Oleh
:
Deny
Rochman
Sebuah
tulisan yang hidup dan enak dibaca membutuhkan proses dalam produksinya. Proses
tersebut lazim biasa disebut penyutingan (editing). Menyunting adalah suatu
kegiatan mengedit, mengubah, atau merapikan susunan letak (struktur) atau
penggunaan bahasa sebuah naskah tanpa mengubah makna sebelum tulisan itu
dinikmati khalayak. Publik yang membaca tulisan tersebut merasa nyaman dan enak
menatap deretan kata dan kalimat.
Penyuntingan
naskah dilakukan dengan tujuan : (a) Meringkas atau melengkapi, atau menambahi;
(b) Menjaga terjadinya kesalahan bahasa seperti ejaan, tata bahasa; (c)
Mengubah struktur yakni pilihan fakta yang ‘dipentingkan’ pilihan lead (teras
berita), bentuk ending dan lainnya misalnya dalam berita fakta konflik,
redaktur menghendaki lead yang bernuansa damai; (d) Mencegah kesalahan isi
biasanya masuknya opini pribadi penulis, terutama dalam berita konflik.
Disinilah menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang penyunting berita
tidaklah mudah. Satu hal yang tidak boleh dilakukan penyunting adalah merusak hasil karya penulis sehingga yang
harus dia lakukan adalah memperbaiki dan
menyempurnakan.
Dalam
melakukan kerja penyutingan, paling tidak ada tiga fokus yang menjadi perhatian
yakni judul, teras berita (lead) dan isi berita/tulisan.
- Judul
Tulisan
Judul tulisan dalam karya
jurnalistik sangatlah penting, karena judul merupakan pintu masuk pembaca dalam
membuka tulisan. Pemilihan kata yang baik dan menarik satu hal yang harus
dilakukan penyuting. Department of Mass Communication University of North
Carolina dalam How to Write a Headline mengingatkan bahwa aturan terpenting
judul harus benar-benar akurat dan mencerminkan isi berita. Akurasi adalah
segalanya. Jangan menipu pembaca dengan judul yang berbeda dengan isi berita!
Judul juga bisa diambil
dari teras berita (lead) bagian paragraf pertama dalam tulisan. Untuk kasus
judul karya tulis ilmiah populer, judul lazim diambil dari intisari pokok
permasalahan yang dikaji oleh penulis. Ada karakteristik judul berita yang
harus diperhatikan oleh penyuting, yaitu :
a. Judul berita adalah
kalimat abstrak
b. Biasanya hanya terdiri
dari 5-10 kata
c. Berupa
pemikiran/gagasan lengkap
d. Terdiri dari subjek dan
kata kerja (predikat) dan sering juga dilengkapi objek
Saat membuat judul,
tanyalah diri paa sendiri dan jawablah : "Jika pembaca melihat 5-10 kata
yang saya tuliskan, apakah mereka akan tahu ini berita tentang apa?"
Untuk membuat judul
tulisan maka yang harus dilakukan sebelum membuat judul adalah :
a. Baca dan pahami berita
secara menyeluruh sebelum menuliskan judulnya.
b. Buatlah judul berdasarkan
"main idea" (inti berita) yang mestinya ada di alinea pertama, awal
naskah, atau bagian introduksi (lead/teras).
c. Jangan gunakan dalam judul
fakta-fakta yang tidak ada di naskah berita. (Judul harus mencerminkan isi).
d. Jangan mengulang kata yang
sama dalam judul.
e. Jika beritanya berupa
berita opini, maka judulnya pun harus sudah mencerminkan hal itu.
f. Hindari ambiguitas, makna
ganda, menimbulkan tafsiran beragam, dan bernada menuduh.
g. Pilihan kata yang
spesifik, akurat, jelas, dan ringkas!
h. Jangan mengulang kata
kunci (keywords) di judul yang sama.
i. Hindari nama, frasa, dan
singkatan yang samar atau tidak diketahui.
j. Hindari judul yang bernada
menyerang, mengecam, atau mempersalahkan.
k. Tidak ada judul yang
dimulai dengan kata kerja.
l. Judul berupa kalimat
lengkap --minimal subjek dan predikat.
