SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Mei 12, 2016

GELEM MACA TRADE MARK WONG CIREBON


Oleh :
Deny Rochman, S.Sos.,M.Pd.I

Mendengar istilah Gelem Maca sejak awal telinga  saya mulai tertarik. Saya pikir sebutan itu memang punya makna sesungguhnya, yang dalam bahasa Indonesia maknanya “mau baca”. Ternyata istilah itu punya pengertian panjang yaitu Gerakan Literasi Masyarakat Kota Cirebon. Sebuah gerakan komunitas yang ingin menumbuhkan semangat belajar membaca dan menulis tingkat tinggi (mahir).

Di level sekolah, gerakan ini dalam bentuk program bernama Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC). Sebuah kegiatan menantang para siswa dalam membaca dan menulis review buku yang mereka baca dalam waktu tertentu. Semakin banyak buku yang direview maka semakin terbuka kesempatan mendapatkan penghargaan medali dari pemerintah.

Komunitas Gelem Maca boleh dibilang sebagai trade mark-nya wong (orang) Cirebon. Mengapa? Karena di daerah lain di Jawa Barat komunitas gerakan literasi beragam namanya. Seperti di Bogor ada istilah KAGUM singkatan dari Komunitas Gemar Menulis dan Membaca. Atau LRCKB yaitu Kegiatan meningkatkan kemampuan literacy siswa di Kabupaten Bandung.

"Ide liar" kawan-kawan deklarator kota Cirebon tentang komunitas Gelem Maca boleh diacungin jempol. Ide awal tersebut kemudian dikukuhkan menjadi identitas resmi komunitas yang akan menggerakan gerakan literasi berbasis di sekolah-sekolah. Nama komunitas tersebut, ibarat sebuah produk komersil sudah memenuhi citra rasa, identitas dan emosional yang klik buat orang Cirebon.

MERK PEMBEDA
Ibarat sebagai produk, Gelem Maca memiliki nilai  diferensiasi dengan komunitas serupa di kota kabupaten lain. Perbedaan ini sangat penting agar melekat identitas tersebut lebih dikenal dari merek lainnya. Sama halnya seperti nama orang, jika namana sama betapa sulitnya orang untuk mengenali satu dengan yang lainnya.

Dalam perspektif bisnis, menurut Jaya Setiabudi dalam bukunya “Kitab Anti bangkrut”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat branding (merk) sehingga mudah kenal yakni (1) Sesuai target pasar; (2) Terasosiasi oleh differensiasi; (3) Menghindari singkatan konsonan; (4) Hindari penggunaan angka; (5) Bikin aneh dan nyeleneh; dan (6) Mudah diucap dan diingat.

Sementara itu Rustan dalam  tulisan berjudul Cara Membuat Nama Merk di situs excellent-branding.com menjelaskan tujuh hal yang perlu diperhatikan. Pertama, penggunaan bahasa disesuaikan dengan masyarakat setempat. Kedua, unik dan orisinil. Kesamaan nama akan menimbulkan kebingungan bahkan bisa jadi menjadi boomerang bagi perusahaan anda.

Ketiga, singkat. Tujuannya adalah memudahkan untuk diingat. Keempat, Tidak mirip dengan kata lain, baik ditulis maupun di ucapkan, sehingga tidak membuatnya menjadi ambigu dan menimbulkan salah pengertian. Kelima, tidak mengandung konotasi yang negatif karena ini akan berpengaruh pada brand image. Keenam, fleksibel sehingga memiliki jangka waktu yang panjang dan tidak perlu dirubah-rubah mengikuti perkembangan jaman.

Ketujuh, tetap jelas dan menarik ketika di visualkan dalam bentuk logo atau digabungkan dengan bentuk visual lainnya. Ini akan sangat membantu ketika produk anda dipasarkan keluar negeri. Meskipun nama bisa saja anda rubah pada beberapa negara, bentuk visual akan membantu brand anda untuk tetap dikenali sebagai brand yang sama.

Secara teori branding tersebut, Gelem Maca memiliki originalitas yang unik, singkat, mudah diucap, diingat dan menarik, menjadi membedakan komunitas literasi di kota Cirebon dengan kota-kota lainnya. Dilihat dari sisi bahasa, Gelem Maca lebih Cirebon banget karena dalam bahasa Cirebon Gelem Maca itu punya arti Mau Baca. Sehingga memiliki nilai ikatan emosional dengan orang-orang Cirebon.  

Sebagai sebuah merek, salah satu produk Gelem Maca adalah Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC). Sebuah program literasi turunan dari program West Java LEADER'S READING CHALLENGE yang sudah diuji coba di tingkat Jawa Barat sejak tahun 2012. Program yang mengadopsi dan diadaptasi dari program serupa yang sudah dan berhasil diterapkan di sekolah-sekolah Adelaide Australia Selatan. (*)