Juni 24, 2016

SANG GURU KEHIDUPAN ITU TELAH PERGI...


Suasana henting terasa saat melepas jenazah Hafidin Hasanudin, S.IP., M.Pd di pelataran Masjid Al Huda Desa Lemahabang Kabupaten Cirebon, Jumat (24/6). Perwakilan tokoh masyarakat, Bapak Muhidin, S.Pd yang juga kawan seperjuangan dakwah memberikan kata-kata pelepasan jenazah. Sebelumnya para warga, kolega, family dan rekan-rekan almarhumah menyolatkan jenazah secara bersama-sama usai sholat Jumat.

“Mewakili pihak keluarga, jika Bapak Hafidin mempunyai kesalahan mohon dimaafkan sebesar-besarnya. Jadikanlah wafatnya Bapak Hafidin menjadi pelajaran kita semua yang masih hidup, sekalipun beliau tidak lagi bisa bicara. Sebagai aktifis dakwah sepanjang hidupnya tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah selama di Masjid Al Huda. Dia juga sangat peduli terhadap masyarakat, rajin menyantuni anak fakir miskin dan anak yatim piatu,” tutur Muhidin di depan jamaah.

Masa hidupnya, Hafidin seluruh waktu hidupnya dicurahkan untuk umat. Lama aktif mengajar di SMP dan SMA Muhammadiyah Sindanglaut (kini Lemahabang). Rajin dalam kegiatan keagamaan di Masjid Al Huda Blok Pejagalan Lemahabang. Pendakwah di wilayah Cirebon timur. Ujung tombak dalam kegiatan Madrasah al Huda dan salah satu pioneer pendirian SD Al Irsyad. Terakhir tercatat sebagai guru di SMK Darul Mukminin Jatinegara dan SMP Muhammadiyah Tanah Abang Jakarta.

Kabar kematiannya membuat banyak pihak terkejut. Selama ini pria berusia 52 tahun ini dikenal energik, tak pernah mengeluh sakit. Namun pada Kamis (23/6) malam pukul 22.00 guru Bahasa Indonesia tersebut menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Hasan Sadikin Bandung sebelum dilakukan operasi terhadap penyakit yang dideritanya. Innalillahi wainnailahi rojiuun. Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.

Masyarakat berbondong-bondong mengantarkan jenazah Hafidin di tempat peristirahatan terakhir di tempat pemakaman blok timpas Lemahabang. Beberapa mobil rombongan dari SMK Darul Mukminin Jatinegara dan SMP Muhammadiyah Tanah Abang pun hadir dalam proses pemakaman aktifis dakwah tersebut.

PELITA HIDUP
Kepergian guru sejati tersebut membuat banyak pihak terkejut. Kabar kematiannya pukul 10.00 malam langsung beredar dari pesan singkat ponsel, dari mulut ke mulut hingga ke media sosial internet. Semua pihak tidak percaya kepergiannya begitu cepat, apalagi musim Ramadhan biasanya kesibukan Hafidin meningkat di kegiatan kegamaan Masjid Al Huda.


“Inalilahi wa ina ilaihi rojiun... Pa hafidzin... Kaget,bener p hafidzin yg dl kita berjuang bareng di sdit alirsyad? Air mata ini ga bs di bendung... Insyaallah jannah utk bapak...Allahumaghfirllahu warhamhu wa fu anhu... Selamat jalan sahabatku, guruku, yang selalu mengajarkan, dakwah dg kelembutan dg hikmah dan dg contoh,tak pernah lelah berjuang menuntut dan mengamalkan ilmu, kenangan dahulu dalam satu misi visi kita saat di SDIT al irsyad tak kan pernah terlupakan, nasehat2mu slalu ku ingat... Orang baik sepertimu, insyaallah jannah imbalannya...,” tulis facebooker bernama Mulhayatie dalam statusnya.

Yah, wajar jika banyak orang merasa kehilangan orang baik seperti Hafidin. Bayangkan saja selama hidupnya kiprahnya dicurahkan untuk banyak orang.  Ia boleh dibilang sebagai pelita kehidupan. Dimana pun ia berada akan memberikan kemaslahatan bagi orang-orang di sekitarnya. Sifatnya yang peduli membuat warga gang Gayam Lemahabang lor ini bisa diterima oleh banyak orang dan dibanyak tempat. Buktinya, kala harus memilih hidup merantau di Jakarta selepas mengajar di Muhammadiyah Sindanglaut, Hafidin langsung mengajar di sekolah Jakarta.

“Setahu saya saat merantau ke Jakarta, ia sempat menjadi pengajar TPA di masjid terdekat kontrakannya. Ia mengontrak sendirian satu rumah di Jakarta. Setelah itu Pak Hafidin mengajar di SMK Darul Mukminin Jatinegara, bersamaan mengajar di SMP Muhammadiyah Tanah Abang,” tutur Budi, guru SMK Darul Mukminin Jakarta saat mengantarkan jenazah di pemakaman.