Pentingnya judul dalam
sebuah tulisan tidak hanya dikenal dalam dunia pemberitaan konvensional media
massa cetak. Dalam media dot com atau online, pemilihan judul berita menentukan
banyak tidaknya pembaca yang membuka tulisan website kita, selain strategi lain
yang bisa dilakukan dalam menjaring pembaca. Dalam tulisan web, kinerja mesin
pencarian (search engine) menjadi salah satu parameter utama populeritas berita
web kita. Jadi, judul berita di media online hendaknya menarik, namun juga
memperhatikan teknik SEO (Search Engine Optimization) agar berita diindeks oleh
mesin pencari dan mudah ditemukan pembaca di halaman hasil pencarian.
Melihat peran judul sangat
strategis sebagai alat jualan berita, sehingga banyak perusahaan media online
mengemas tampilan webnya dengan banyak judul bertebaran di setiap sudut halaman
depannya. Sementara tulisan selengkapnya disembunyikan dan akan muncul ketika
dipanggil, klik ! Namun kendati judul penting tidak kemudian kita terseret
praktek jebakan klik dengan membuat judul yang sensasional dan bombastis,
bahkan hingga berbohong.
Jebakan klik yakni adalah
link (tautan) yang menarik perhatian mata (eyecatching link) di website yang
mendorong orang untuk mengklik dan membacanya. Jebakan klik ini lazim dilakukan
adsense (iklan online) yang didasarkan pada jumlah klik dan pageviews. Jika
kebablasan hal ini akan membuat pembaca bosan bahkan merasa dibohongi.
Tips dan teknik pemilihan
judul berita ini berlaku juga dalam melakukan penyutingan judul karya ilmiah
populer (artikel). Berbeda dengan penulisan karya ilmiah akademik harus
memiliki kriteria dan standarisasi penulisan tersendiri.
2. Teras Berita (Lead)
Setelah judul, teras
berita (lead) merupakan alat penggoda berikutnya agar mata pembaca tidak pindah
ke lain obyek. Pentingnya teras berita dalam memikat pembaca harus menjadi
perhatian bagi penyunting tulisan. Jika naskah awal tulisan teras beritanya
belum menjual, menarik atau memikat untuk dibaca, maka tugas editor dalam
memperbaiki dan menghaluskan bahan naskah tulisan.
Teras berita berada pada
posisi paragraf pertama tulisan. Dalam berita langsung (straight news), pola
penulisan lead dengan rumusan 5 W + 1 H (what, who, when, where, why dan how).
Rumusan lead tersebut bisa dikembangkan dalam dua model penulisan teras berita
yakni dari awalan siapa (who) dan apa (what). Who menunjuk kepada subyek yang
terlibat dari peristiwa tersebut. Lead who biasanya digunakan karena pentingnya
subyek tersebut dalam pemberitaannya. Sedangkan model lead what lebih berpaku
pada apa peristiwa yang terjadi. Pola
rumusannya bisa divariasikan sebagai berikut :
1. untuk teras berita Who :
a. who, what, when, where
b. who, what, when
c. who, what, where
2. untuk teras berita What :
a. what, who, where, when
b. what, who, where
c. what, who, when
Proses penyutingan berita
dengan pendekatan lead ini lebih mudah dan sederhana. Struktur tulisannya
seperti piramida terbalik, semakin ke bawah tulisannya semakin tidak penting
dan atau menarik. Perhatikan gambar dibawah ini :
Pola ini perlu
diperhatlkan karena karya jurnalistik selain menarik juga harus segera disampaikan dan cepat dibaca. Keuntugan pola penulisan ini jika pembaca tidak
cukup waktu untuk membaca maka cukup singkat baca leadnya saja.
