Desember 01, 2016
WALIKOTA: JANGAN ADA PNS DITEKAN
November 27, 2016
PRESIDEN INGATKAN GURU PENGARUH ASING
November 26, 2016
PROFESI GURU MASIH RENTAN

rofesi, pekerjaan guru masih relatif muda dibandingkan profesi-profesi lainnya di Indonesia. Tantangan guru kedepan adalah memperbaiki mentalitas, talenta, kemampuan akademik termasuk profesionalisme organisasi profesi. Profesionalisme menjadi kunci kemajuan pendidikan Indonesia.
November 23, 2016
GURU SMPN 4 CIREBON LOLOS KE FINAL

RIBUAN GTK BERSAING DI SIMPOSIUM NASIONAL

Oktober 25, 2016
KADISDIK DAPAT HADIAH TAS SEKOLAH
Oktober 23, 2016
JURI LOMBA DISKUSI SULIT MEMUTUSKAN PEMENANG
DUA SEKOLAH UNGGUL LOMBA RANKING 1
Oktober 20, 2016
TAMPIL PERDANA LOMBA DISKUSI LITERASI
KARYA LITERASI KOTA CIREBON TAMPILKAN DI MALL

September 04, 2016
PROGRAM LITERASI RESMI DITERAPKAN DI SMPN 4 KOTA CIREBON

GLS DAN WJLC BERSAMAAN DITERAPKAN
Assalamu’alaikum wr. wb.

Agustus 21, 2016
MENYAMBUT GELOMBANG TSUNAMI LITERASI
PERPUSTAKAAN AGAR DIINPUT DALAM DAPODIK
MENJAGA API LITERASI

MENANTI KESUKSESAN LITERASI

Agustus 18, 2016
LITERASI KEMAMPUAN ABAD XXI

Agustus 11, 2016
SISWA PUAS, GURU LEMAS
Agustus 10, 2016
GURU DIMINTA TULARKAN ENERGI POSITIF

LITERASI KUNCI DAYA SAING BANGSA

"Jika kita ingin bersaing dengan negara lain, literasi itu nomor satu yang harus kita benahi.Dan itu hanya bapak ibu guru yangg bisa lakukan karena Propinsi (Disdik, red) tidak melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar),” tutur Kabid Firman Adam dihadapan peserta Workshop Literasi Sekolah Perintis SMP se- Jawa Barat angkatan 11 dan 12, Senin (8/8). Kegiatan workshop berlangsung selama tiga hari di Hotel Zamrud Kota Cirebon.
Agustus 06, 2016
YUK... BELAJAR MENULIS BERITA
Agustus 05, 2016
SEJARAH GERAKAN LITERASI DI JAWA BARAT

BUKU MAMPU MENGUBAH PERADABAN

KADISDIK TANTANG SEKOLAH PERINTIS

AUSTRALIA AKAN HADIRI JAMBORE LITERASI
Agustus 04, 2016
UNIKNYA WORKSHOP DI HOTEL ARTIS

MANUSIA MAKHLUK LITERASI

Juli 21, 2016
MENGUJI INTEGRITAS TRAINER

Yah menjadi seorang trainer, terlebih dalam gerakan literasi sekolah (GLS) diperlukan sebuah integritas diri. Mengapa? Integritas merupakan antara ucapakan, sikap dan tindakan sejalan berdasarkan nilai dan prinsip sebagai wujud komitmen dan konsisten berlandarkan pada kejujuran, kebenaran, idealisme dan profesional. Apa jadinya jika sebuah kegiatan dilaksanakan tanpa dilandasi integritas diri?
Juli 17, 2016
TEKNIK MENYUNTING TULISAN

