SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Februari 14, 2016

EMPAT KETRAMPILAN GURU YANG TERABAIKAN

Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I

Tidak sedikit orang menyederhanakan tugas dan fungsi guru. Mereka menganggap menjadi guru cukup bisa bicara di depan para siswa. Padahal menjadi guru sejati mesti memiliki banyak prasyarat yang harus terpenuhi. Tidak hanya empat kompetensi dasar yang harus dikuasai seperti harapan pemerintah yaitu pedagogik, kepribadian, professional dan sosial. Tetapi ada empat ketrampilan guru yang kerap terlupakan untuk dikuasai dan dilatih.

Empat ketrampilan guru tersebut antara lain ketrampilan berbicara, menulis, membaca dan penampilan. Ketrampilan tersebut sangat diperlukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya mendidik, mengajar, membina dan melatih. Sebaliknya jika guru tidak mampu mengembangkan empat ketrampilan tersebut maka pencapaian hasil belajarnya dalam mengelola kelas akan kurang optimal.


Pertama adalah ketrampilan berbicara. Jenis ketrampilan ini tak terpisahkan dari tugas guru dalam menyampaikan materi pelajaran, nilai dan norma kepada para siswa. kemampuan komunikasi yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan agar pesan yang hendak disampaikan guru kepada siswa tersampaikan dengan baik dan sempurna. Kemampuan guru dalam menjelaskan, bertanya, menjawab, memberi perintah dan lainnya harus tegas, jelas, singkat dan padat sehingga tidak membingungkan siswa.

Komunikasi guru yang memiliki daya pikat bagi siswa harus didukung dengan kemampuan gesture dan olah vocal yang baik, pengaturan nada dan intonasi ucapan. Layaknya lagu atau puisi yang indah, atau pidato yang menarik karena ada nada yang berbeda di setiap bait lirik dan syairnya. Kemampuan bahasa tubuh dan olah vocal tersebut akan mudah dipahami pesan disampaikan kepada siswa, khususnya bagi siswa yang memiliki kecerdasan audio dan kenestik.
 
Kemampuan menulis menjadi ketrampilan berikutnya yang mesti dikuasai guru. Sebagai pekerja di dunia intelektual, kegiatan tulis menulis akan dilakoni oleh para guru. Mulai menyiapkan bahan ajar, perencaan mengajar, memberikan tugas, melakukan evaluasi, hingga pelaporan kegiatan memerlukan ketrampilan menulis. Menulis merupakan kegiatan menuangkan ide pemikiran ke dalam media cetak maupun elektronik. Terlebih guru era kekinian dituntut harus melakukan penelitian tindakan kelas atau menulis karya ilmiah populer.

Namun kualitas menulis seorang guru sangat ditentukan dari kualitas dan kuantitas membacanya. Guru yang tulisannya baik, biasanya habit readingnya juga baik. Karena untuk menulis yang bernilai tinggi diperlukan bahan tulisan berupa data, fakta, informasi dan bahasa yang memadai. Jika menulis banyak tetapi guru tersebut jarang baca, maka dipastikan tulisan itu banyak bohongnya. Sebaliknya jika bahannya banyak tetapi guru tersebut menulisnya sedikit, maka tulisan itu banyak bolongnya (tidak lengkap). 

Ketrampilan yang terakhir adalah penampilan atau perilaku guru. Profesi guru itu boleh dibilang sebagai artis atau pejabat. Bahasa kerennya sebagai public figure. Makanya istilah guru selalu diterjemahkan, digugu dan ditiru. Ada sisi keteladanan yang harus ditampilkan oleh guru, baik dari sisi fashion, sikap (kepribadian) maupun perilaku. Saat melaksanakan tugas guru dituntut berpakaian rapih, bersih dan wangi. Cara berjalan, tutur kata dan bersikap pun menjadi perhatian para siswa.

Apa jadinya dunia pendidikan negeri ini, kalau gurunya saat berbicara sulit dipahami, kala menulis membingungkan, membaca pun jarang dan penampilannya juga tidak elegan bahkan terkesan dekil dan kumel. Upaya percepatan peningkatan kualitas pendidikan anak bangsa akan berjalan lambat bahkan tersendat karena guru tanpa sadar terjebak dalam rutinitas dan formalitas kegiatan belajar mengajar.

Beragam ketrampilan guru tersebut memang tidak mudah secara singkat dikuasai. Tetapi membutuhkan waktu dalam melatih, apakah melatih ketrampilan berbicara, menulis, membaca dan juga berperilaku. Guru yang mau berproses belajar dalam melatih empat ketrampilan tersebut maka perlahan tetapi pasti akan terbentuk atau terpola dengan sendirinya. Karena sifat dasar kemampuan ketrampilan diperlukan latihan. Misalnya guru ingin tampil di depan siswa menjadi orang yang baik, maka ia tidak bisa berpura-pura jadi manusia baik, selain pilihannya memang harus hidup dijalan yang benar.

Sayangnya empat ketrampilan khusus bagi guru tersebut kurang mendapat perhatian dari pemerintah apalagi oleh kepala sekolah.  Sangat jarang sekali atau malah belum pernah ada pelatihan khusus bagaimana teknik berbicara (retorika) di depan audien siswa. Atau pelatihan menulis secara totalitas, mulai dari tidak bisa menjadi bisa. Apakah teknik menulis penggunaan bahasa yang baik, bagaimana teknik meresume, hingga penulisan ilmiah dan teknik membaca cepat dan tepat. Apalagi pelatihan kepribadian guru, rasa-rasanya terdengarnya aneh ini dilakukan di dunia guru, sekalipun di lingkungan orang-orang public relation (PR) kegiatan itu hal yang biasa. (*)

 *) Penulis adalah guru SMP Negeri 4 Kota Cirebon