SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Agustus 26, 2013

BERGURU PROFESIONALISME KE AUSTRALIA

Oleh :
Deny Rochman, S.Sos.,M.Pd

Profesi guru mendadak laris manis diburu banyak orang. Fakultas pendidikan dipadati pendaftar calon mahasiswa. Semua guru, baik negeri maupun swasta ingin menjadi profesional melalui program sertifikasi guru. Sebuah harapan ingin merubah nasib dari “Umar Bakri” (miskin) menjadi “Aburizal Bakrie” (kaya), berkah tunjangan profesi yang kelak diterima pasca kelulusan sertifikasi. Besarnya satu kali gaji guru PNS setiap bulannya. Sebuah kesejahteraan diatas rata-rata yang bikin PNS diluar pendidikan iri ingin menjadi guru.

Bercita-cita menjadi guru profesional sejati memang tidak mudah. Gelar guru profesional melalui program sertifikasi tidak menjamin 100% kualitas guru menjadi simsalabim baik. Butuh waktu untuk belajar, berproses dalam mengajar, perlu kesabaran dalam mendidik, membina dan melatih siswa. Secara normatif, guru profesional harus memenuhi empat kompetensi yaitu akademik, sosial, kepribadian dan profesional. Tapi menjadi guru profesional masih dalam cita-cita luhur bagi pendidik di negeri ini.



POTRET GURU
Sekalipun guru memiliki peran utama dalam dunia pendidikan, namun potret guru Indonesia masih memprihatinkan. Memprihatinkan baik dari kualitasnya masih dinilai rendah maupun pendistribusian guru belum merata di sekolah-sekolah se-Indonesia. Data Kemendiknas tahun 2012 menyebutkan, dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Hal ini akan menghambat proses sertifikasi guru professional yang harus menuntut kualifikasi akademik guru adalah seorang sarjana.

Selain faktor akademik, kemampuan ketrampilan guru dianggap tertinggal, apakah dari sisi penguasaan teknologi komunikasi dan informasi ataupun penguasaan metode, strategi dan teknik mengajar. Kondisi ini berpengaruh kepada kualitas peserta didik.  Belajar siswa didik kita masih pada level kemampuan menghapal dan membaca, tetapi belum pandai dalam memahami dan menganalisis, seperti siswa-siswa pada negara-negara berkembang dan maju lainnya. Belum lagi tingginya angka putus sekolah karena biaya sekolah yang tidak terjangkau kalangan miskin.

Problem pendidikan nasional tersebut membuat peringkat pendidikan negara kita sebagai negara yang luas dan kekayaan alam berlimpah pada posisi yang cukup memalukan. Berdasarkan data Education for All Global Monitoring Report yang dirilis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat indeks pembangunan rendah. Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara dalam Education Development Index. Yang menyakitkan, Indonesia harus puas berada dibawah Negara tetangganya, Malaysia dan Brunai Darusalam.

BERGURU KE AUSTRALIA
Tuntutlah ilmu walaupun hingga ke Australia. Ungkapan ini sungguh tidak berlebihan jika melihat perkembangan pendidikan di negeri Kangoroo ini bagi guru-guru Indonesia. Tuntutan profesionalitas pekerjaan membuat guru harus berbenah diri dalam peningkatan kualitas kompetensinya. Dengan kunjungan tersebut komparasi dengan negara yang lebih awal maju pendidikannya, diharapkan menjadi motivasi dan inspirasi guru Jawa Barat dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Mencerdaskan melalui pembelajaran yang memanusiakan manusia dengan dukungan teknologi terkini.

Pemerintah Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan propinsi tersebut mengirimkan 267 guru-guru pendidikan dasar (SMP/SD) untuk mengikuti pelatihan ke Australia. Termasuk di dalamnya guru-guru dari Kota Cirebon, setelah mereka mengikuti proses seleksi mulai dari tingkat kota hingga se- Jawa Barat di Bandung. Program pelatihan guru di Adelaide Australia ini dengan nama Training Management for Teachers selama tiga pekan dikirim dalam enam kloter hingga Nopember mendatang.

Australia, sekalipun dekat dengan Indonesia, namun pendidikan negara ini masuk dalam kategori Best in The World.  Data Education for All Global Monitoring Report 2011 UNESCO menyebutkan, Australia berada peringkat ke-15 dari 20 negara yang tingkat pendidikannya tertinggi di dunia. Bahkan kota Melbourne Australia menurut survai versi QS World University Rankings tahun 2012 sebagai kota pendidikan terbaik di dunia setelah Paris (Perancis), London (Inggris) dan Boston (Amerika).

Tingginya angka putus sekolah di Indonesia akibat biaya pendidikan yang tidak terjangkau oleh masyarakat kurang mampu. Mengatasi masalah anak putus sekolah, Pemerintah Australia mewajibkan anak usia sekolah harus sekolah. Pemerintah tidak segan-segan memberikan sanksi kepada orangtua jika anaknya tidak sekolah, malas atau bolos sekolah. Masalah biaya sekolah, negara federal ini menanggung seluruh biaya pendidikan sekolah. Bahkan siswa diberikan uang saku dan menabungnya.

Dalam manajemen pendidikan di negara berpenduduk majemuk tersebut selain sumber dana dari pemerintah pusat sebagian lagi tanggung oleh setiap negara bagian. Termasuk dalam pengelolaan infrastruktur pendidikan serta peningkatan kualitas dan pendistribusian tenaga pendidik (guru). Negara yang memiliki luas wilayah 7.792.000 itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya sangat pesat. Penataan kota dan masyarakatnya sangat baik, kendati Negara ini beragam budaya (multi kultural). Cara mengajar guru kepada siswa memperhatikan seluruh potensi yang dimiliki siswa (multiple intellegence), satu hal yang masih langka diterapkan di Indonesia.

KESIMPULAN
Membenahi kualitas pendidikan Indonesia harus diawali pembenahan kualitas guru-gurunya. Karena guru merupakan aktor utama dalam proses kegiatan belajar di sekolah. Disini perlunya melahirkan guru-guru yang profesional, yang kompeten sesuai yang diharapkan. Untuk meningkatkan profesionalitas tersebut maka guru jangan berhenti belajar. Belajar dari beragam sumber, satu diantaranya adalah berguru langsung ke negara yang dinilai lebih maju dalam bidang pendidikan, seperti Australia.

Keberhasilan pendidikan Australia sudah diakui dunia. Maka, melakukan studi banding ke Australia merupakan sebuah kebutuhan bagi guru-guru Indonesia. Terlebih Australia dan Indonesia memiliki kesamaan masyarakat yang heterogen. Dengan perkembangan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat baik. Kunjungan guru-guru Jawa Barat ke Australia akan memberikan dampak positif bagi perkembangan sekolah di tanah air. Semoga! (*)

*) Penulis adalah guru SMPN 4 Kota Cirebon,
Peserta Training Management for Teachers Australia.
(dipublish Radar Cirebon Selasa 2o\0 Agustus 2013)