SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

November 08, 2010

PERAN PENCAK SILAT DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ATLET*)

Oleh : Deny Rochman, S.Sos**)

A. Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh Allah Swt terdiri dari unsur jasmani (fisik) dan rohani (psikis). Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Jika jasmani bersifat kasar, bisa diraba, sedangkan rohani bersifat halus, sulit diraba. Unsur rohani sering disebut dengan ruh (jiwa), nafs (nyawa), qalbu (hati/nurani), aqal (pikiran) dan hawa (nafsu). Dari dua unsur tersebut, manakah yang paling dominan mempengaruhi manusia?

Syaltout berpendapat bahwa ruh adalah suatu kekuatan yang dapat menyebabkan adanya kehidupan pada makhluk seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Ruh pada diri manusia disamping dapat memberikan kehidupan juga memberikan kemampuan kepada manusia untuk merasa dan berpikir.

Dalam surah al-Hijr ayat 28-29 Allah berfirman:
“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat: Sungguh Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurkan ruh (ciptaan) Ku ke dalamnya maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
Hakekat ruh sulit ditangkap tetapi keberadaannya dapat dirasakan. Ruh adalah sumber kemanusiaan. Manusia merasa senang, cinta, benci, marah, bahagia, gembira, bermoral, berakhlak, mempunyai rasa malu dan beradab, semuanya adalah akibat dari adanya ruh yang ditiupkan Allah pada tubuh manusia.
B. Falsafah Pencak Silat dan Tapak Suci
Falsafah pencak silat disimbolkan dengan senjata pencak silat nasional (IPSI) berupa Trisula yang ujungnya tiga runcing. Filosofi Trisula bahwa pencak silat memiliki unsur seni, beladiri dan olahraga, dan gagangnya mewakili unsur mental-spiritual. Unsur seni menampilkan gerakan silat sarat dengan keindahan. Unsur beladiri berfungsi untuk melindungi diri atau orang lain dari gangguan atau kejahatan dari pihak lain. Unsur olahraga bahwa pencak silat bertujuan untuk kesehatan tubuh (badan). Sementara unsur mental spiritual bahwa pencak silat mampu membentuk kepribadian manusia yang baik, berbudi pekerti, tidak sombong dan peduli dengan orang lain.
Pola keseimbangan unsur pencak silat tersebut seiring dengan ajaran ilmu beladiri Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Hal ini bisa dilihat dari tata cara upacara tradisi Tapak Suci, makna lambang, ikrar siswa hingga motto perguruan. Motto perguruan yang berbunyi “Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, Tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi Lemah” menyimpan kekuatan supranatural (power of God) dalam diri pesilat Tapak Suci. Makna iman meliputi rukun iman sebanyak enam butir. Sedangkan akhlak sama dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku yang terpuji.
Ajaran Tapak Suci seperti ini membuat perguruan silat modern ini mengembangkan nilai-nilai keislaman dalam dunia persilatan yang memperhatikan aspek mental spiritual, namun tetap memperhatikan kekuatan fisik, ketrampilan teknik dan taktik dalam bertarung. Pola ini yang ditekankan dalam pembinaan dan melatih atlet, meliputi aspek fisik, teknik, taktik dan mental.
C. Kepribadian dan Prestasi Pesilat
Kepribadian identik dengan karakter, watak, tabiat atau perilaku yang dimiliki oleh seseorang. Kepribadian yang terpancar dari seorang pesilat, khususnya Tapak Suci memiliki kekhasan tersendiri. Pesilat Tapak Suci tidak boleh sombong, tetapi harus percaya diri dan terbuka (jujur), suka berteman tapi menjauhi permusuhan dan prasangka. Memiliki motivasi berprestasi dan belajar, namun tidak emosional, stress, cemas, agresif dalam menghadapi situasi tertentu.
Tempaan dalam pendidikan pencak silat, khususnya mereka yang terbiasa naik turun panggung pertandingan, akanmembentuk karakter yang kuat terhadap atlet tersebut. Mereka akan biasa hidup rendah stress, cemas atau emosional dan motivasi rendah apalagi putus asa. Selama ini mereka terbiasa dalam latihan yang penuh “tekanan”, baik selama proses latihan maupun dalam menghadapi lawan tanding. Kebiasaan ini akan membentuk kepribadian pesilat tersebut dalam menjalani kehidupan diluar arena.
Terbentuknya kepribadian pesilat yang tangguh sehingga meraih puncak prestasi tentu membutuhkan proses waktu dan pola pembinaan yang terarah. Problem yang paling sulit dihadapi atlet adalah ketika kecemasan menderanya sebelum pertandingan dimulai. Kecemasan ini jika tidak bisa diatasi maka akan menurunkan motivasi tetapi melahirkan ketegangan psikis atlet. Disinilah perlunya rileksasi dan berfikir positif. Karena puncak prestasi akan tercapai jika ada keseimbangan fisik dan psikis. (*)
*) Disampaikan dalam Ujian Kenaikan
Tingkat Siswa Tapak Suci 6-7 Nopember 2010
di Komplek Perguruan Lemahabang Kab. Cirebon

**) Penulis adalah kader kepala Tapak Suci Kab. Cirebon

Referensi :
Oong Maryono, 1998, Pencak Silat Merentang Waktu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Singgih D. Gunarsa dkk, 1996, Psikologi Olahraga: Teori dan Praktek, BPK Gunung Mulia, Jakarta.