SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Januari 01, 2016

MENATA KOTA WISATA BUDAYA

Oleh : 
DENY ROCHMAN

Cirebon memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Sebagai kota budaya Cirebon unsur-unsur budayanya memiliki karakteristik yang unik, seperti  sistem ekonomi perdagangan, makanan, minuman dan jajanan khas, bahasa Cirebon, kesenian tarling, sintren, burok, tari topeng, dangdut goyang pantura dan sebagainya. Mata pencaharian pedagang dan nelayan, sistem religi Islam Jawa, sistem kekerabatan hingga kekuasaan politik sistem kesultanan atau keraton. Sebuah kota yang unik, berbeda dengan kota-kota di sekitarnya seperti Kuningan, Majalengka, Indramayu, atau kota-kota perbatasan Jawa Tengah: Brebes, Tegal dan Purwokerto.

Jika kota ini jika dikelola dengan serius dan bersungguh-sungguh akan menjadi kota bersejarah yang banyak dikunjungi wisatawan baik domestik maupun asing. Lebih-lebih secara geografis kota ini berada di daerah transit penghubung kota-kota di Jawa Barat dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Semua akses transportasi tersedia, baik darat (kereta api, jalan tol dan kendaraan jalan raya), laut (pelabuhan) dan udara (tersedia bandara). Diperkuat dengan akses jaringan komunikasi dan informasi yang mudah dan kian banyak hotel.

Sayangnya potensi besar Cirebon tak mampu mensejajarkan kota pantura ini dengan kota-kota budaya lainnya.  Kurang maksimalnya sektor pariwisata di kota Cirebon paling tidak bisa dilihat dari indikator-indikator antara lain :
1.    Belum terlihat jumlah kunjungan wisata asing ke kota Cirebon. Di beberapa obyek wisata dan di jalanan kota Cirebon sangat jarang sekali turis-turis terlihat.
2.  Ramainya kunjungan wisata lokal dari berbagai daerah diluar kota Cirebon ke obyek wisata di kota ini sifatnya musiman, tidak sepanjang bulan. Itu pun biasanya untuk kota persinggahan (transit) sebelum ke kota tujuan utama.
3.      Jarangnya kegiatan-kegiatan yang berskala nasional bahkan internasional yang diadakan di kota Cirebon. 

Masih kurang bergairahnya sektor pariwisata kota Cirebon boleh jadi karena beberapa factor yang mempengaruhinya. Kota ini memang menghadapi berbagai persoalan yang belum tuntas terkait kebiasaan yang kurang mendukung terciptanya sebuah kota yang maju dan berkembang.
1.      Penataan kota yang masih belum baik sesuai tata ruang yang ideal, dimana kawasan pendidikan, perumahan, sarana sosial dan perdagangan.
2.      Penataan pedagang khususnya asongan dan kaki lima yang tidak pernah rapih dan cenderung semrawut seenaknya sendiri. Tak ada ruas tepi jalan dan trotoar yang aman di kota ini yang tidak ditempati oleh pedagang, sehingga membuat tidak nyaman bagi pejalan kaki dan merusak pemandangan.
3.      Tidak terjaga dan terawatnya kota dari sampah-sampah yang tercecer di jalanan dan menumpuk di sejumlah sudut kota hingga ke sungai-sungai, membuat para pengunjung tidak nyaman bau tidak sedap dan kotor berpenyakit serta banjir.
4.      Tingkat keamanan di kota Cirebon semakin menipis. Fenomena geng motor, tawuran antar pelajar, aksi tindak kekerasan dan pencurian menjadi ancaman bagi dunia pariwisata kota Cirebon. Orang makin was-was ketika harus berpergian malam, di tempat sepia atau membawa barang berharga.
5.      Lalu lintas kendaraan yang semrawut. Hal itu disebabkan karena pengendara kendaraan tidak mengindahkan etika berlalu lintas, selain bertambahnya jumlah kendaraan tidak diimbangi dengan perluasan dan perbaikan sarana jalan.
6.      Minimnya obyek wisata di kota Cirebon, baik dari sisi jumlah maupun penataan, perawatan dan suasana aman nyaman dan santai. Belum adanya kawasan yang tertata apik dan terpadu dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung.
7.      Kebijakan pemerintah daerah yang terkesan kurang memperhatikan perkembangan pariwisata di kota Cirebon dengan berbagai masalah yang menjadi kendala dunia pariwisata di kota wali tersebut.  

Upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi kota Cirebon, maka pemerintah daerah bersama pihak swasta perlu serius mengembangkan ekonomi kreatif di sektor pariwisata budaya. Ada sejumlah upaya yang harus dilakukan dalam menggenjot sektor wisata budaya.
1.      Perbaikan, perbaharui, melengkapi dan menciptakan yang baru berbagai obyek dan sentra-sentra wisata, baik infrastruktur maupun suprastrukturnya.
2.      Menata tata ruang kota, menjaga kebersihan, kemanan dan menciptakan kenyaman serta keindahan kota dari sampah, kemacetan dan semrawut, aksi kekerasan, banjir,
3.      Merangkul para seniman, budayawan, tokoh masyarakat, akademisi dan pelaku usaha untuk menciptakan ide kreatif dan program yang bisa menarik kunjungan wisata.
4.      Melakukan promosi marketing terpadu antara pihak pemerintah dan pelaku usaha (pedagang, hotel, jasa travel, pendidikan, transportasi dan lainnya) melalui berbagai media dan acara secara massif baik skala nasional maupun internasional.
5.      Menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah di wilayah III Cirebon dalam pengembangan dan memajukan dunia pariwisata yang saling berkaitan.
6.      Pemerintah daerah memberikan kemudahan dalam kebijakan dunia pariwisata bagi pihak ketiga tanpa harus melanggar peraturan yang ada. 
7.      Memberikan reward dan punishment bagi pihak terkait yang berprestasi atau pun yang melanggar ketentuan.

Beragam masalah sekaligus solusi tersebut bisa menjadikan kota Cirebon sebagai kota wisata budaya seperti Yogyakarta atau Surakarta menjadi kota wisata budaya. Melalui pengembangan pariwisata budaya, maka akan berdampak pada kehidupan ekonomi masyarakat Cirebon. (*)