Oleh :
DENY ROCHMAN
Pemred Majalah Aktualita Remaja
A. Pendahuluan
Menulis merupakan kemampuan dasar manusia modern yang dimiliki banyak ora
ng. Namun menulis yang baik dan enak dibaca banyak orang tidak semua orang memiliki kemampuan ini. Bahkan tidak sedikit mereka mengaku kesulitan untuk mengawali menulis, khususnya bagi penulis pemula seperti yang dialami para jurnalis.
Ada sebagian berpendapat bahwa sebenarnya kemampuan menulis sama mudahnya orang bicara. Bedanya jika bicara produknya dalam bentuk audio, sementara menulis adalam bentuk rangkaian kalimat tertulis di media. Kesamaannya antara bicara dan menulis terletak pada penggunaan bahasa. Pada setiap bicara pasti kita akan mengalami rasa, emosi dan intonasi. Bicara pelan, cepat, keras, lembut, heran, ada jeda dan seterusnya. Berbagai gaya tersebut dalam menulis dalam bentuk tanda baca.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, apalagi dalam sebuah karya jurnalistik, sebuah tulisan melibatkan panca indra. Jadi menulis tidak hanya sekadar aktifitas tangan yang menggoreskan tinta di atas kertas atau hentakan keyboard computer dilayar. Tetapi kemampuan yang memadukan pandangan, pendengaran, penciuman, perasaan, rabaan, pikiran dan hati. Perhatikan sebuah tulisan dibawah ini :
Waktu perlahan beranjak siang. Panasnya sinar matahari mulai terasa membakar kulit. Bau kenal pot kendaraan di jalan sudah menusuk hidung. Namun puluhan mahasiswa masih tetap bertahan berkumpul di depan Kantor Walikota. Mereka terus meneriakkan yel-yel sambil berjingkrak-jingkrak sesama teman pendemo.
“Kawan-kawan semua. Masyarakat sudah bosan dengan janji-janji pemimpin kita yang akan membenahi system penerimaan siswa baru. Buktinya tetap saja setiap tahun ada kecurangan yang menciderai rasa keadilan masyarakat,” teriak seorang mahasiswa dengan tangan mengepal.
Tulisan feature diatas menegaskan bahwa menulis sebuah karya khususnya jurnalistik harus melibatkan panca indra melalui observasi: apa yang kita lihat, dengar, rasa, cium dan raba. Kalimat…terasa membakar kulit (rasa dan raba), bau kenal pot (cium), meneriakkan yel-yel (pendengaran), tangannya mengepal (penglihatan), menciderai rasa keadilan masyakarat (hati) dan sebagainya.
B. Lead Hypnotic Writing
“Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda.” Demikian sebuah pesan iklan yang sering kita dengar. Pesan ini memberi makna kepada kita bahwa hal yang pertama menjadi utama menentukan selanjutnya. Hal sama dalam kita menulis, jika tulisan awal menarik akan merangsang pembaca untuk terus membacanya hingga akhir tulisan. Sebaliknya jika diawal tulisan sudah membosankan maka dipastikan karya tulisan kita langsung dicampakkan. Duh kasihan…
Nah, untuk membuat tulisan yang menarik sangat bergantung pada pemilihan lead (teras) berita atau kalimat paragraph awal yang kita pilih. Ketika lead kita pilih dahsyat sehingga membuat pembaca tidak mau melepas matanya dari deretan huruf dan rangakaian kalimat per kalimat. Karya tulisan itu artinya berhasil menghipnotis pembaca (hypnotic writing).
Banyak pilihan lead untuk beragam penulisan karya jurnalistik. Ada lead untuk tujuan menyentak pembaca, sebagian untuk menggelitik rasa ingin tahu, yang lain mengaduk imajinasi pembaca. Masih ada lead lain yaitu untuk memberi tahu pembaca tentang cerita secara ringkas.
