SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

September 28, 2020

MENOLAK KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI

(bagian-3)
Prestasi kinerja Indri itu melahirkan dukungan kuat warga sekolah. Dukungan untuk menjadi kepala sekolah periode ketiga. Namun yayasan tidak merestui dengan alasan tidak mendasar. Proses suksesi berjalan memanas. Ada tarik ulur kepentingan. Entahlah kepentingan untuk siapa? 

****

Sadar pada akhir Oktober mendatang masa jabatan Indri sebagai kepala sekolah periode ketiga akan berakhir. Namun ia belum bisa bernafas lega. Sekolah yang delapan tahun dibangun dengan susah payah harus ditinggalkan. Ditinggalkan dalam kondisi sekolah yang belum punya calon pengganti yang pasti. 

Sekolah masih kesulitan mencari guru yang memenuhi persyaratan calon kepala sekolah. Kriteria yang ditetapkan oleh yayasan. Khususnya guru yang sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepala sekolah yang berujung memiliki NUKS (Nomor Unik Kepala Sekolah).  

Kepemilikan NUKS menjadi strategis bagi kepala sekolah. Kebijakan pendidikan nasional ke depan, kepala sekolah yang belum memiliki nomor ini tidak diperkenankan mengelola dana BOS. Padahal dana BOS bagi sekolah swasta merupakan nyawa utama bagi kelangsungan masa depan sekolah. Indri tidak mau, kepala sekolah penggantinya akan mengalami hambatan serius.

Sementara dukungan kuat mengalir dari guru-guru dan TU membuat Indri semakin sulit posisinya. Di satu sisi ingin mengakhiri masa kepemimpinannya dengan happy ending. Namun di sisi lain kondisi sekolah masih menuntut kerja kerasnya mempertahankan dan mengembangkan sekolah. Seperti harapan besar guru-guru dan TU kepada Indri. Kegalauan itu kian menguat, manakala ada upaya dari ketua yayasan memaksakan calon diluar wakasek. Calon yang tidak diusung atau didukung oleh warga sekolah.

Warga sekolah makin merapatkan barisan agar calon yayasan itu tidak masuk bursa pemilihan. Calon yayasan itu bukan wajah baru. Ia adalah Musi, mantan kepala sekolah lama, sebelum Indri datang. Musi memilih pindah ke sekolah satu komplek yang tengah berkembang. Namun di sekolah barunya ambisinya  tersandung kasus dugaan pelecehan terhadap siswinya. Ia di demo. 

Isu berkembang meluas hingga sampai ke masyarakat. Mengganggu pencitraan sekolah yayasan setiap kali penerimaan siswa baru tiba. Belum tuntas satu periode, Musi akhirnya turun dari jabatannya, diamankan oleh yayasan. kasusnya ditutup.

Tahun 2020 kasus lama Musi kembali menghangat. Pemicunya, yayasan akan mendorongnya menjadi kepala sekolah kejuruan. Sekolah dengan jumlah banyak, maju dan berkembang. Kepala sekolah lama menyatakan mundur di tahun kedua karena konflik internal sekolah. Kehadirannya diprotes, karena sebagai guru baru masuk Musi malah ditetapkan menjadi wakil kepala sekolah. Apalagi akan menggantikan kepala sekolah mundur.

Penolakan itu membuat yayasan memproyeksikan Musi sebagai kepala sekolah pengganti Indri. Walau di internal yayasan pengurus lainnya tidak setuju atas pencalonan Musi. Ketua yayasan dianggap berlebihan mengistimewakan Musi dalam menempati jabatan di sejumlah tempat. Tanpa melihat potensi guru-guru lain. Sikap ketua yayasan berdalih karena kerja yayasan banyak dibantu oleh Musi.

Pengurus lainnya ingin menghentikan gejolak sekolah atas reaktif terhadap Musi. Setelah dijatuhkan dari kepala sekolah tingkat atas, diprotes kala pindah dicalonkan wakasek di sekolah kejuruan. Kini mau dicalonkan sebagai pengganti Indri.

Para anak buah Indri sudah mulai gusar. Karena mereka sudah paham bagaimana gaya kepemimpinan Musi selama menjadi kepala sekolah. Namun Musi terus kasak kusuk melakukan berbagai pendekatan dan cara agar dirinya mulus menjadi kepala sekolah selepas Indri.  Walau akhirnya ia dipaksa tidak nyalon. Ada perlawanan dari internal pengurus yayasan. 

Pengurus yayasan dan warga sekolah menilai, ketua yayasan memiliki hubungan khusus dengan Musi hingga menganak-emaskan. Musi selama ini menjadi ketua TU yayasan plus plt kepala klinik yayasan. kini didorong menjadi kepala sekolah lain, dari kejuruan hingga sekolah menengah pertama.

Proses suksesi kepala sekolah selepas Indri masih menghangat. Musi yang mundur dipaksa dari pencalonan tidak kemudian berjalan mulus. Yayasan masih ngotot tidak merestui dukungan warga sekolah mengusung Indri menjadi kepala sekolah periode ketiga. Malah salah satu pengurus yayasan bergerilya, melobi para wakasek agar mau mencalonkan diri jadi kepala sekolah. Sementara Indri ditolak pencalonannya karena alasan sudah dua periode.

Para wakasek, guru-guru dan TU heran dengan sikap yayasan menolak dukungan mereka kepada Indri. Padahal dalam aturan yayasan, sangat jelas dan gamblang. Disebutkan, kepala sekolah boleh diperpanjang periode ketiga manakala prestasi kinerja kepala sekolah yang bersangkutan dinilai amat baik. 

Lalu mengapa dukungan warga sekolah kepada Indri ditolak oleh yayasan? Apakah kerja keras Indri membawa perubahan dan kemajuan sekolah tidak dianggap sebagai prestasi? Ataukah ingin mempertaruhkan masa depan sekolah yayasannya ketika krisis kepala sekolah melanda sekolah ini? 

Namun sebagai seorang kader, Indri tetap menerima keputusan yayasan asal untuk kemajuan sekolah dan yayasan. Wallahu’alam bishowab. (*)