Oleh :
Deny Rochman
A. PENDAHULUAN
Penulis bilang
menulis itu mudah, semudah orang ngomong. Yah, tentu saja menulis sekadar
menulis tentu saja mudah, siapapun bisa bagi mereka yang pernah mengeyam bangku
pendidikan. Yang susah itu adalah menulis dengan baik dan benar sesuai standar
baku dunia menulis. Nah, untuk mengawali belajar menulis, ada cara menulis yang
gampang. Apa itu? Menulis berita.
Menulis
berita dirasa lebih mudah daripada menulis artikel atau karya tulis ilmiah. Kok
bisa? Tentu saja bisa. Perbedaan tingkat kesulitan tersebut terletak pada
sumber data dan informasi yang ditulis. Jika berita sumber datanya dari fakta
sosial, dokumentasi dan observasi. Fakta sosial tersebut dituangkan dalam
bentuk tulisan dengan pola rumus 5W 1H (what, who, where, when why dan how).
Fakta tersebut bisa berupa peristiwa atau kejadian, bisa juga berupa pernyataan
dari nara sumber.
Sementara
dalam penulisan karya ilmiah bersumber dari teori-teori, konsep, hasil
penelitian, riset dokumen dan lainnya sehingga memerlukan analisis tingkat
tinggi. Semakin banyak referensi yang dibaca, maka tulisan itu semakin akurat, valid
dan ilmiah. Berbagai kajian pustaka dan realitas sosial tersebut dituangkan dalam
sebuah tulisan yang sistematis, logis dan ilmiah.
Tulisan artikel
ini lebih fokus belajar menulis berita untuk keperluan website literasi. Mengingat
suplai berita dari para guru penggerak dan perintis khususnya akan menguatkan
keberadaan dan kelangsungan website literasi. Selama workshop dan saat
menjalani program literasi di sekolah-sekolah akan banyak peristiwa atau
statetmen yang berpotensi sebagai sumber berita. Sayangnya keterbatasan
kemampuan memahami dan menulis berita membuat momentum menarik dan unik
tersebut terlewatkan tanpa makna.
B. JENIS BERITA
Berita merupakan peristiwa atau kejadian yang dilaporkan,
baik kejadian yang akan datang, yang sedang dan kejadian yang sudah terjadi.
Dalam pemberitaan, ada jenis-jenis yang biasa dikenal antara lain :
1. Berita Langsung (Straight News)
2. Berita Ringan (Soft News)
3. Berita Kisah (Feature)
4. Laporan Mendalam (Indepth Report)
Dalam penulisan berita langsung (straight
news), yaitu pelaporan kejadian yang perlu disampaikan dengan segera.
Karena sifatnya segera biasanya berita ini bersifat informatif dan memuat hal-hal
pokok dan penting. Berbeda dengan jenis berita lainnya di atas, jenis berita
ini dalam teknik penulisannya relative lebih mudah dan sederhana. Dalam
penulisannya cukup memuat unsur 5 W + 1 H untuk berita kejadian atau pernyataan
menarik untuk pemberitaan jenis pernyataan dari nara sumber.
Sementara berita kisah (Feature) atau tulisan khas
jurnalisme mengupas sesuatu yang unik dan menarik, sisi human interest dibalik
peristiwa yang terjadi. Misalnya, dalam kegiatan workshop literasi ternyata ada
peserta yang membatalkan tidak mengikuti pelatihan lain dari dinas demi
mengikuti kegiatan literasi. Atau ada peserta yang rela menempuh perjalanan
jauh naik motor untuk hadir acara literasi.
Sedangkan laporan mendalam (Indepth Report) adalah
tulisan jurnalistik melalui riset dan analisis dalam mencermati sebuah data,
fakta dan informasi yang diterima jurnalis. Tulisan ini biasanya isu yang
diangkat memiliki dampak yang besar dan mendalam bagi banyak orang dalam
kehidupan. Misalnya, bagaimana efek kegiatan literasi bagi peningkatan kualitas
pendidikan di sebuah daerah.
Dalam sebuah peristiwa, secara bersamaan bisa ditulis dalam
beberapa jenis berita, yakni berita langsung, berita ringan, berita kisah dan
berita mendalam. Banyaknya jenis berita yang ditulis bergantung dari nilai
berita pada peristiwa tersebut.
C. RUMUS BERITA
Dalam menuliskan rumusan teras berita
(lead), ada kaidah-kaidah dasar yang bisa menjadi rujukan bagi teknik dasar
penulisan berita yaitu :
a. Teras berita unsur WHO
-
Who, what, when, where
-
Who, wahat, when
-
Who, what, where
b. Teras berita unsur WHAT
-
What, who, where, when
-
What, who, where
-
What, who, when.
Contoh peristiwa :
Dinas Pendidikan Jawa Barat mengirimkan undangan tertulis
kepada guru-guru dari SD dan SMP, juga pengawas dan pustakawan di wilayah kerjanya.
Mereka berjumlah 29 orang diminta untuk mengikuti kegiatan Focus Group
Discussion (FGD). Kegiatan tersebut
berlangsung selama tiga hari, 20-22 Juli 2016 bertempat di Bandung.
Tujuan kegiatan tersebut adalah melakukan persiapan para nara sumber untuk
kegiatan pelatihan sekolah perintis literasi yang akan dimulai tanggal 27 Juli
hingga 18 Agustus 2016. Surat tersebut ditandatangani langsung oleh kepala
dinas dan stempel basah.