Juli 12, 2016
PERUBAHAN KURTILAS REVISI
Juli 11, 2016
SEJARAH LAHIRNYA TAHLILAN
SEJARAH LAHIRNYA TAHLILAN DALAM UPACARA KEMATIAN, KHUSUSNYA DI TANAH JAWA, INDONESIA.
(Tulisan ini tidak bertujuan untuk menohok pihak tertentu, tapi sebagai kajian ilmu agar kita paham sejarah lahirnya upacara tahilan. Setelah membaca ini silahkan beribadah menurut keyakinannya masing-masing)
Perintis, pelopor dan pembuka pertama penyiaran serta pengembangan Islam di Pulau Jawa adalah para ulama/mubaligh yang berjumlah sembilan, yang populer dengan sebuatan Wali Songo. Atas perjuangan mereka, berhasil mendirikan sebuah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berpusat di Demak, Jawa Tengah.
Para ulama yang sembilan dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam di tanah Jawa yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha mendapat kesulitan dalam membuang adat istiadat upacara keagamaan lama bagi mereka yang telah masuk Islam.
Para ulama yang sembilan (Wali Songo) dalam menangguangi masalah adat istiadat lama bagi mereka yang telah masuk Islam terbagi menjadi dua aliran yaitu ALIRAN GIRI dan ALIRAN TUBAN.
ALIRAN GIRI adalah suatu aliran yang dipimpin oleh Raden Paku (Sunan Giri) dengan para pendukung Raden Rahmat (Sunan Ampel), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan lain-lain.
Aliran ini dalam masalah ibadah sama sekali tidak mengenal kompromi dengan ajaran Budha, Hindu, keyakinan animisme dan dinamisme. Orang yang dengan suka rela masuk Islam lewat aliran ini, harus mau membuang jauh-jauh segala adat istiadat lama yang bertentangan dengan syari'at Islam tanpa reserve. Karena murninya aliran dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam, maka aliran ini disebut ISLAM PUTIH.
Adapun ALIRAN TUBAN adalah suatu aliran yang dipimpin oleh R.M. Syahid (Sunan Kalijaga) yang didukung oleh Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Djati.
Aliran ini sangat moderat, mereka membiarkan dahulu terhadap pengikutnya yang mengerjakan adat istiadat upacara keagamaan lama yang sudah mendarah daging sulit dibuang, yang penting mereka mau memeluk Islam. Agar mereka jangan terlalu jauh menyimpang dari syari'at Islam. Maka para wali aliran Tuban berusaha agar adat istiadat Budha, Hindu, animisme dan dinamisme diwarnai keislaman. Karena moderatnya aliran ini maka pengikutnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengikut aliran Giri yang "radikal". aliran ini sangat disorot oleh aliran Giri karena dituduh mencampur adukan syari'at Islam dengan agama lain. Maka aliran ini dicap sebagai aliran Islam abangan.
Dengan ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Kitab Brahmana. Sebuah kitab yang isinya mengatur tata cara pelaksanaan kurban, sajian-sajian untuk menyembah dewa-dewa dan upacara menghormati roh-roh untuk menghormati orang yang telah mati (nenek moyang) ada aturan yang disebut Yajna Besar dan Yajna Kecil.
Yajna Besar dibagi menjadi dua bagian yaitu Hafiryayajna dan Somayjna. Somayjna adalah upacara khusus untuk orang-orang tertentu. Adapun Hafiryayajna untuk semua orang.
Hafiryayajna terbagi menjadi empat bagian yaitu : Aghnidheya, Pinda Pitre Yajna, Catur masya, dan Aghrain. Dari empat macam tersebut ada satu yang sangat berat dibuang sampai sekarang bagi orang yang sudah masuk Islam adalah upacara Pinda Pitre Yajna yaitu suatu upacara menghormati roh-roh orang yang sudah mati.
Dalam upacara Pinda Pitre Yajna, ada suatu keyakinan bahwa manusia setelah mati, sebelum memasuki karman, yakni menjelma lahir kembali kedunia ada yang menjadi dewa, manusia, binatang dan bahkan menjelma menjadi batu, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup, dari 1-7 hari roh tersebut masih berada dilingkungan rumah keluarganya. Pada hari ke 40, 100, 1000 dari kematiannya, roh tersebut datang lagi ke rumah keluarganya. Maka dari itu, pada hari-hari tersebut harus diadakan upacara saji-sajian dan bacaan mantera-mantera serta nyanyian suci untuk memohon kepada dewa-dewa agar rohnya si fulan menjalani karma menjadi manusia yang baik, jangan menjadi yang lainnya.
