SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Januari 07, 2025

TIGA SPIRIT LAHIRNYA GSM

Oleh:
Deny Rochman

Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menjadi gerakan revitasilasi. Revitalisasi peran dan fungsi guru dalam membawa kemajuan pendidikan melalui ruang ruang kelasnya. Sejak 2016 gerakan ini lahir, GSM perlahan namun pasti sudah merambah ke daerah daerah di Indonesia. Tipologi gerakannya yang cenderung militan, GSM punya potensi menjadi gerakan masif menasional. Ini tidak lepas spirit yang menggerakan pendirinya, M. Nur Rizal, P.hD dan Novi Poespita Candra, P.hD. Dua pasangan suami isteri, kedua dosen UGM Yogyakarta di dua fakultas berbeda.

Lahirnya GSM, paling tidak ada tiga spirit yang melandasi gerakan ini. Spirit ini terpancar dari sebuah buku karya kedua founder tersebut. Buku berjudul "Dibalik Lahirnya Gerakan Sekolah Menyenangkan" diterbitkan oleh KPG, Kepustakaan Populer Gramedia Jakarta pada Agustus 2024. Di dalam buku 7 bab 214 halaman utama mengupas perjalanan lahir dan berkembangnya GSM.
Yang menarik, GSM lahir dan berkembang dari para intelektual kampus non pendidikan. Muhammad Nur Rizal adalah dosen teknologi informasi, sedangkan Novi Poespita Candra  adalah dosen Psikologi di kampus yang sama. Karena tiga perjalalanan spiritual hidup mereka yang akhirnya memutuskan terlibat langsung ikut berkontribusi positif dalam memajukan pendidikan nasional dari sekolah ke sekolah.

Perjalanan hidup Pak Rizal dan Bu Novi bersama keluarganya, selama menjadi aktivis kampus dan saat studi doktoral di negeri Kanguru Australia menjadi kekuatan spiritual lahirnya GSM. Kedua orang tuanya yang cinta ilmu, perlawanan kampus masa akhir Orde Baru, dan sistem pendidikan Australia yang bikin keduanya kepincut. Perjalanan spiritual itu membuat keduanya yakin, jika pendidikan adalah faktor penting yang bisa mengubah seseorang, bahkan mengubah nasib sebuah bangsa.

Spirit pertama datang dari kultur keluarga. Rizal berdarah Madura yang dikenal senang belajar ilmu termasuk ilmu agama. Keluarga besarnya memiliki pesantren Al Awwaliyah (berubah nama Al Kholidiyah). Budaya literasi itu kian menguat ketika ketika orang tua Pak Rizal hijrah ke Yogyakarta. Seiring perpindahan ayahnya bekerja sebagai PNS di Kota Pelajar. Orang tuanya mengaku akan bangga dan bahagia jika anak-anaknya berilmu tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kehidupan kampus era 1990-an membuat idealisme Rizal muda makin terasah. Keterlibatannya sebagai aktivis kampus mengantarkannya sebagai Ketua Senat Mahasiswa UGM pada 1997. Perjumpaan bersama Ibu Novi di Senat, membuat kekuatan dua aktivis kampus berlipat dalam memperjuangkan hak hak sipil yang tertindas dan termarginalkan. Spirit kedua ini terus melekat tak lekang dengan waktu seiring keduanya studi doktoral di Australia.

Kedua dosen UGM ini saat studi S3 di Australia membuat anak-anaknya harus sekolah di sana. Di sekolah bule itu ditemukan nilai-nilai pendidikan karakter humanistis. Nilai-nilai yang diajarkan oleh Kihajar Dewantara, tokoh pendidikan pahlawan nasional Indonesia. Mulai awal sekolah di sana, anak-anaknya sekalipun belum bisa bahasa Inggris namun merasa betah dan semangat ke sekolah. 

Potret sistem pendidikan di Australia yang maju dan berkembang, mendorong dua dosen itu untuk berbuat sesuatu melalui GSM. Organisasi penggerak yang lahir pada era Mendikbudristek Nadiem Makarim. Di era santernya kebijakan guru penggerak. Melalui GSM, Pak Rizal dan Bu Novi dalam buku ini menyampaikan gagasan solusinya untuk masalah pendidikan Indonesia.

Beberapa solusi diantaranya menciptakan lingkungan belajar yang menghargai perbedaan. Kedua, mengutamakan pendidikan karakter. Ketiga, menempatkan guru sebagai profesi mulia dan elit. Keempat, mendorong sekolah untuk berkolaborasi, bukan berkompetisi. Selanjutnya, melibatkan orang tua dan masyarakat untuk ikut mendampingi siswa belajar. Beragam solusi itu menjadi agenda GSM dalam merevolusi pendidikan nasional. 

Buku berwarna hijau sage ini secara detail mengungkap fakta fakta sosial kelahiran GSM. Dengan bahasa terstruktur apik dan gaya tulisan yang santai, buku ini layak untuk dinikmati. Apalagi sambil menyeruput secangkir kopi pahit dengan cemilan bapkia jogja. Buku GSM ini bak secangkir kopi, kalau pikiran butuh inspirasi. (*)

Penulis adalah Pegiat Literasi, Lurah Kesepuhan Kota Cirebon.