Bagi siswa SMP Muhammadiyah Sindanglaut awal tahun 1990-an akan merasakan kehangatan beliau dalam mengajar siswa siswinya. Tidak hanya memberikan ilmu sekolah, tetapi juga perhatian dan kepeduliannya membimbing, membina dan melatih kemampuan agama anak didiknya, khususnya masalah perbaikan akhlak, kemampuan baca tulis al Quran dan ibadah sholat. Seringkali menjadi teman curhat para siswa yang tengah dilanda galau masalah remaja.  

Selain mengajar di SMPM, Hafidin sore hari mengajar di Madrasah Al Huda. Para siswa didiknya sering diajak pengajian malam ahad di Masjid Al Huda hingga menginap dan keesokan harinya pulang. Materi pengajiannya sederhana: menterjemahkan bacaan Al Qur’an per kata. Anak-anak didiknya disuruh untuk mengulang arti kata tanpa harus melihat terjemahan.

Banyak cara yang ia lakukan dalam mendekatkan dengan anak didiknya. Selain berolahraga bersama, mengaji, pendampingan khusus hingga konseling kunjungan ke rumah orangtua siswa.

INTROVERT
Dibalik sikap perangai dan energiknya ada sebagian orang menilai kepribadian Hafidin seorang tertutup (introvert), khususnya masalah privaasi hidupnya. Hal ini dirasakan oleh guru-guru di Jakarta. Selama menjadi guru di Jakarta Hafidin tidak banyak bicara tentang perjalanan hidup dan latar belakang keluarganya.

“Kita kesulitan informasi saat dapat kabar Pak Hafidin meninggal dunia. Untuk sampai ke lokasi rumah duka, kami harus bertanya-tanya mulai dari kantor kecamatan hingga kantor desa. Selama ini kami tidak tahu alamat di Cirebon dimana, keluarganya siapa, punya istri dan anak berapa. Data yang ada di sekolah adalah alamat dia yang ada di Jakarta, karena dia sudah punya KTP Jakarta,” ujar Budi, guru dari Jakarta.

Tertutupnya sifat Hafidin diakui juga oleh keluarganya. Menurut Hadi, kakak ketiganya Hafidin sejak kecil memang tertutup tentang aktifitas yang ia lakukan. Kebiasaan ini tumbuh dan berkembang hingga ia dewasa. “Jika ada keluarga yang nanya lagi ada kegiatan apa, pasti tidak mau terbuka. Dia hanya mengatakan nanti saja kalau sudah berhasil dan sukses baru akan cerita,” ucap Hadi menjelaskan watak adik bungsunya tersebut.

Sifat tertutupnya tersebut membuat penyakit yang diderita Hafidin tidak banyak keluarga yang tahu. Menurut pengakuan kakak ketiganya Hadi, pihak keluarga baru tahu penyakit yang dideritanya setelah sudah parah. Sebelumnya setiap kali ditanya selalu menjawab tidak ada masalah dan sudah sehat sehingga terus beraktifitas kembali. Watak Hafidin tersebut petanda yang bersangkutan tidak ingin penyakitnya itu menjadi penghalang kegiatan dakwahnya.

Di akhir hidupnya, Hafidin belum sempat kembali beristri apalagi memiliki anak. Pernikahan pertama yang pernah ia lalui belum berjalan seindah dalam bayangannya. Keinginan untuk menaik haji dari rencana sawah yang ia miliki belum tuntas terlaksana.

Anak penutup dari delapan saudara (lima perempuan dan tiga laki-laki) ini termasuk "gila sekolah". Dalam keterbatasan ekonominya ia mampu membiayai sendiri kuliahnya dari gajinya sebagai sekolah swasta kecil. Pendidikan dasarnya ditempuh di desanya hingga SMK Negeri Sindanglaut.

Merasa dananya tidak cukup, ia tetap bertekad ingin kuliah. Konsentrasi Bahasa Indonesia ia pilih sbg jurusan kuliahnya di D3 Universitas Terbuka (UT). Tak puas sampe disitu, Hafidin ini memuaskan diri ilmunya dengan melanjutkan kuliah S1. Jurusan Ilmu Politik yang ia ambil.

Usianya tak muda lg ia tetap haus akan ilmu dunia. Saat mengajar di Jakarta Hafidin mampu menyelesaikan kuliah S2 Bahasa Indonesia di Universitas Muhammadiyah Prof Hamka di Limo Jakarta. Dari delapan saudara Hafidin satu-satunya anak yang berkesempatan kuliah.

Sifat tertutupnya Hafidin belakangan diketahui, penyakit yang dideritanya adalah kelenjar getah bening. Gara-gara penyakit ini leher Hafidin membengkak, menjalar ke tangan dan kakinya menjadi sakit. Alasan inilah sehingga keluarga memutuskan Hafidin dirawat di rumah sakit di Bandung, padahal sebelumnya anak bungsu ini lebih suka berobat herbalis atau pengobatan alternative. 

Sekitar dua pekan di rumah sakit kadar gula tubuhnya masih tinggi membuat operasi kelenjar belum bisa dilaksanakan oleh tim medis, hingga akhirnya ajal lebih dulu menjemputnya. Selamat jalan guru ku. Semoga  dimasukkan ke dalam orang-orang ahli surge. Aamiin...

Cirebon, 25 Juni 2016 Pukul 00.09