SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Mei 09, 2017

INI ALASAN GURU DAPAT DANA SERTIFIKASI

Membaiknya kesejahteraan guru melalui pemberian dana sertifiksi (tunjangan profesi), membuat ada profesi lain merasa iri. Boleh jadi perasaan itu muncul karena mereka hanya melihat kasus per kasus pekerjaan yang dilakukan guru, tetapi tidak tahu sesungguhnya jika beban tugas guru sangat berat dibandingkan dengan profesi lain. Apa alasan pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru-guru Indonesia?

“Tugas guru itu sangat berat dalam mendidik anak. Jika dokter salah mengobati satu pasien maka dampaknya hanya ke satu orang saja. Tetapi jika guru salah mendidik dan mengajar satu anak saja, bisa salah satu kelas bahkan satu generasi,” ungkap Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud Sumarna Surapranata, Ph.D dihadapan  260 guru se-Indonesia dalam Seminar Nasional Profesionalisme Guru di Swiss-Belhotel Jakarta Pusat, Rabu (10/5).

Menurut jenderal guru ini, karena beratnya tugas guru maka tidak semua orang bisa menjadi guru. Menjadi guru harus orang profesional, orang yang memiliki keahlian dibidangnya. Guru dituntut mempunyi kompetensi guru profesional, paling tidak empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian. Mereka yang menilai guru harus sesuai dengan keilmuannya, tidak sembarang guru.

“Guru fisik tidak bisa dinilai oleh guru matematika karena wadahnya berbeda. Begitu juga sebaliknya dan seterusnya. Guru Bahasa Inggris bisa dinilai oleh guru Bahasa Inggris. Disinilah perlunya senioritas. Untuk itu, agar guru-guru kita profesional maka nilai UKG harus terus meningkat hingga tahun 2019 mencapai nilai rata-rata 8,” tutur pria berdarah sunda ini.

Pejabat humoris ini menegaskan, guru harus memiliki jiwa korsa punya ikatan batin untuk kepentingan bersama. Kepentingan dalam rangka profesionalisme bukan untuk kepentingan politik. Bahkan pria yang akrab disapa Pak Pranata ini mengingatkan guru-guru untuk tidak mengikuti organisasi atau perkumpulan yang berbau politik. Pihaknya mendorong guru untuk mengembangkan organisasi profesi seperti MGMP, KKG dan sejenisnya sebagai wadah karir dan peningkatan profesionalisme.

“Yang terakhir guru harus memiliki tanggung jawab sosial atas profesinya. Ia harus bangga menjadi guru. Karena tanggung jawab sosial inilah tugas guru begitu berat,” tandas Pranata. Dalam kesempatan itu ia berharap agar guru-guru memperbolehkan anak didiknya membawa smartphone di dalam kelas. Asalkan alat teknologi itu digunakan sebagai sumber belajar, bukan untuk keperluan lain.   

Pejabat yang kerap bercanda setiap kali menyampaikan kata sambutan di depan guru-guru. Seperti dalam sambutan pada seminar nasionl kemarin. Guru-guru yang dikerjai kali ini adalah guru-guru Bahasa Inggris yang diminta menyebutkan bahasa Inggris anak kemarin sore. Tentu saja semua guru yang diundang di depan salah karena jawabanya diluar istilah yang biasa. Pada bagian lain, Dirjen GTK ini juga menyinggung soal kesenian daerah, seperti Tari Saman dan Lagu Sasojo dari Papau. (deny)