SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Desember 27, 2023

HARI IBU, HARI BERKABUNG KELUARGA

*Caimslmtatmslsm2an Akhir Perjalanan Hi3dup Ibunda Sumioh (part-3)
Setelah menjalan7fzi pemeriksaan medis secara komputerisasi, maka padka Jumat 22 Desemiber 2023 p
ukul 21.10 pihak RSUD Waled menyatakan jika pasien atas nama Ibu Sumiah (Mioh) dinyatakan meninggal dunia. Innalillahi wainnailahi rojiuun. Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.

Mendengar kabar duka dari tim medis membuat suasana kebatinan kami bertiga anak-anaknya tak karu-karuan. Antara sedih atau lega melepas kepergian ibu. Sedih karena harus kehilangan kembali satu-satunya orang tua kami yang tersisa. Setelah ayahanda kami, Iing Sanusin berpulang lebih awal pada 21 Januari 2003. Persis bertempatan dengan hari lahir aku pada saat masih bekerja sebagai jurnalis.

Aku merasa sedih, karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk ibu. Dalam merawat dan membahagiakannya di masa tua, di masa sakitnya. Bahkan sebagai manusia biasa aku kadang terjebak pada perasaan emosional saat situasi tertentu kala mengurus ibu. 
Perasaan yang sama ketika ayahanda wafat tahun 2003 silam. Wafat diusia yang masih produktif 60 tahun. Kanker paru-paru yang dideritanya tak bisa tertolong. Kami anak-anaknya merasa belum berbuat maksimal. Hanya menunggu takdir Sang Kuasa. Padahal kehidupan ekonomi aku saat itu mulai tumbuh bisa sedikit membantu orang tua yang sakit.

Di sisi lain ada rasa lega ibu tiada. Karena rasa sakit berkepanjangan akan hilang. Selama 16 tahun harus bergelut dengan sakit diabet, yang datang dan pergi setiap waktu. Penyakit yang akhirnya memporakporandakan sistem kekebalan tubuhnya. Menggempur organ ginjal hingga tak berfungsi. Berujung kepada kematian ibunda.
Masih kuat dalam ingatanku, bagaimana perjuangan ibu untuk bertahan hidup. Menjalani aktifitas harian, memenuhi kebutuhannya. Sifat ibu yang biasa hidup mandiri. Orangnya suka ga enakan. Maka itu terbentuk karakter pada usia tuanya. Makan minum, mandi, berjalan dengan kursi roda, bahkan untuk keperluan buang hajat memaksa untuk dilakukan sendiri. 

Sesekali terlontar kata-kata maaf kepada asisten rumah tangga kami. Karena keterbatasannya harus merepotkan mereka. Sehingga harus dibantu dalam segala aktifitas harian. Seperti mendorong kursi roda, menyiapkan makanan, bahkan menyuapinya. Masa-masa saat ibu sudah dalam keterbatasan fisiknya beberapa tahun di akhir hayatnya.
Rasa lega terselip dalam duka ini karena ibu wafat pada hari mulia, hari Jumat. Yang dianggap hari baik. Apalagi bersamaan dengan peringatan Hari Ibu nasional. Harapan kebahagiaan, menurut satu riwayat hadist, bagi muslim/mah yang wafat pada hari Jumat akan terbebas dari siksa kubur. Waalahu'alam. Semoga aja. Aamiin.

Rasa plong dalam pikiranku, setelah beberapa menit ibu dibacakan ayat-ayat suci Al Qur'an. Masa-masa pergulatan akhir sakaratul maut, syetan terus berusaha mengajak manusia ke jalan sesatnya. Semoga lantunan ayat-ayat suci membentengin jiwa, hati dan pikiran ibu selalu istiqomah mengenal agamanya. Aamiin.
Hujan yang mengiringi sebelum kepergian ibu di rumah sakit. Hujan yang membasahi pemakaman ibu malam harinya. Semoga ini petanda baik bahwa alam menyambut ibu sebagai penduduk baru alam kubur. 

Setelah divonis ibu wafat, jenazah segera diibawa ke rumah duka di Blok Cigaok Desa Lemahabang Kulon Kab. Cirebon. Adik ke-8 datang ke RS tak lama ibu wafat, kembali lagi ke rumah untuk menyiapkan lokasi penyambutan. 
Dengan kendaraan ambulan rumah sakit, jenazah ibu tiba di rumah duka sekitar pukul 22.30. Aku dan adik bungsu, yang sejak ashar di rumah sakit mengawal dengan kendaraan terpisah. Sementara di dalam ambulan adik ke-7 menemani jenazah ibu hingga ke tujuan.

Tetangga, teman, saudara dan petugas desa bahu membahu memproses pengurusan jenazah. Diputuskan malam itu langsung dimandikan. Emak petugas pengurus jenazah alhamdulillah bisa hadir walau sudah larut malam dan rumahnya di tetangga desa. Sejumlah anak mantu perempuan dilibatkan dalam proses pemandian.

Pagi-pagi tim gali makan sudah bekerja. Sementara satu persatu para pelayat berdatangan. Memenuhi kursi-kursi tersedia. Silih berganti menyalami keluarga. Mereka datang dari para tetangga, saudara, teman, rekan kerja, organisasi, baik semasa ibu hidup, maupun kolega anak-anaknya. 
Pukul 08.30 jenazah ibu mulai diberangkatkan. Khotbah kematian disampaikan oleh ustazd Rojudin, yang juga ketua Majelis Tabligh PCM Lemahabang. Hadir bersama pengurus unit Unzah ustadz Kholiq. Ini diluar rencana awal, karena lebe desa mendadak mengurus kematian di blok sebelah. 

Dengan berjalan kaki ramai-ramai, silih berganti anak-anaknya mengangkat keranda mayit. Diringi warga lainnya. Mengantarkan jenazah ibunda di tempat peristirahatan terakhir di TPU Tabet. Kakak ke-1 dan 2 membantu memasukin jenazah ke liat lahat. Usai pemakaman, malam hari internal keluarga melaksanakan baca surat yassin bersama di rumah duka. (Bersambung part-4)