Pelaksanaan upacara tersebut diawali dengan aghnideya, yaitu menyalakan api suci (membakar kemenyan) untuk kontak dengan para dewa dan roh si fulan yang dituju. Selanjutnya diteruskan dengan menghidangkan saji-sajian berupa makanan, minuman dan lain-lain untuk dipersembahkan ke para dewa, kemudian dilanjutkan dengan bacaan mantra-mantra dan nyanyian-nyanyian suci oleh para pendeta agar permohonannya dikabulkan.
Musyawarah Para Wali
Pada masa para wali dibawah pimpinan Sunan Ampel, pernah diadakan musyawarah antara para wali untuk memecahkan adat istiadat lama bagi orang yang telah masuk Islam. Dalam musyawarah tersebut Sunan Kali Jaga selaku Ketua aliran Tuban mengusulkan kepada majlis musyawarah agar adat istiadat lama yang sulit dibuang, termasuk didalamnya upacara Pinda Pitre Yajna dimasuki unsur keislaman.
Usulan tersebut menjadi masalah yang serius pada waktu itu sebab para ulama (wali) tahu benar bahwa upacara kematian adat lama dan lain-lainnya sangat menyimpang dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Mendengar usulan Sunan Kali Jaga yang penuh diplomatis itu, Sunan Ampel selaku penghulu para wali pada waktu itu dan sekaligus menjadi ketua sidang/musyawarah mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
"Apakah tidak dikhawatirkan dikemudian hari?, bahwa adat istiadat lama itu nanti akan dianggap sebagai ajaran Islam, sehingga kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan menjadikan bid'ah"?.
Pertanyaan Sunan Ampel tersebut kemudian dijawab oleh Sunan Kudus sebagai berikut :
"Saya sangat setuju dengan pendapat Sunan Kali Jaga"
Sekalipun Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Drajat sangat tidak menyetujui, akan tetapi mayoritas anggota musyawarah menyetujui usulan Sunan Kali Jaga, maka hal tersebut berjalan sesuai dengan keinginannya. Mulai saat itulah secara resmi berdasarkan hasil musyawarah, upacara dalam agama Hindu yang bernama Pinda Pitre Yajna dilestarikan oleh orang-orang Islam aliran Tuban yang kemudian dikenal dengan nama nelung dino, mitung dina, matang puluh, nyatus, dan nyewu.
Dari akibat lunaknya aliran Tuban, maka bukan saja upacara seperti itu yang berkembang subur, akan tetapi keyakinan animisme dan dinamisme serta upacara-upacara adat lain ikut berkembang subur. Maka dari itu tidaklah heran muridnya Sunan Kali Jaga sendiri yang bernama Syekh Siti Jenar merasa mendapat peluang yang sangat leluasa untuk mensinkritismekan ajaran Hindu dalam Islam. Dari hasil olahannya, maka lahir suatu ajaran klenik/aliran kepercayaan yang berbau Islam. Dan tumbuhlah apa yang disebut "Manunggaling Kaula Gusti" yang artinya Tuhan menyatu dengan tubuhku. Maka tatacara untuk mendekatkan diri kepada Allah lewat shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya tidak usah dilakukan.
Sekalipun Syekh Siti Jenar berhasil dibunuh, akan tetapi murid-muridnya yang cukup banyak sudah menyebar dimana-mana. Dari itu maka kepercayaan seperti itu hidup subur sampai sekarang.
Keadaan umat Islam setelah para wali meninggal dunia semakin jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. Para Ulama aliran Giri yang terus mempengaruhi para raja Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk menegakkan syari'at Islam yang murni mendapat kecaman dan ancaman dari para raja Islam pada waktu itu, karena raja-raja Islam mayoritas menganut aliran Tuban. Sehingga pusat pemerintahan kerajaan di Demak berusaha dipindahkan ke Pajang agar terlepas dari pengaruh para ulama aliran Giri.