Proses penyutingan juga
bisa dengan pendekatan feature atau tulisan khas diluar berita yang bersifat
menghibur, mendidik, memberi informasi dan sebagainya mengenai aspek kehidupan.
Berbeda dengan piramida terbalik berita langsung, tulisan khas feature
berbentuk piramida normal atau cembung. Sejak awal penggunaan bahasa harus
menarik perhatian pembaca. Disini perlunya seorang editor menguasai pemilihan
lead yang berkekuatan hypnotic-writing, menyihir pembacanya. Hypnotic-writing
mengandung makna tulisan kita mampu memikat, menyihir dan menarik perhatian
pembacanya. Perhatikan gambar dibawah ini model piramida penulisan feature :
Tulisan yang menyihir
tidak jauh memperhatikan empat unsur perhatian manusia, yakni : human interest,
drama, keanehan/unik, dan efek terhadap pembaca. Sekalipun jenis tulisan ini
relatif lebih panjang daripada berita langsung, namun tidak memperhatikan ekonomis
kata dan kalimat, tidak bertele-tele. Beberapa lead yang bisa menjadi pilihan
dan inspitasi dalam penyutingan seperti :
a. Lead ringkasan
Teras tulisan ini sama
dipakai dalam penulisan berita langsung (straight news atau hard news) berupa
ringkasan isi tulisan seperti dalam rumusan 5 W + 1 H. Lead ini bisa digunakan
ketika wartawan dikejar deadline.
Contoh :
Ada orang ketiga di rumah
tangga, kalau bukan bikin sewot isteri, ya bikin melotot suami (Tempo 1 Januari
1994)
b. Lead bercerita
Lead jenis ini biasanya
disukai oleh penulis fiksi atau novel. Menulis lead menarik dengan menyuguhkan
suasana peristiwa yang terjadi. Lead ini biasa digunakan pada tulisan
perjalanan atau pertualangan wartawan ke sebuah lokasi.
Contoh :
Kami makan anggur
kematian, dan anggur itu lezat. Berair, biru kehitaman, manis dan asam. Mereka
menggantung setandan anggur masak di beranda belakang rumah milik Muslim…
(Tempo, 27 Maret 1993)
c. Lead deskriptif
Lead ini biasa digunakan
untuk menulis profil pribadi karena lead untuk gambaran tokoh atau tempat
kejadian.
Contoh:
Wajah Syaiful Rozi sama
sekali tidak mengesankan bahwa ia seorang bajak laut. Ia berpembawaan halus,
sopan dan ramah. (Tempo, 28 Agustus 1993)
d. Lead kutipan
Kutipan pernyataan nara
sumber bisa menjadi lead yang menarik. Terlebih kutipan itu dari pernyataan
orang yang terkenal.
Contoh :
“Tangkap hidup atau mati.”
Tegas Kapolri Letjen Banurusman. (Tempo, 29 Januari 1994)
e. Lead pertanyaan
Lead ini efektif bila
berhasil bila berhasil menantang atau rasa ingin tahu pembaca.
Contoh:
Apa yang membuat
sekelompok orang ngotot, menolak pindah rumah ke tempat lain walau rumah
sekarang sering kebanjiran?
f. Lead menuding langsung
Lead ini memakai kata
“Anda” dalam kalimatnya.
Contohnya:
Bila Anda punya nama
Kodian, harap hati-hati. Salah-salah Anda akan kenal cekal. (Tempo, 30 Januari
1993).
g. Lead menggoda
Lead ini untuk mengelabui
pembaca dengan cara bergaurau. Tujuannya untuk menggaet pembaca agar mau
membaca tulisan sampai akhir.
Contoh :
Angka yang ditunggu-tunggu
itu keluar juga: sekitar 50 (Tempo, 4 Januari 1992)
h. Lead nyentrik
Lead jenis ini lebih
kepada tulisan imajinatif dan menggunakan majas gaya bahasa.
