Kasus lain secara
sembunyi-sembunyi atau diam-diam mengambil barang temannya di dalam tas yang
ditinggal di kelas karena pelajaran di luar kelas. Bahkan beberapa siswa ada yang suka ngutil di
kantin sekolah atau makan minum tidak bayar. Ditemui juga ada siswa yang
meminta paksa (malak) kepada siswa lainnya dalam bentuk uang.
Potret buram kelakuan buruk anak sekolah tersebut memang tidak bisa
dibiarkan. Selain bertentangan dengan peraturan baik norma agama maupun hokum
Negara, juga akan berdampak pada kehancuran keluarga, masyarakat bahkan negara.
Bisa dibayangkan oleh kalian, jika pendudukan sebuah negeri hobi mencuri mau
jadi apa negara tersebut? Pemandangan sehari-hari dalam kehidupan akan diwarnai
keributan, kekerasan dan bisa jadi pembunuhan. Tentu gambaran masyarakat yang
tidak pernah diinginkan oleh kita semua.
GAYA HIDUP
Maraknya kasus pencurian di kalangan siswa diduga terkait dengan gaya
hidup mewah (hedonisme). Hidup dalam serba kecukupan bahkan berlebih apa yang
mereka butuhkan dan inginkan. Memiliki baju yang bagus, punya motor atau
mungkin mobil, handphone berkelas (smartphone),
duit banyak, hidup enjoy tanpa beban dan pergaulan ala anak gaul dan modern.
Bagi sebagian remaja, uang adalah sumber kebahagiaan. Dengan punya banyak duit
mereka bisa memiliki keinginan yang ia perlukan agar status social mereka
sederajat dengan teman-teman sekelompoknya.
Sementara itu orangtua di rumah kondisi ekonominya belum tentu hidup
dalam kecukupan materi. Sekalipun orangtua kalian memiliki harta lebih namun
tetap saja memberikan uang jajan sesuai takaran anak sekolah. Cukup untuk jajan dan ongkos naik angkutan
umum. Diantara keterbatasan uang, ditengah tuntutan gaya hidup glamour, remaja
labil kehilangan akal sehatnya. Keimanan yang dangkal membuat mereka mengambil
jalan pintas agar dirinya tetap eksis dan narsis dalam pergaulan dunianya.
Bekerja sambil belajar bukan menjadi pilihan terbaik bagi mereka karena belum
cukup umur atau bisa merusak gengsi mereka didepan teman-temannya.
Gaya hidup remaja masa kini banyak dipengaruhi oleh media massa
khususnya televisi. Banyak tayangan hiburan, entah itu sinetron, film, reality
show, panggung hiburan menyuguhkan gaya hidup pemborosan, kemewahan, bahkan
percintaan dan kekerasan. Tokoh remaja yang sering ditampilkan adalah sosok
remaja ganteng atau cantik dengan pakaian rapih, bersih dan berkelas. Kehidupan
mereka wara wiri naik turun motor atau mobil mewah dengan menenteng gadget
canggih. Tempat-tempat tongkrongannya pilihan bernuansa modern dan gaul bersama
pacar-pacarnya. Mereka terjebak dalam
kehidupan khayalan alur sinteron yang ditampilkan tanpa melihat kenyataan hidup
sesungguhnya.
POLA PERGAULAN
Hidup di era globalisasi lintas negara menuntut pola pergaulan anak
remaja harus ekstra hati-hati. Efek globalisasi tidak hanya akses informasi dan
komunikasi yang cepat dan bebas, tetapi juga mempengaruhi tradisi, budaya
bahkan agama masyarakat setempat. Repotnya, jika satu budaya bangsa satu dengan
bangsa lain berbeda atau malah berlawanan itu akan berdampak pada benturan dan
pertentangan. Kebiasaan minuman alcohol, merokok atau pacaran misalnya, bagi
bangsa Eropa pada umumnya hal itu sudah biasa. Namun tidak demikian bagi bangsa
Indonesia hal-hal tersebut masih dibatasi oleh norma dan agama.
