Juni 15, 2016

MENGAPA AGAMA PERINTAHKAN PUASA?

Oleh :
Deny Rochman

Apakah kita hidup untuk makan ataukah makan untuk hidup ? Pertanyaan yang akan menentukan untuk apa hidup ini. Satu hal yang kini banyak orang kehilangan arah hidup dari mana, untuk apa dan mau kemana. 

Jika hidup untuk makan, maka hari-hari kita dihabiskan untuk makan dan minum. Tiada waktu kita hidup hanya menunggu makan, makan dan makan. Waktu kita dihabiskan untuk makan dan minum, mulai mencari menu, membeli, meracik, memasak, menyantap sampa buang hajat. Makan di rumah, di warung, di cafe dan restoran. Bandingkan brp lama dg waktu ibadah kita?

Masalah perut menjadi salah satu masalah besat umat manusia. Gara-gara urusan perut, sesama supir angkot, petugas parkir, pegawai, pejabat saling sikut, saling jotos. Gara-gara syahwat perut kasus korupsi berkembang dengan pesat.

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al Din mengatakan, perut itu pada hakekatnya adalah sumber segala nafsu syahwat dan tempat tumbuhnya segala penyakit dan bencana. Karena nafsu syahwat perut diikuti oleh nafsu syahwat farji (kemaluan) dan kuatnya nafsu syahwat kepada wanita-wanita yang dikawini.

“Kemudian nafsu syahwat makanan dan perkawinan diikuti oleh kuatnya keinginan kepada kedudukan dan harta yang keduanya itu menjadi perantara kepada perluasan dalam wanita-wanita yang dikawini dan makanan-makanan,” tulis Imam Ghazali dalam kitab fenomenalnya tersebut.

Dalam perspektif Imam Ghazali tersebut maka sangat wajar jika kita sering mendengar ada ungkapan harta, tahta dan wanita. Jika orang punya kedudukan, maka hartanya akan bertambah dan berpotensi bertambah wanita. Hal yang terakhir sesuatu yang menakutkan bagi istri-istri pertama laki-laki.

Besarnya dampak syahwat perut tersebut, Allah Swt sebagai “desainer, produsen” yang menciptakan manusia sadar betul masalah besar yang akan menghampiri hamba-Nya tersebut. Maka umat-umat nabi dan rosulnya sejak jaman Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW sudah diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa. Pada jaman Nabi Adam dikenal puasa tiga hari setiap bulannya ditanggal 13, 14 dan 15 Hijriyah. Pada umat Nabi Musa dikenal puasa asyura dan pada umat Nabi Daud puasa berseling hari.

Sekalipun ibadah puasa dianggap salah satu ibadah yang berat, selain jihad di medan perang. Jika tidak dilandasi karena iman dan keikhlasan, banyak orang yang ogah-ogahan untuk menjalankan ibadah puasa. Jangankan puasa sunnah, puasa wajib di bulan suci Ramadhan saja mereka banyak yang tidak sempurna amalan ibadahnya. Sekalipun ganjaran pahala, surga dan gelar takwa diberikan bagi mereka yang berpuasa totalitas.

Banyak makan dan minum, dipandang Imam Ghazali memberikan kelalaian waktu bagi manusia dalam beribadah. Seperti pesannya yang disampaikan pada muridnya : "Hai para murid, jangan makan banyak sehingga kamu banyak minum, lalu kamu tidur banyak dan rugi banyak. Dengan rasa lapar orang dapat tekun menjalankan ibadah. Maka siapa merasa kenyang, ia pun malas dari melakukan ketaatan. Banyak makan menyebabkan banyak persiapan, seperti mencari, memasak, mencuci tangan, membersihkan makanan di gigi, dan sering masuk kamar mandi untuk buang air.

Bagaimana cara menahan rasa lapar? Imam Ghazâlî memberikan cara latihan untuk mengendalikan syahwat nafsu dan perut yaitu selain makanannya harus halal juga makan dalam juga sedikit dan bertahap, perlahan dan dikunyah pelan. Dalam penjelasan lain, makanan halal menjadi penting karena untuk keberkahan dan kesehatan jiwa raga bagi yang mengkonsumsi. Makanan yang dibeli dan tidak halal akan mengganggu kesehatan jiwa dan raga si pemakan.

Rasa lapar berpuasa tidak kemudian orang yang menjalankannya berdampak buruk. Malah sebaliknya puasa memiliki kekuatan dahsyat bagi tubuh manusia bahkan berdampak multi dimensi dalam kehidupan manusia. Menurut Ghazali, faedah lapar adalah kesehatan jiwa dan badan, karena siapa sedikit makannya, sedikit pula penyakitnya.

Yah sedikit penyakitnya bagi mereka yang rajin berpuasa, karena perut adalah sumber penyakit. Beragam makanan dan minuman selain gizinya diserap dalam tubuh, ia akan berubah menjadi sampah perut. Tahukan karakter dari sampah? Dia kotor dan berbau serta berdampak penyakit jika tidak bisa dikeluarkan dalam tubuh.

Contoh kasus, seorang terapis pengobatan alternative non muslim keturunan Tionghio pernah mengaku bahwa dirinya sering mengkonsumsi jamu sariawan usus. Ia melakukan itu karena sadar peran usus sangat penting dalam proses pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga fungsinya harus terjaga dan terpelihara.

Umat Islam sudah dikenalkan sistem kesehatan yang luar biasa sejak berabad-abad lamanya. Bahkan DR Yuri Nikolayev, Direktur Bagian Diet Rumah Sakit Jiwa Moskow menyebutnya, puasa merupakan penemuan terbesar dalam abad 20 karena membuat orang tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional

Hal serupa Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh.

Dengan berpuasa menyebabkan organ-organ pencernaan dalam tubuh tidak bekerja, alias istirahat sehingga miliaran sel dalam tubuh bisa bertahan lebih bagus. Puasa berfungsi untuk mengeluarkan racun/ toksin dalam tubuh, meremajakan sel-sel dalam tubuh dan memperbarui sel-sel yang sudah rusak, serta memperbaiki fungsi hormone sehingga membentuk kekebalan tubuh.

Maka, berpuasalah kamu niscaya akan sehat, kata Rosulullah dalam sebuah hadistnya. Berpuasa dengan jangan berlebih-lebihan makan dan minum, seperti peringatan Allah Swt dalam QS Al A’raf ayat 31. Karena makan pada hakekatnya, kata Rosul, hanya untuk menegakkan sulbi anak cucu Nabi Adam. Malah makan dua hari, apalagi tiga hari, disebut Rosulullah itu sudah berlebihan. Wallahu’alam bishowab. (*)

*) Disampaikan dalam ceramah kuliah shubuh Ramadhan
Di Masjid Al Ma’mur Pronggol Kota Cirebon, Kamis 16 Juni 2016.