Contohnya :
Hijau sanyuran
Putihlah susu
Naik harga makanan
Ke langit biru
Tulisan diatas lead untuk
menggambarkan kenaikan harga sembako.
i. Lead gabungan
Lead ini menggunakan
gabungan, misalnya, antara lead kutipan dengan lead deskriptif.
Contoh :
“Bukan salahku jika aku
sekarang belum mati,” kata Fidel Castro dengan senyum lucu. (Tempo, 7 Mei 1994)
- Isi Berita/Tulisan
Kegiatan penyutingan
berikutnya yang perlu diperhatikan adalah isi berita/tulisan. Proses
penyutingan tidak hanya berpaku pada koreksi atau pembenaran salah ketik huruf,
kata, tanda baca atau ejaan. Tetapi proses koreksi, pembenaran, penghalusan
bahasa, keragaman kosa kata, diksi, struktur dan sistematika tulisan sehingga
mudah dan enak dibaca oleh masyarakat. Terkait topik ini, Wahyu Wibowo (2002)
memberikan langkah jitu agar tulisan kita makin hidup dan enak dibaca.
Beberapa langkah jitu
tersebut misalnya, bacalah keseluruhan tulisan, lalu lihatlah relasi
kalimatnya. Membaca keseluruhan tulisan untuk melihat rangkaian kalimat dalam
posisinya sebagai pembentuk kalimat. Prinsip keindahan tulisan menurut Wahyu
harus mengandung kesatuan dan keutuhan. Menimbang segala sesuatunya secara
obyektif, matang dan logis. Selain itu tulisan harus mengandung satu pikiran
utama yang jelas dan mengandung prinsip perkembangan, pemilihan kata yang baik,
ejaan yang santun dan kalimat yang jelas.
Pemilihan kata dan kalimat
menjadi sorotan utama si penyunting. Pasalnya penyutingan tulisan jurnalistik
memiliki aspek kebahasanaan yang berbeda. Bahasa jurnalistik memiliki
sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan
menarik. Namun demikian, bahasa jurnalistik tidak mengabaikan bahasa baku yang
sudah ditetapkan. Pengarang Amerika Ernest Hemingway, pemenang Nobel dan
Pulitzer (Rosihan, 2004) memberikan rambu-rambu dalam menulis jurnalistik,
yaitu :
a. Gunakan kalimat-kalimat
pendek
b. Gunakan bahasa yang
mudah dipahami orang.
c. Gunakan bahasa
sederhana dan jernih pengutaraannya.
d. Gunakan bahasa tanpa
kalimat majemuk.
e. Hindari pemakaian
kalimat pasir, gunakan kalimat aktif.
f. Pilihlah pemakaian kata
yang kuat dan padat.
g. Gunakan bahasa positif,
bukan negatif.
Selain rambu-rambu di atas
dalam melakukan penulisan, juga perlu dipehatikan dalam proses penyutingan sisi
bahasanya, antara lain ejaan, singkatan, tanda baca, pilihan kata (kosa kata
dan diksi), keefektifan kalimat dan
keterpaduan paragrap. Dari sisi ejaan maka yang perlu diperhatikan
seperti penulisan huruf, penulisan kata, penulisan angka dan lambing bilangan, lalu penggunaan tanda
baca dan penulisan usur serapan. Sedangkan untuk keefektifan kalimat harus
meliputi kelogisan ketunggalan makna, kebakuan kata, keefisienan dan kesesuaian
pada kaidah tata tulis.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan penyutingan adalah :
1. Baca seluruh tulisan dari
awal sampai akhir untuk memilah topik, tema, alur dan kesalahan tulisan, ejaan
dan tanda baca.
2. Topik yang berserakan di
setiap paragraf harus dikelompokkan (kategorisasi) kemudian dijadikan satu alur
yang sama.
3. Jika ada istilah, akronim
atau singkatan maka uraikan secara jelas maksud dan makna tulisan tersebut.