Ada beberapa cara yang bisa dijadikan pola pendidikan bagi anak. Pertama,
sejak kecil mestinya kalian sudah mengenal ilmu dan kebiasaan keagamaan. Agama merupakan
dasar pembentukan karakter kamu agar dewasa kelak akan sadar akan pentingnya
agama bagi kehidupan. Agama yang tidak saja dipahami dalam bentuk ibadah ritual
seperti sholat, puasa, zakat dan haji
menurut ajaran Islam. Tetapi agama dalam arti menjadi pedoman hidup manusia
dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, berbuat baik kepada sesama
manusia, kepada alam dan kepada Tuhan. Mustahil sepintar apapun manusia jika
tidak dilandasi keimanan agama maka ia akan mudah tergelincir. Ingat, selain
manusia ada syetan yang selalu menggoda manusia untuk sesat dan menyesatkan.
Pendidikan karakter, agama dan pemahaman hukum sejak kecil dan pada
masa sekolah akan membentuk kesadaran anak untuk hidup dalam ketertiban aturan
dimana pun. Ia akan tahu jika melanggar aturan aka nada sanksi yang memberatkan
mereka sehingga berujung kepada ketakutan tidak melakukan. Dengan ilmu dan
pengetahuan yang dipahaminya perlahan akal, jiwa dan kepribadian anak akan
terpola sendirinya seiring dengan waktu. Jika tidak terpola dengan pendidikan
moral yang ada, dalam perkembangan jiwa dan raganya anak akan sulit membedakan
hal buruk dan baik bagi diri dan lingkungannya.
Kedua, pilihlah teman yang dianggap baik oleh banyak orang, baik yang ada di
sekitar rumah kamu maupun di sekolah dan tempat umum lainnya. Karena teman yang
baik akan membawa kamu menjadi anak yang baik. Temannya penjual minyak wangi
maka kita akan wangi, sebaliknya jika temannya tukang oli maka kita akan kotor
terkena oli. Untuk dapat teman baik tidak sulit-sulit amat. Ikuti saja oleh
kalian kegiatan-kegiatan positif yang ada di sekolah seperti kegiatan
ekstrakurikuler atau keagamaan di sekolah. Dalam bersekolah pun kalian harus
pandai-pandai memilihnya jangan asal sekolah karena hal itu akan menentukan
tipe temen kamu seperti apa.
Ketiga, habiskan waktu kamu sehari-hari untuk kegiatan positif. Tetapkan dan
taati jadwal kegiatan setiap hari kamu yang dibuat, dari pagi hingga malam
hari. Jangan biarkan waktu kamu habis untuk hal-hal yang tidak jelas membuat
kamu lalai dan membuang waktu. Misalnya waktunya habis menonton televisi,
jalan-jalan, nongkrong, ngenet, game dan sebagainya. Batasi semua kegiatan yang
tidak berhubungan langsung dengan belajar secara cermat. Sebagai pelajar tugas
utama kalian adalah belajar.
Keempat, biasanya selalu hidup sehat, hemat dan apa adanya, tidak mengada-ada.
Tidak tergoda dengan tren di kalangan remaja, entah itu fashion, gadget, pola
pikir, atau tren yang bisa menghabiskan uang dan waktu kamu. Pahami jika hidup
ini hanya sementara dan simple. Kita berbaju untuk menutup aurat dan
kepantasan. Kita makan untuk bertahan hidup, agar tidak mati kelaparan. Kita
memakai teknologi agar untuk memudahkan aktifitas sesuai kebutuhan. Kita
berbuat baik untuk kebaikan kita agar kita tidak dibenci, dimusuhi atau
dihabisi oleh orang lain. Sesungguhnya tidak rugi menjadi orang baik karena
akan dicintai banyak orang, oleh alam, oleh malaikat dan oleh Tuhan.
Apabila anak remaja paling tidak melakukan empat hal di atas, maka
sebagai generasi penerus bangsa ia akan tumbuh menjadi manusia yang hebat.
Manusia yang mampu mengontrol emosinya, jalan pikirannya dan pergaulannya. Bebas
korupsi, hidup jujur teratur tidak melawan hokum. Manusia yang tidak merugikan
dirinya, keluarga, masyarakatnya dan juga bangsa dan negaranya. Karena
sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi banyak orang dan
orang lain merasa tidak terancam dengan keberadaan kita. Semoga. (*)
*) Tulisan ini syarat pemilihan peserta Workshop Teachersupercamp Pendidikan Anrti Korupsi KPK
di Lembang Bandung awal Nopember 2015.