Namun dalam pemilihan lead bagi jurnalis memang tidak mudah. Selain perlu terus latihan namun juga ada rambu-rambu yang bisa memudahkan menulis lead. Dibawah ini paling sedikitnya adalam delapan lead yang bisa menjadi inspirasi awal penulisan feature.
1. Lead ringkasan
Teras tulisan ini sama dipakai dalam penulisan berita langsung (straight news atau hard news) berupa ringkasan isi tulisan seperti dalam rumusan 5 W + 1 H. Lead ini bisa digunakan ketika wartawan dikejar deadline.
Contoh :
Ada orang ketiga di rumah tangga, kalau bukan bikin sewot isteri, ya bikin melotot suami (Tempo 1 Januari 1994)
2. Lead bercerita
Lead jenis ini biasanya disukai oleh penulis fiksi atau novel. Menulis lead menarik dengan menyuguhkan suasana peristiwa yang terjadi. Lead ini biasa digunakan pada tulisan perjalanan atau pertualangan wartawan ke sebuah lokasi.
Contoh :
Kami makan anggur kematian, dan anggur itu lezat. Berair, biru kehitaman, manis dan asam. Mereka menggantung setandan anggur masak di beranda belakang rumah milik Muslim… (Tempo, 27 Maret 1993)
3. Lead deskriptif
Lead ini biasa digunakan untuk menulis profil pribadi karena lead untuk gambaran tokoh atau tempat kejadian.
Contoh:
Wajah Syaiful Rozi sama sekali tidak mengesankan bahwa ia seorang bajak laut. Ia berpembawaan halus, sopan dan ramah. (Tempo, 28 Agustus 1993)
4. Lead kutipan
Kutipan pernyataan nara sumber bisa menjadi lead yang menarik. Terlebih kutipan itu dari pernyataan orang yang terkenal.
Contoh :
“Tangkap hidup atau mati.” Tegas Kapolri Letjen Banurusman. (Tempo, 29 Januari 1994)
5. Lead pertanyaan
Lead ini efektif bila berhasil bila berhasil menantang atau rasa ingin tahu pembaca.
Contoh:
Apa yang membuat sekelompok orang ngotot, menolak pindah rumah ke tempat lain walau rumah sekarang sering kebanjiran?
6. Lead menuding langsung
Lead ini memakai kata “Anda” dalam kalimatnya.
Contohnya:
Bila Anda punya nama Kodian, harap hati-hati. Salah-salah Anda akan kenal cekal. (Tempo, 30 Januari 1993).
7. Lead menggoda
Lead ini untuk mengelabui pembaca dengan cara bergaurau. Tujuannya untuk menggaet pembaca agar mau membaca tulisan sampai akhir.
Contoh :
Angka yang ditunggu-tunggu itu keluar juga: sekitar 50 (Tempo, 4 Januari 1992)
8. Lead nyentrik
Lead jenis ini lebih kepada tulisan imajinatif dan menggunakan majas gaya bahasa.
Contohnya :
Hijau sanyuran
Putihlah susu
Naik harga makanan
Ke langit biru
Tulisan diatas lead untuk menggambarkan kenaikan harga sembako.
- Lead gabungan
Contoh :
“Bukan salahku jika aku sekarang belum mati,” kata Fidel Castro dengan senyum lucu. (Tempo, 7 Mei 1994)
Demikian beberapa lead dalam menulis sebuah feature jurnalistik. namun perlu diingat bahwa dalam menulis lead ada hal yang perlu diperhatikan seperti tulislah dengan ringkas, gunakan kata-kata aktif dan gaetlah pembaca pada beberapa kata pertama lead.
Cirebon, 24 Juli 2012
Sumber bacaan :
Bambang Bujono dan Toriq Hadad, Seandainya Saya Wartawan Tempo, Grafindo, Jakarta, 1996.
Wahyu Wibowo, Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak Dibaca, Gramedia, Jakarta, 2002.
Joe Vitale, Hypnotic Writing, Gramedia, Jakarta, 2008.