4. Gunakan kata penunjuk ini
dan itu untuk merunjuk kalimat sebelumnya. Atau memakai kata ganti ia, dia,
-nya atau mereka, untuk merujuk pada seseorang yang telah disebutkan
sebelumnya.
5. Memilih kata sambung
(konjungsi) sebagai alat penghubung intrakalimat dan antarkalimat. Fungsinya
selain untuk mempertegas, juga untuk mempermadukan makna.
6. Jika diperlukan pakailah
pengulangan kata untuk menekankan atau menonjolkan gagasan utama dalam kalimat.
Contohnya, Jawa Barat Kahiji. Jawa Barat berubah. Jawa Barat berliterasi.
7. Penggunaan sinonim atau
sebutan lain sebagai penghubung kalimat. Misalnya, Gubernur Jawa Barat sangat
mendukung gerakan literasi di wilayahnya. Putera asli Sukabumi ini
memperintahkan Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk mencetak penggerak literasi di
daerah-daerah.
8. Menghubungkan kalimat satu
dengan lainnya dengan cara membangun kesamaan topik. Contohnya,
....menanggulangi banjir. ....mengatasi bencana alam tersebut.
9. Memolototi baris demi
baris mengedit ejaan, tanda baca, mengutip pendapat langsung dan tidak langsung
serta menulis nama nara sumber.
10. Hindari penggunaan kata-kata
klise dan atau yang sering diulang-ulang.
11. Padatkan panjang tulisan
sesuai data dan fakta dalam isi berita/tulisan. Panjang tulisan tidak lebih
dari 5-10 paragraf. Jika tetap panjang dan menarik, maka bahan tulisan displit
(dipisah) dalam berita/tulisan terpisah dengan judul yang berbeda namun
topiknya sama.
Panjang tulisan karya
jurnalistik di media massa harus dibatasi oleh ruang dan waktu. Pembatasan ini
terasa perlu karena selain menekan jumlah biaya produksi percetakan atau
rating, juga diperlukan menyusul kesibukan pembaca dalam membaca media massa.
Panjang tulisan berita jurnalistik sedikitnya
1 paragraf dan paling banyak 10 paragraf, atau menyesuaikan data dan
fakta yang menarik. Kemudian jumlah baris setiap paragraf tidak lebih dari lima
baris. Jika tetap terlalu panjang, jumlah baris “dipaksakan” untuk diseplit
atau dipisah dalam paragraf berikutnya.
Harus diakui memang untuk
menghasilkan tulisan yang baik dan berkualitas tidak hanya bergantung pada
kemampuan editing. Tetapi diawali melalui proses menemukan gagasan,
mengumpulkan bahan, data, fakta dan informasi, gaya penulisan dan terakhir
proses penyutingn. Hal tidak mungkin proses akhir penyutingan akan berakhir
bagus tanpa data, fakta dan gaya bahasa yang memadai dalam tulisan tersebut.
*) Penulis adalah tim
Dewan Redaksi Website Literasi Jawa Barat
__________________
Sumber Referensi :
Ashadi Siregar dkk, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk
Media Massa, LP3Y-Kanisius, Yogyakarta, 2002.
Bambang Bujono dan Toriq
Hadad, ed., Seandainya Saya Wartawan
Tempo, Midas Surya Grafindo, Jakarta, 1996.
Naning Pranoto, Creative Writing: 72 Jurus Seni Mengarang,
Primamedia Pusaka, Jakarta,2004.
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi,
Media Abadi, Jakarta, Cet. 5, 2004.
Umar Nurzain, Penulisan Feature, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1993.
Wahyu Wibowo, 6 Langkah Jitu agar Tulisan Anda Makin Hidup
dan Enak Dibaca, Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, 2002.
Cara Menulis Judul Berita yang Baik dan Benar, http://www.romelteamedia.com/2015/01/cara-menulis-judul-berita-baik-benar.html,