SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

April 24, 2017

Menulis Yang Penting Happy, Yang Penting Pede

Oleh Ari Kinoysan Wulandari 27 Mei 2012 pukul 12:05

Yang Penting Happy, Yang Penting Pede --- merupakan dua slogan yang sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Demikian juga seharusnya saat kita menulis. Entah sudah berapa kali saya mengatakan bahwa yang paling penting bagi seseorang dalam menulis adalah menulis yang disukainyamenulis yang dikuasainya. Ketika kita menulis apa yang kita sukai, akan menimbulkan rasa senang dan happy untuk menyelesaikan. Ketika kita menulis apa yang kita kuasai, akan menimbulkan rasa bangga dan pede untuk menuangkannya. Pikirkan betul dua hal ini sebelum menulis.

Dua hal itu pula yang menyebabkan semua persoalan TIDAK HAPPY dan TIDAK PEDE dalam menulis. Bagaimana kita bisa happy kalau kita tidak menyukai bidang yang kita tulis? Bagaimana kita bisa pede kalau kita tidak menguasai bidang yang kita tulis?
Sekarang yang menjadi pertanyaan besar, bagaimana kita bisa tahu apa yang kita sukai dan apa yang kita kuasai?


TULISAN YANG KITA SUKAI:
Ketika kita senang pada satu jenis tulisan tertentu, kita akan bersedia melakukan hal-hal berikut ini.
1. Bila dalam kondisi lelah pun kita tetap mau menuliskannya.
2. Bila terasa kurang lengkap, kurang pas, kita mau mencari/menggali lebih dalam tentang materi yang berkaitan.
3. Tidak ada rasa jenuh meskipun kita sudah lewat 4 jam menuliskannya.
4. Memiliki semangat dan passion yang kuat terhadap materi tersebut.
5. Dapat melihat sesuatu yang berbeda dalam materi tersebut.
6. Kita langsung connect dengan materi tersebut di mana pun berada.
7. Pengennya mengetahui semua hal tentang materi tersebut.
8. Bisa membicarakan materi tersebut selama berjam-jam.
9. Mau mencari informasi lebih dan perkembangan tentang materi tersebut.
10. Mau tulisan kita diobrak-abrik, dikritik tajam, revisi habis-habisan, kita tetap semangat 45 untuk memperbaikinya sampai “terbaca” dengan “baik”.

Nah, kalau kita punya 1 keadaan saja dari apa yang saya sebutkan, maka sebenarnya kita sudah suka pada materi tertentu. Kalau sudah begitu, teruskan saja. Maka menulis di manapun, kapanpun, dalam kondisi apapun, kita tetap akan happy.

TULISAN YANG KITA KUASAI:
Tulisan yang kita kuasai, secara otomatis akan membuat kita pede dalam menulis. Sebenarnya batasan kita menguasai materi tulisan itu seperti apa? Begini aturan simpelnya.
  1. Bila tanpa membaca referensi pun kita bisa menjelaskan materi yang akan kita tulis.
  2. Kita bisa mengisahkan berulang materi yang sama dengan berbagai sudut pandang yang berbeda.
  3. Kita mengalami langsung atau praktisi di bidang yang kita tulis.
  4. Memiliki rasa dan kesan yang mendalam terhadap materi yang akan kita tulis.
  5. Apa yang kita tulis tersebut telah menjadi “keseharian” kita. Jadi, mau dengan mata tertutup (tidak perlu pihak lain, referensi) kita telah bisa menuliskannya dengan cermat dan detail.
  6. Ahli berdasarkan ilmu pengetahuan yang telah mendapatkan validasi; seperti dokter, apoteker, peneliti, ahli bahasa, dll.
  7. Memahami konsep-konsep yang kita tulis secara mendasar, intinya apa, urgensi dan dasar penalarannya apa.
  8. Kita terbiasa melakukannya, meskipun tidak memiliki “landasan teori” secara umum atau teori yang telah dibukukan. Misalnya; entrepeneur sukses, karena melakukan a,b,c,d, dst... tetapi tidak sesuai dengan teori entrepeneur yang diajarkan di bangku pendidikan.
  9. Wawasan dan referensi yang luas mengenai bidang tersebut.
  10. Mendengar/mendapatkan sesuatu langsung dari sumbernya; misalnya menuliskan biografi, kisah sukses, dll. dari narasumber langsung.

Kalau kita memiliki kriteria tersebut (boleh 1 saja), sebenarnya kita sudah boleh dibilang menguasai bidang tersebut. Nah, kalau sudah begitu, biasanya menulis itu langsung pede, dan tidak terlalu ambil pusing dengan “apa kata orang”.

CARA HAPPY DAN PEDE DALAM MENULIS
Lalu bagaimana caranya agar kita selalu happy dan pede dalam menulis?

  1. Menulis itu sangat gampang. Yang penting bagaimana kita mengumpulkan data-data saat kita hendak menulis. Ini berlaku untuk tulisan apapun, baik fiksi maupun nonfiksi. Baik buku maupun skenario. Meskipun menulis fiksi, anda juga harus memastikan bahwa tulisan anda “tidak salah” secara konsep.
  2. Tuliskan saja semua yang anda peroleh dalam pengumpulan data secara benar. Tidak usah pikirkan bahasa saya benar atau salah, yang penting data yang dimasukkan benar dan menyeluruh sesuai kepentingan.
  3. Tuliskan semuanya dengan “cara anda sendiri” sampai selesai. Jangan pernah mengikuti cara penulisan orang lain. Tidak usah pikirkan orang lain, yang penting anda senang, anda mampu menyelesaikannya.
  4. Biarkan tulisan anda mengendap 1-2 hari. Tidak usah dipikirkan, tidak usah dibahas.
  5. Cari orang terpercaya, untuk membaca dan memberi masukan.
  6. Perbaiki sesuai masukan orang terpercaya dan pemikiran anda sendiri.
  7. Bila anda sedang memiliki kelebihan uang, cari ahlinya untuk memeriksa tulisan anda. Bisa editor freelance, bisa ahli-ahli yang menyediakan layanan jasa pemeriksaan tulisan.
  8. Bila tidak ingin membayar, cari orang lain lagi yang bisa “membaca” yang gemar membaca untuk memberi masukan dari sudut pandang pembaca.
  9. Perbaiki dan cek seluruh kebenaran maupun tata penulisan dari buku-buku yang membahas tulisan. Minta sahabat dekat untuk membantu pemeriksaan.
10.  Jangan pernah menunggu sempurna untuk mengirimkan naskah ke media atau penerbit. Kalau ditolak, itu lebih bagus karena anda sudah memiliki modal untuk beranjak diterima.

Simpelnya, jangan banyak berpikir, jangan banyak memikirkan “apa kata orang” tentang tulisan anda, menulis saja sampai selesai, lalu ikuti prosedur publikasi atau penerbitan naskah, maka lambat laun anda akan terbiasa menulis dengan happy dan pede.


Ari Kinoysan Wulandari
Yogyakarta, 27 Mei 2012