Pada masa kerajaan Islam di Jawa, dibawah pimpinan raja Amangkurat I, para ulama yang berusaha mempengaruhi keraton dan masyarakat, mereka ditangkapi dan dibunuh/dibrondong di lapangan Surakarta sebanyak 7.000 orang ulama. Melihat tindakan yang sewenang-wenang terhadap ulama aliran Giri itu, maka Trunojoyo, Santri Giri berusaha menyusun kekuatan untuk menyerang Amangkurat I yang keparat itu.
Pada masa kerajaan dipegang oleh Amangkurat II sebagai pengganti ayahnya, ia membela, dendam terhadap Truno Joyo yang menyerang pemerintahan ayahnya. Ia bekerja sama dengan VOC menyerang Giri Kedaton dan semua upala serta santri aliran Giri dibunuh habis-habisan, bahkan semua keturunan Sunan Giri dihabisi pula. Dengan demikian lenyaplah sudah ulama-ulama penegak Islam yang konsekwen. Ulama-ulama yang boleh hidup dimasa itu adalah ulama-ulama yang lunak (moderat) yang mau menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat yang ada. maka bertambah suburlah adat-istiadat lama yang melekat pada orang-orang Islam, terutama upacara adat Pinde Pitre Yajna dalam upacara kematian.
Keadaan yang demikian terus berjalan berabad-abad tanpa ada seorang ulamapun yang muncul untuk mengikis habis adat-istiadat lama yang melekat pada Islam terutama Pinda Pitre Yajna. Baru pada tahun 1912 M, muncul seorang ulama di Yogyakarta bernama K.H. Ahmad Dahlan yang berusaha sekuat kemampuannya untuk mengembalikan Islam dari sumbernya yaitu Al Qur'an dan As Sunnah, karena beliau telah memandang bahwa Islam dalam masyrakat Indonesia telah banyak dicampuri berbagai ajaran yang tidak berasal dari Al Qur'an dan Al Hadits, dimana-mana merajalela perbuatan khurafat dan bid'ah sehingga umat Islam hidup dalam keadaan konservatif dan tradisional.
Munculnya K.H. Ahmad Dahlan bukan saja berusaha mengikis habis segala adat istiadat Budha, Hindu, animisme, dinamisme yang melekat pada Islam, akan tetapi juga menyebarkan fikiran-fikiran pembaharuan dalam Islam, agar umat Islam menjadi umat yang maju seperti umat-umat lain. Akan tetapi aneh bin ajaib, kemunculan beliau tersebut disambut negatif oleh sebagian ulama itu sendiri, yang ternyata ulama-ulama tersebut adalah ulama-ulama yang tidak setuju untuk membuang beberapa adat istiadat Budha dan Hindu yang telah diwarnai keislaman yang telah dilestarikan oleh ulama-ulama aliran Tuban dahulu, yang antara lain upacara Pinda Pitre Yajna yang diisi nafas Islam, yang terkenal dengan nama upacara nelung dina, mitung dina, matang dina, nyatus, dan nyewu.
Pada tahun 1926 para ulama Indonesia bangkit dengan didirikannya organisasi yang diberi nama "Nahdhatul Ulama" yang disingkat NU. Pada muktamarnya di Makasar NU mengeluarkan suatu keputusan yang antara lain :
"Setiap acara yang bersifat keagamaan harus diawali dengan bacaan tahlil yang sistimatikanya seperti yang kita kenal sekarang di masyarakat".
Keputusan ini nampaknya benar-benar dilaksanakan oleh orang NU. Sehingga semua acara yang bersifat keagamaan diawali dengan bacaan tahlil, termasuk acara kematian. Mulai saat itulah secara lambat laun upacara Pinda Pitre Yajna yang diwarnai keislaman berubah nama menjadi tahlilan sampai sekarang.
Sesuai dengan sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian, maka istilah tahlilan dalam upacara kematian hanya dikenal di Jawa saja. Di pulau-pulau lain seluruh Indonesia tidak ada acara ini. Seandainya ada pun hanya sebagai rembesan dari pulau Jawa saja. Apalagi di negara-negara lain seperti Arab, Mesir, dan negara-negara lainnnya diseluruh dunia sama sekali tidak mengenal upacara tahlilan dalam kematian ini.
Dengan sudah mengetahui sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian yang terurai diatas, maka kita tidak akan lagi mengatakan bahwa upacara kematian adalah ajaran Islam, bahkan kita akan bisa mengatakan bahwa orang yang tidak mau membuang upacara tersebut berarti melestarikan salah satu ajaran agama Hindu. Orang-orang Hindu sama sekali tidak mau melestarikan ajaran Islam, bahkan tidak mau kepercikan ajaran Islam sedikitpun. Tetapi kenapa kita orang Islam justru melestarikan keyakinan dan ajaran mereka.