Pola Rumusan
What = kegiatan
Focus Group Discussion (FGD)
Who = Kepala
Dinas Pendidikan Jawa Barat
Guru, pustakawan, pengawas
Where = Bandung
When = 20-22 Juli
2016
Why = Persiapan
nara sumber untuk pelatihan sekolah perintis literasi
How = (unsur ini
ditulis tentang proses jalannya kegiatan berlangsung)
Contoh Berita unsur WHO dengan pola
rumusan Who, what, when, where :
Sebanyak 29 orang peserta mengikuti kegiatan Focus
Group Discussion (FGD) literasi selama tiga hari 20-22
Who What When
Juli 2016 di Bandung.
Where
Contoh Berita
unsur WHAT dengan pola rumusan What, who, where, when :
Kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
Literasi Dinas Pendidikan Jawa Barat diikuti sebanyak 29 orang
What Who
peserta. Kegiatan yang diikuti oleh guru SD dan SMP,
pengawas dan pustakawan tersebut bertempat di
Bandung selama tiga hari, 20-22 Juli
2016.
Where When
Pola penulisan
teras apa (what) dan siapa (who) tidak melulu menunjukkan berita kejadian dan berita
ketokohan. Sudut berita what dan who bisa mengacu pada sesuatu yang menarik dan
unik dalam kejadian atau pernyataan dari sumber berita tersebut.
D. NILAI BERITA
Jika dicermati
dengan baik, banyak momen dan fenomena sosial yang bisa menjadi sumber tulisan
berita. Sayangnya karena intuisi jurnalisme kita tidak terasah dengan baik maka
semuanya berlalu bergitu saja. Kurang pahamnya terhadap nilai sebuah berita
menjadi factor utama terabaikannya momentum dan fenomena yang terjadi.
Nilai berita
adalah patokan wartawan dalam menilai sebuah fakta atau kejadian apakah layak diberitakan
atau tidak. Kelayakan nilai berita pada sebuah kejadian paling tidak ada 10 hal
yang bisa menjadi pertimbangan apakah peristiwa itu layak diberitakan atau
tidak.
1. Magnitude
(besarnya)
2.
Significance (penting)
3.
Actuality/Timeliness (aktual)
4. Proximity
(kedekatan)
5.
Prominence (ketokohan)
6. Impact
(efek)
7. Conflict
(konflik)
8. Human
Interest (menyentuh sisi kemanusiaan)
9.
Unusualness (unik, tidak lazim)
10. Sex
(seks)
Dengan
memahami nilai berita tersebut maka saat kita melihat sebuah fakta harus mampu
menuliskan sudut berita yang bagus, menarik dan unik. Nah, apakah penulisan berita
rumusannya menggunakan what atau who dilihat dari bobot nilai berita. Jika kejadian
lebih menarik dan berdampak maka unsur what lebih dominan. Sebaliknya jika
ketokohan dari pelaku kejadian lebih berpengaruh maka unsur who menjadi landasan
menulis berita.
Contoh :
- Motor seorang petani jatuh tersungkur ke parit hingga korban patah tulang akibat jalan berlubang. (unsur WHAT lebih dominan).
Jika ditulis dalam berita :
Hati-hati jika berkendara bermotor melintasi jalan berlubang. Jika tidak nasibnya bisa seperti petani yang tersungkur ke parit. Akibatnya kaki petani tersebut patah tulang.
Hati-hati jika berkendara bermotor melintasi jalan berlubang. Jika tidak nasibnya bisa seperti petani yang tersungkur ke parit. Akibatnya kaki petani tersebut patah tulang.
- Motor yang dinaiki bupati tersungkur ke parit hingga korban patah tulang akibat jalan berlubang. (unsur WHO lebih menarik)
Jika ditulis dalam berita :
Sial betul yang dialami bupati
yang satu ini. Gara-gara jalan berlubang, motor yang ia naiki tersungkur ke
parit sehingga tulang kakinya patah.
Kesimpulannya,
jika kita melihat sebuah peristiwa maka harus dilhat dari sudut nilai berita. Nilai
berita tersebut kemudian disandingkan dengan jenis berita, mana yang lebih
sesuai dan menarik bagi pembaca. Ingat, jangan terjebak menulis berita
seremonial jika menghadiri acara kegiatan, jika ada pernyataan atau sisi lain
yang lebih menarik mengapa tidak untuk diberitakan? Terlebih jika kegiatan itu
sama seperti workshop. Jika menulisnya dari sisi seremonial, maka acara serupa
akan ditulis sama, yang membedakan waktu dan tempat saja.
Satu kegiatan
bisa dikembangkan dalam beberapa jenis berita. Dalam kegiatan workshop, selain
acara penutupan dan pembukaan yang bisa menjadi bahan berita, juga Tanya jawab
dan diskusi peserta dalam setiap sesi materi menjadi sisi menarik tersendiri
jika diberitakan. Belum lagi jenis berita ringan bisa ditulis, misalnya saat
pemateri bicara, peserta ada yang mengantuk, ngobrol atau pada absen di
ruangan.
Semoga
bermanfaat….
Cirebon, 7-8-2016
*)
Penulis adalah Anggota Dewan Redaksi Website Literasi Jawa Barat