SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

September 28, 2020

BERJUANG MENYELAMATKAN SEKOLAH

 (bagian-2)
Ia hadir karena diminta. Diminta untuk menjadi kepala sekolah. Sekolah yang dari tahun ke tahun jumlah siswanya terus menurun. Namun kehadiran Indri, mampu merubah keadaan. Sekolah yang kritis itu akhirnya luput dari ancaman kebangkrutan. Sayang perjuangan itu tidak dinilai sebagai prestasi. 

****

Awal tahun 2012, Indri masih menikmati menjadi pengajar di sekolah lain pada yayasan yang sama di tingkat daerah. Di tempat tak jauh,  Indri juga mengabdi sebagai guru honor di sekolah negeri perkotaan. Mengabdi di sekolah negeri ia lakoni sejak 2006. 

Di tengah asyik mengajar, pengurus yayasan kecamatan meminta agar dirinya menjadi kepala sekolah yayasan kecamatan. 
Indri ragu, apakah ia mampu. Karena ia seorang perempuan. Kepala sekolah sebelumnya sejak 1970-an sekolah berdiri adalah laki-laki. 

Apakah ia siap harus bolak balik hampir tiap hari. Menempuh perjalanan 30 Km pulang pergi dari rumahnya di kota ke sekolah kecamatan. Padahal selama ini, ia pindah sekolah ke kota karena untuk mendekatkan jarak dengan rumahnya. Sebelumnya memang Indri lama mengajar di sekolah yayasan di kecamatan itu. Sebelum tahun 2006 pasca dia lulus kuliah di kampus agama. 

Keputusan akhirnya menerima amanah pengurus yayasan kecamatan. Setelah ketua yayasan kecamatan membujuk terus. Setelah sesepuh organisasi ini meyakinkan Indri untuk menjadi kepala sekolah di yayasan kecamatan. Setelah Indri berdiskusi serius dengan suaminya. Lalu kemana kepala sekolah kecamatan yang lama? Padahal baru satu periode ? 

Ternyata kepala sekolah lama, sebut saja Pak Musi, lebih tertarik pindah ke sekolah yang lebih tinggi jenjangnya di komplek yang sama. Menggeser kepala sekolah petahana yang mengalami kasus, tapi ada yang bilang dikasuskan. Entahlah…. Sekolah tujuan ini masa itu mulai berkembang. Menggiurkan memang,

Singkatnya Indri menerima tantangan yayasan kecamatan untuk memimpin sekolah. Sekolah yang pernah dulu pertama kali mengajar menjadi guru. Sekolah yang dari tahun ke tahun jumlah siswanya sedikit bahkan cenderung menurun. Tentu akan mengganggu biaya operasional sekolah. Tahun-tahun sebelumnya kegiatan sekolah terjebak rutinitas mengajar dan belajar alakadarnya. Sarana prasarana, bahkan kegiatan ekskul tidak berjalan. Apalagi sampai meraih prestasi.

Bertugas di tahun pertama, Indri terus mencari terobosan strategi. Strategi untuk meningkatkan jumlah siswa baru. Strategi untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Strategi untuk pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. 

Membangun hubungan baik dengan orangtua siswa, dengan yayasan, dinas, antarkepala sekolah dan lainnya. Perlahan tapi pasti, upaya itu membuahkan hasil. Atas pencapaian itu Indri pun kembali dipercaya untuk menjadi kepala sekolah periode kedua. Semua berjalan lancar, tanpa ada kendala dan tanpa ada kepentingan konflik.

Prestasi kerja Indri sebagai kepala sekolah terus dipertahankan bahkan dicoba untuk ditingkatkan pada periode kedua kepemimpinannya. Tak hanya urusan kegiatan belajar mengajar, tetapi juga membangun budaya sekolah. Budaya rukun, gotong royong dan saling menghargai. Pemberian penghargaan atas prestasi mulai dibiasanya, Memanusiakan manusia. Kinerja periode ketiga pun dianggap memuaskan warga sekolah. Termasuk pihak pemerintah melalui penilaian kinerja kepala sekolah dan akreditasi sekolah. 

Respon sekolah dibawah kepemimpinan Indri pun cukup kooperatif, loyal. Mulai dari penataan kebijakan sentralisasi keuangan sekolah ke yayasan, pembagian ruang kelas dan gedung sekolah dan beragam kebijakan lain yayasan mencoba untuk diikuti. Kegiatan verifikasi dan audit keuangan sekolah oleh yayasan pun tidak ada masalah. Indri sadar, ia adalah sekolah swasta yang dimiliki oleh yayasan. Namun ia pun harus menjalin hubungan baik dengan Dinas Pendidikan di daerahnya. 

Sekolah Indri terus tumbuh berkembang dan maju di semua lini. Paling tidak mendekati pemenuhan kriteria sekolah standar nasional atau pemenuhan delapan standar nasional pendidikan. Itulah kemudian, mengapa wakasek, guru-guru dan TU menyatakan kebulatan tekad untuk mengusung Indri menjadi kepala sekolah periode ketiga.

Ada sejumlah alasan warga sekolah mengusung Indri ketiga kalinya. Pertama, pengajuan calon kepala sekolah adalah usulan guru-guru dan TU. Warga sekolah sepakat, atas prestasinya Indri layak diberikan penghargaan menjadi kepala sekolah untuk periode ketiga. Kedua, belum ada guru-guru yang ada memenuhi kelayakan kriteria sebagai calon kepala sekolah pengganti Indri. 

Ketiga, kepemimpinan Indri yang santun, guyub, supel dan mengedepankan kebersamaan masih dibutuhkan dalam mengembangkan dan memajukan sekolah yayasan kecamatan itu. 

Bagaimana sikap Indri atas desakan warga sekolah untuk menjabat ketiga kalinya sebagai kepala sekolah? Mengapa ada hambatan dalam proses seleksi calon kepala sekolah yayasan di kecamatan itu? (bersambung)