SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

September 04, 2016

PROGRAM LITERASI RESMI DITERAPKAN DI SMPN 4 KOTA CIREBON

Spenpat menggeliat. Sebanyak 1500 siswa, ditambah guru dan karyawan SMP Negeri 4 Kota Cirebon mulai bergerak. Mulai awal September 2016 ini secara resmi sekolah berprestasi tersebut menjalankan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), implementasi  kebijakan Pemerintah mulai Pusat, Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Cirebon. 
Kebijakan nasional dengan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tersebut gerakan literasi dilakukan di sekolah dalam tiga tahap yaitu pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Di Jawa Barat, gerakan perubahan tersebut dikemas dalam program West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC). Sebuah tantangan membaca dan menulis dari Gubernur Jawa Barat minimal 24 buah buku dalam 10 bulan. Tantangan serupa diberikan oleh Walikota Cirebon Drs Nasrudin Azis SH kepada siswa kota Cirebon melalui program Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC). 


Secara resmi deklarasi gerakan literasi di SMP Negeri 4 Kota Cirebon dilakukan pada hari Sabtu 3 September 2016 di sekolah setempat oleh kepala sekolah H Elang Tomy Iplaludin, S.Pd,. MM. Penerapan budaya membaca dan menulis di sekolah jalan pemuda 16 tersebut dimulai dengan kegiatan Readathon, membaca dan menulis senyap (dalam hati) selama 42 menit melibatkan seluruh siswa, guru dan staf tata usaha di halaman sekolah.
“Kami sangat mendukung gerakan ini. Program ini sebagai bagian upaya kami dalam meningkatkan kualitas akademik putera puteri kami. Dengan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dan wawasan anak didik kian bertambah dan meluas,” ungkap Kepala Sekolah H Elang Tomy Iplaludin, S.Pd,. MM yang diwakilkan oleh Wakasek Sarana Prasarana Tedi Mardiyanto, S.Pd. Dalam kesempatan itu secara simbolis menyerahkan sejumlah buku bacaan dan Pin literasi kepada siswa peserta komunitas literasi sekolah tersebut.
 Tedi melanjutkan, pola budaya literasi yang dijalankan sekolahnya dalam dua model. Model pertama dari Kemdikbud yaitu pola pembiasaan membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar di mulai pagi hari. Sementara untuk pola pengembangan budaya literasi dilakukan melalui program WJLRC dengan membentuk komunitas literasi sekolah.
“Untuk tahap pembiasaan 15 menit sebelum belajar, seluruh siswa membaca kita suci berikut terjemahan secara massal di kelasnya masing-masing. Ini dilakukan karena budaya membaca kitab suci sudah berjalan lama di sekolah ini. Sedangkan untuk tahap pengembangan akan dibentuk kelompok komunitas literasi sekolah dibawah bimbingan guru-guru terpilih,” tutur Tedi Mardiyanto yang dibenarkan Wakasek Kurikulum Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.
Deny Rochman menambahkan, pihaknya sudah menentukan delapan guru pembimbing komunitas literasi. Guru-guru tersebut akan membimbing siswa di kelompoknya masing-masing selama 10 bulan mulai September 2016 hingga Juni 2017. Para siswa secara terjadwal akan membaca, menulis reviu hingga presentasi dan mendiskusikan buku yang mereka baca. Hasil kegiatan itu akan dikirim secara periodik ke Dinas Pendidikan Jawa Barat melalui website literasinya.
“Mereka yang dinilai berhasil minimal membaca, menulis dan diskusi 24 buah buku dalam 10 bulan maka akan mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Walikota Cirebon Nasrudin Azis. Untuk tingkat Jawa Barat penghargaan diberikan pada saat kegiatan Jambore Literasi pada tahun 2017 di Sumedang. Penghargaan serupa akan diperoleh guru jika siswa bimbingannya bisa mencapai target,” urai Deny.

Delapan guru pembimbing tersebut memiliki latar belakang kompetensi mata pelajaran berbeda. Mereka antara lain Yeti Heryati, S.Pd, Tayanti Dewi Utari, S.Pd (Bahasa Inggris), Ipah Latifah, S.Pd, Dra Rodianah, M.Pd, Rina Anggraeni, S.Pd, Suratmi, S.Pd, Suhartinah, Am.Pd (Bahasa Indonesia) dan Oom Istikomariah, S.Psi (Bimbingan Konseling).