SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

September 29, 2015

JANGAN MENJADI GURU KETEK


Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I

Siapa bilang menjadi guru itu gampang? Menjadi guru gampang-gampang susah. Gampang karena bagi orang awam memahami pekerjaan guru dianggap hanya bermodal bisa ngomong di depan kelas.  Bisa membuat soal dan menilai hasil belajar siswa. Susahnya, untuk menjadi guru sejati bahkan guru profesional ada banyak prasyarat yang harus terpenuhi, tidak hanya syarat formal tetapi juga syarat non formal.

Syarat guru professional yang ditetapkan pemerintah paling tidak memiliki empat kompetensi,. Kompetensi tersebut antara lain kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. Jika dikerucutkan lagi, kompetensi guru yang wajib dikuasai adalah kompetensi pedagogik dan kepribadian. Mengapa hanya dua kompetensi wajib? Sederhana saja. Siswa yang pintar karena didik oleh guru yang pintar. Siswa yang baik karena didik oleh guru yang baik.


Nah, selain dua kompetensi wajib tersebut, seorang guru harus dilengkapi dengan kompetensi pendukung. Seiring dengan perkembangan jaman, kompetensi pendukung ini kemudian dipadangan harus dimiliki oleh seorang guru professional. Kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan ragam media termasuk media teknologi komunikasi dan informasi, seperti media elektronik digital dan internet. Guru jangan sampai menjadi “ketek”, ketinggalan teknologi.

Mengapa harus internet? Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menutut guru harus terus meng-up date kemampuan dirinya. Sebagai manusia pembelajar guru harus tidak pernah puas dengan penguasaan ilmu yang dimilikinya. Karena seorang pengajar jangan pernah berhenti belajar. Perkembangan tersebut disadari maupun tidak berpengaruh terhadap peserta didik di sekolah.

Silahkan cek kemampuan teknologi komunikasi dan informasi anak-anak usia sekolah. Hampir setiap siswa sudah kenal bahkan akrab dengan dunia jejaring social internet. Mesin pencarian seperti google, yahoo dan sejenisnya menjadi sumber informasi baru dan utama bagi mereka ketimbang orangtua bahkan guru-gurunya. Jika orangtua dan guru-gurunya tidak memperkaya diri dengan kemampuan teknologi, apa jadinya perkembangan anak ke depan ditengah derasanya beragam informasi di internet baik positif maupun negative.

Sekalipun perkembangan teknologi sangat pesat, namun sayangnya banyak guru yang sudah sangat jauh tertinggal dengan lompatan kemajuan iptek tersebut. Teknologi yang ada belum mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk pendidikan bagi anak. Malahan tanpa disadari guru-guru pun menjadi “korban” dampak negative teknologi. Mereka sering menghabiskan waktunya membahagiakan diri di dunia jejaring social. Menikmati berbagai hiburan yang disediakan televisi, media cetak, radio dan lebih-lebih internet yang semakin mudah diaskes melalui handphone berbasis android.

Sementara itu dalam waktu bersamaan, para siswa mereka juga terlelap dalam dunianya, menikmati kemudahan komunikasi dan informasi internet dimana pun dan kapan pun. Jika ditanya berbagai layanan fasilitas internet, mereka sangat fasih menyebut satu persatu, apakah layanan internet berbasis informasi teks, foto, video maupun perpaduan ketiganya.

Hal yang perlu diwaspadai kebebasan dan kemudahan pemanfaatan akses informasi media internet oleh siswa tersebut semakin sulit terpantau secara ketat. Ini mengingat perkembangan perangkat teknologi informasi komunikasi sangat dinamis. Baik dinamis dari sisi software aplikasi maupun hardware perangkat kerasnya yang kini kian simple berbentuk tablet (tab) dan smartphone. Inilah yang menjadi tantangan guru-guru di Indonesia, termasuk orangtua di rumah. Ketika mereka mengenal dunia internet, paling tidak bisa memantau pergaulan anak-anaknya sehingga meminimalisir dampak negative bagi perkembangan kognitif dan moral anak.

Perkembangan dunia teknologi informasi komunikasi belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh guru-guru dalam menjalankan profesinya. Kendala ini tentu dipengaruhi banyak variable, seperti kemalasan guru dalam meng-up date kompetensi, sarana media pembelajaran berbasis teknologi yang tidak tersedia di sekolah, dikotomi mata pelajaran jika masalah teknologi urusan guru computer, terbatasnya pelatihan pembelajaran berbasis internet dan multimedia.

Upaya Smartfren yang menggandeng Radar Cirebon dalam mengadakan Workshop Internet Cerdas belum lama ini di Kota Cirebon merupakan kegiatan yang patut diapresiasi oleh pemerintah. Melalui kegiatan tersebut guru-guru dikenalkan teknologi terbaru dunia telekomunikasi internet, seperti jaringan internet 4G LTE dan beragam fasilitas layanan internet bagi dunia pendidikan. Ke depan pemerintah dengan menggandeng provider jasa telekomunikasi lain bisa memberikan pelatihan-pelatihan pembelajaran berbasis teknologi komunikasi dan informasi. Jadi, jangan sampai jadi guru ketek, ketinggalan teknologi. Semoga!

*) Penulis adalah Wakasek Kurikulum SMP Negeri 4 Kota Cirebon