SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

September 29, 2015

PEMBELAJARAN BERBASIS KORAN

 Oleh :
Deny Rochman, S.Sos.,M.Pd.I

Menjadi guru memang tak cukup bermodal nilai akademik (IPK) yang besar. Tetapi juga harus mampu mengemas materi pelajaran menjadi sesuatu yang mudah, menarik bahkan mungkin unik disampaikan kepada peserta didik di kelas. Salah satunya seorang guru harus kreatif dalam mencari metode dan media pembelajaran sehingga ilmu pengetahuan yang disampaikan bisa tepat sasaran sesuai target pembelajaran.

Memilih media pembelajaran boleh dikata gampang-gampang susah. Gampang karena di era digital seperti sekarang pilihan media pembelajaran semakin mudah termasuk media pembelajaran berbasis teknologi komputer. Namun jika pembelajaran hanya menggunakan media tunggal maka kegiatan belajar mengajar terasa monoton. Disinilah perlunya media pembelajaran alternatif dan variatif agar pembelajaran lebih fresh dan menyenangkan.

Surat kabar sebagai media massa bisa dijadikan sebagai media sekaligus sumber pembelajaran guru-guru di sekolah. Sekalipun pemanfaatan surat kabar sebagai sumber pembelajaran bukan barang baru, namun belum digunakan secara optimal. Banyak orang beranggapan, jika pemanfaatan surat kabar sebagai media pembelajaran selalu berkonotasi dalam bentuk kliping koran. Padahal lebih jauh dari itu bisa digunakan sebagai pembelajaran lintas mata pelajaran.

MEDIA FAKTUAL
Pemanfaatan surat kabar atau koran sebagai sumber dan media pembelajaran tentu memiliki alasan relevan dengan mata pelajaran yang diberikan. Tidak hanya mata pelajaran kelompok ilmu sosial tetapi juga ilmu sains. Pasalnya rubrikasi atau kolom terdapat dalam surat kabar isinya beragam, sesuai fakta dan kebutuhan masyarakat. Begitu juga ilmu yang dipelajari siswa adalah ilmu yang akan digunakan di dalam masyarakat.

Lebih-lebih bagi kelompok ilmu sosial, media koran bisa dimanfaatkan dengan baik dalam proses pembelajaran di kelas. Mata pelajaran IPS misalnya, selama ini dikenal sebagai synthetic science, dimana konsep, generalisasi dan temuan-temuan penelitiannya ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi. Artinya, dalam pengajaran selain harus mensistesiskan konsep-konsep sesama rumpun ilmu sosial, juga perlu dimasukan unsur-unsur pendidikan, pembangunan dan masalah sosial dalam masyarakat.

Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat dapat ditentukan dalam liputan (exposure) media massa, karena media diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan pendekatan ini, siswa diajak belajar langsung dan konkret tentang kehidupan masyarakat dengan berbagai macam persoalan, seperti yang menjadi obyek pelajaran ilmu sosial.

Pemberian contoh kasus dalam dunia pendidikan sangat penting, karena siswa diberikan gambaran konkret realitas kehidupan yang tengah terjadi pada masanya. Bukankah siswa sekolah agar mereka mampu menjadi problem solver masalah yang mereka akan hadapi kelak? Tetapi bandingkan dengan contoh-contoh kasus yang tertera dalam buku-buku teks pelajaran adalah kasus-kasus lama yang saat ini bisa jadi tidak terjadi lagi. Terlebih kehidupan ini yang sangat dinamis, tidak saja kehidupan masyarakat tetapi juga alam dan lingkungan yang terus berubah, menuntut para guru dan siswa pun bisa antisipatif.

Wilbur Schramm memberikan alasan keunggulan media massa, pertama pesan media dirancang menarik perhatian pembaca. Kedua, pesan pengungkapkan isyarat pengalaman yang sama dari pembaca, sehingga mereka mudah memahami. Ketiga pesan dapat membangkitkan kebutuhan pribadi pembaca, sekaligus menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Dan keempat, pesan media dalam menawarkan suatu tujuan yang relevan dengan situasi menyeluruh dimana kelompok pembaca berada.

POLA BELAJAR
Keberhasilan belajar siswa dilihat dalam pencapaian standar kompetensi yang sudah ditetapkan dalam kurikulum. Secara umum dalam setiap kegiatan belajar seorang anak harus memenuhi tiga ranah sesuai taksnonomi Bloom. Tiga ranah tersebut adalah kognitif (berfikir), psikomotor (gerak tubuh) dan afektif (emosi/perasaan).  Pembelajaran berbasis koran harus memiliki relevansi dalam mengukur kemampuan tiga domain siswa tersebut.

Dalam pembelajaran IPS misalnya, khususnya dalam bab penyimpangan sosial, guru bisa menggunakan koran sebagai media sekaligus sumber pembelajaran. Setiap siswa diperintahkan untuk menyiapkan guntingan berita kriminal dari surat kabar, khususnya yang terbit di daerahnya atau koran nasional yang dijumpai ada berita yang terdekat dengan sekolah anak. Penentuan ini perlu akan siswa lebih mengenal seputar kejadian di daerahnya dan bisa menyentuh sisi emosionalnya seperti simpati, empati, waspada dan lainnya.

Pemilihan koran sebaiknya dicari koran yang terbaru terbitnya atau disesuaikan dengan edisi terbitan dengan tema yang sedang dibahas. Jadi tidak harus koran terbitan terbaru jika itu akan menjadi hambatan bagi guru dan siswa dalam pengadaannya. Setelah mendapatkan berita kriminal maka siswa akan melakukan identifikasi masalah, contohnya jenis penyimpangan apa yang terjadi dalam berita tersebut, siapa pelakunya dan korbannya, apa penyebabnya, mengapa terjadi, bagaimana akibatnya, bagaimana solusinya dan seterusnya.

Dengan pembelajaran berbasis koran tersebut siswa akan lebih tertarik dan menarik tema, metode dan media pembelajaran yang diangkat oleh gurunya. Menurut Melvin L. Silberman dalam bukunya berjudul Active Learning, dengan kegiatan belajar aktif siswa harus menggunakan otaknya untuk mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Dengan koran, mereka bukan semata persoalan menceritakan atau menuangkan informasi tetapi belajar membuahkan hasil bagi kehidupannya. Melalui koran, meminjam perspektif filsafat kontruktivisme, siswa dituntut membentuk pengetahuan mereka dengan membaca, mengamati, berfikir, menguraikan dan memberikan solusi terhadap fakta dan data yang ada di dalan lingkungan sosial yang dipotret oleh surat kabar. (*)

*) Penulis adalah guru IPS SMP Negeri 4 Kota Cirebon