Tak cukupkah bagi kita Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yg sudah jelas terang benderang saja yang kita kerjakan. Kenapa harus ditambah-tambahin/mengada-ada. Mereka beranggapan ajaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masih kurang sempurna.
Mudah-mudahan setelah kita tahu sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian, kita mau membuka hati untuk menerima kebenaran yang hakiki dan kita mudah-mudahan akan menjadi orang Islam yang konsekwen terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Daftar Literatur
1. K.H. Saifuddin Zuhn, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Al Ma'arif Bandung 1979
2. Umar Hasyim, Sunan Giri, Menara Kudus 1979
3. Solihin Salam, Sekitar Wali Sanga, Menara Kudus 1974
4. Drs. Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, Ab.Siti Syamsiyah Solo 1977
5. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Tri Karya, Jakarta 1961
6. Hasil wawancara dengan tokoh Agama Hindu.
7. A. Hasan, Soal Jawab, Diponegoro Bandung 1975
Juni 27, 2016
MUDIK YANG TERLUPAKAN
MUDIK YANG TERLUPAKAN
JIHAD LITERASI
Juni 24, 2016
HUKUM BERPUASA ORANG KESURUPAN
NABILA PERTAHANKAN RANKING SATU
Wali kelas IV SDN Kemakmuran Yoyoh, S.Pd mengaku bersyukur alhamdulillah anak-anak kelas IV yang unik dengan jumlah siswa banyak bisa naik 100% ke kelas IV. Dalam sambutannya ibu yoyoh berpesan kepada orangtua siswa agar kemampuan belajar anak di rumah terus ditingkatkan.
SANG GURU KEHIDUPAN ITU TELAH PERGI...
Cirebon, 25 Juni 2016 Pukul 00.09
Juni 15, 2016
MENGAPA AGAMA PERINTAHKAN PUASA?
Apakah kita hidup untuk makan ataukah makan untuk hidup ? Pertanyaan yang akan menentukan untuk apa hidup ini. Satu hal yang kini banyak orang kehilangan arah hidup dari mana, untuk apa dan mau kemana.
Jika hidup untuk makan, maka hari-hari kita dihabiskan untuk makan dan minum. Tiada waktu kita hidup hanya menunggu makan, makan dan makan. Waktu kita dihabiskan untuk makan dan minum, mulai mencari menu, membeli, meracik, memasak, menyantap sampa buang hajat. Makan di rumah, di warung, di cafe dan restoran. Bandingkan brp lama dg waktu ibadah kita?
Masalah perut menjadi salah satu masalah besat umat manusia. Gara-gara urusan perut, sesama supir angkot, petugas parkir, pegawai, pejabat saling sikut, saling jotos. Gara-gara syahwat perut kasus korupsi berkembang dengan pesat.
Juni 13, 2016
TANTANGAN BERAT DU BULAN RAMADHAN
Oleh:
Deny Rochman
Ada dua jihad di bulan Ramadhan. Dua jihad itu adalah berpuasa dan qiyamulail. Jika umat Islam mampu melewati dua jihad tersebut, maka akan mendapat gelar dari Allah Swt sebagai orang yang bertakwa. Seperi tujuan awal berpuasa tertuang dalam Qs Al Baqoroh 183 :
"Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan puasa kepada kalian sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa."
Yah, puasa memang perintah Allah Swt yang pernah diwajibkan sebelum umat Nabi Muhammad Saw. Puasa masa Nabi Adam setiap bulan tanggal 13, 14 dan 15 hijriyah. Masa Nabi Musa As puasa pada hari syura 10 Muharram. Masa Nabi Dawud As berpuasa seling satu hari.
Ibadah puasa merupakan ibadah loyalitas ketaatan kepada Allah Swt. Bukti taat dan cinta harus ditunjukkan dengan penderitaan dan pengorbanan jiwa raga hamba kepada Sang Khaliq. Jika dilalui secara totalitas ibadah puasa merupakan ibadah cukup berat.
Bayangkan saja, berpuasa umat Islam tidak hanya menahan makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Jika hanya itu semua orang, termasuk anak kecil atau bahkan orang non muslim pun bisa. Namun berpuasa seluruh panca indera hal itu tak bisa dilakukan semua orang.
"Selama berpuasa seluruh panca indera kita harus berhenti. Berhenti dari segala aktifitas kemaksiatan. Aktifitas yang bisa mengurangi atau bahkan mengugurkan amalan puasa kita. Tidak ghibah, mendengarkan hal tak bermanfaat, melakukan kegiatan sia sia dan lain sebagainya," tutur Deny Rochman dalam ceramah kuliah shubuh Ramadhan di Masjid Al Ma'mur Pronggol Kota Cirebon, Selasa (14/6) pagi.
