SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Mei 23, 2017

INI ALASAN KANG ABIK MENULIS NOVEL ISLAMI

Siapa yang tak kenal dengan novelis ustadz Habiburrahman El-Shirazy. Penulis novel best seller Indonesia yang laris difilmkan tersebut Selasa (23/5) pukul 13.00 berkesempatan hadir di kota Cirebon. Kang Abik, demikian biasa akrab disapa hadir memenuhi undangan Kang Dede Muharam, pengusaha muslim sukses asal Kota Cirebon.  Alumni Univesitas Al Azhar Mesir ini hadir dalam acara Dakwah dengan Pena yang bertempat di Gedung Pertemuan Andalus City Kebon Pelok Kota Cirebon.

Acara yang dipadati para pecinta novel Islami ini dibuka dengan pembacaan ayat suci al Qur’an oleh siswa CIS (Cirebon Islamic School) kemuadian dilanjutkan sambutan dari Kang Dede Muharam (KDM). KDM bercerita jika dirinya dengan kang Abik sudah kenal lama semasa kuliah di Al Azhar Mesir. Pihaknya berharap dengan kemampuan menulis novel dan sinemanya Kang Abik bisa membuat pondok pesantren plus. 


Dalam sesi pembicara utama, kang Abik membeberkan alasan mengapa dirinya memilih menulis novel Islam tidak hanya fokus profesi lain sebagai lulusan universitas ternama di timur tengah tersebut. Novel best seller yang difilmkan adalah Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih selain novel lainnya yang juga laris manis dipasaran. Menurutnya, masih jarang sekali dari kalangan ustadz atau ulama yang berdakwah melalui tulisan membuat novel yang kemudian difilmkan. Padahal tidak sedikit jumlah mereka penikmat buku-buku novel.

“Menulis novel itu hanya sebagai sarana dakwah saja, minimal mereka mengenal dulu Islam itu seperti apa. Sama halnya seperti Sunan Kalijaga yang berdakwah melalui pertunjungan kesenian wayang. Wayang itu sangat digemari masyarakat Jawa kala itu, namun cerita dan tokohnya belum Islami maka oleh Sunan Kalijaga diubah,” tutur Kang Abik semangat menceritakan alasan dirinya menulis novel Islami.

Pria kelahiran 1976 tersebut mengakui tidak gampang berdakwah melalui tulisan novel. Ada rambu-rambu yang harus dipahami penulis seperti hikmah dan sesuai dengan sunnah Rosulullah Saw. Namun demikian dua hal tersebut tidak menganggu daya kreatifitas yang diperlukan dalam berdakwah masa kini. Apalagi banyak novel-novel beredar tidak mengandung nilai-nilai Islami.

Novelis asal Semarang ini mengingatkan, untuk menghasilkan sebuah novel yang berkualitas diperlukan daya kreatifitas. Daya kreatifitas ini akan berkembang ketika kebiasaan belajar masyarakat kita semakin baik. Dengan kreatifitas tersebut maka bangsa ini tidak akan bisa terjajah oleh bangsa lain. Sayangnya kebiasaan belajar masyarakat Indonesia masih kalah jauh dengan masyarakat Barat.

“Saya sudah tiga kali keliling Amerika Serikat. Tidak ada satu pun anak remaja yang terlihat di mall-mall pada saat jam belajar. Jika mereka keluyuran maka siap-siap ditangkap polisi. Hal berbeda dengan di Indonesia, remajanya gak jelas kapan mereka belajar dan kapan mereka main. Perbedaan budaya ini membuat peradaban bangsa kita tertinggal dengan Barat. Misalnya saya pernah berkunjung ke perpustakaan di Amerika. Disana buka hingga 24 jam dengan dipadati mahasiswa yang mengerjakan tugas,” kenang Kang Abik. (pade)