Jihad kedua di bulan suci Ramadhan adalah ibadah qiyamul lail atau sholat tarawih. Sholat 11 atau 23 rakaat bada isya ini memang tidak gampang. Dengan kondisi perut kenyang sungguh berat melakukan ibadah ini.
"Saat berbuka puasa selera makan kita bertambah karena rasa lapar dan haus yang teramat. Apalagi cuaca kota Cirebon pada musim puasa kali ini sangat panas. Selera meningkat menu makanan yang disajikan istimewa seperti di restoran. Menu yang tak biasanya selalu ada dalam makanan harian," ujar guru IPS ini.
Dampak makan kekenyangan adalah cepat ngantuk dan lelah, malas, sesak nafas dan efek kesehatan lainnya. Ini akan berbuntut pada kondisi kenyamanan kita dalam menjalankan ibadah sholat tarawih.
Beratnya berpuasa dan qiyamulail bagi umat Islam membuat Allah Swt memberikan ganjaran besar bagi siapa yang bisa melakukannya dengan ikhlas dan sesuai syariat. "Semua amal anak adam untuknya kecuali puasa. Puasa itu untuk Aku. Dan Aku yang akan membalasnya," tandas Allah Swt dalam hadist Qudsi yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Mari jangan kita menyia-nyiakan bulan istimewa ini. Bulan lebih baik dari seribu bulan dengan panen pahala dan cuci gudang dosa-dosa. Semoga kita tetap diberik keimanan, keislaman dan kesehatan sehingga bisa menuntaskan seluruh ibadah di bulan Ramadhan dengan lancar, sehat dan selamat serta amalan kita diterima Allah Swt. Aamiin...(*)
Juni 12, 2016
AGAMA MODAL DASAR HIDUP SUKSES
Siapa yang mau hidup sukses, siapa yang ingin hidup bahagia? Siapa yang hari puasa? Seluruh siswa mengacungkan tangan, sambil teriak saya. Pertanyaan itu disampaikan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMP Negeri 4 Kota Cirebon di depan siswa kelas 7 dan kelas 8 peserta pesantren kilat Ramadhan di lapangan sekolah, Senin (13/6). Pelaksanaan Sanlat mulai 13 - 24 Juni 2016.
"Untuk bisa hidup sukses dan bahagia modal dasarnya adalah agama. Dengan agama kalian besar hidup sukses dan bahagia dunia akherat. Nah kegiatan pesantren kilat yang kalian ikuti ini salah satu cara menuju hidup kamu sukses dan bahagia," tutur wakasek kurikulum dalan sambutan acara pembukaan sanlat.
Menurut Deny Rochman, pelaksaan pesantren kilat bagi siswa muslim memiliki fungsi dan peran penting dalam pendidikan. Pertama, sebagai anak muslim belajar agama adalah wajib hukumnya. Jika anak sejak kecil dikenalkan agama, maka dewasa kelak dia akan merasa pentingnya agama bagi hidupnya.
"Jika sejak kecil dikenalkan agama, kalian kelak dewasa akan merasakan betapa dahsyatnya kekuatan agama bagi hidup kalian. Sebaliknya mereka yang tak mengenal agama sejak dini, merasa ga penting melihat agama. Ketika didera masalah hidup mereka cenderung mencari penyelesaikan masalah dengan masalah, seperti miras, narkoba, diskotik dsb," ungkap guru IPS ini.
Kedua, sebagai generasi Islam pelaksaan sanlat merupakan pembiasaan, tradisi dan budaya yang baik bagi siswa. Seiring banyaknya budaya yang tidak sehat, kotor, tidak diajarkan bahkan berlawanan dengan Islam. Nilai budaya ini gencar dipromosikan lewat media massa. Anak muslim mulai sering terkecoh dan tertipu dengan buaya pop yang berkembang.
"Beragama itu sebuah pilihan hidup. Kalian sebagai muslim wajib belajar ilmu agama Islam. Kecuali jika kalian bukan muslim. Maka sanlat di bulan Ramadhan ini momen yang baik tuk perdalam belajar agama. Kebaikan di bulan ini akan dibalas lipatganda pahala oleh Allah Swt," tandas pria berkopiah ini.
Dalam kesempatan itu pihaknya mengwakili kepala sekolah menyampaikan terima kasih kepada guru-guru yang masuk sbg mentor dan nara sumber sanlat. Terima kasih serupa dialamatkan tim mentor dari Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) kota Cirebon. (*)
Juni 11, 2016
TERBELENGGU NILAI UJIAN NASIONAL
