SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Februari 14, 2016

SEKOLAH SEHAT TANPA KANTIN

 Oleh :
Deny Rochman

Jajanan di kantin sekolah  sudah tidak sehat, bahkan berbahaya. Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Kota Cirebon merilis sebuah hasil penelitiannya terhadap 13 sekolah. Dari 111 pemeriksaan sampel, ada 39% yang positif mengandung bahan berbahaya. Dengan kata lain, tingkat keamanan makanan jajanan anak sekolah hanya di angka 61%. Kebanyakan makanan tidak aman dikonsumsi karena mengandung boraks, rhodamin B (pewarna tekstil) dan formalin dengan beragam kadarnya.

Hasil penelitian tersebut sangat berbahaya. Berbahaya baik kelangsungan hidup bagi anaknya, keluarga, dan sekolah bahkan negara. Siswa merupakan aset berharga yang tak ternilai harganya. Keberadaanya tidak hanya penting bagi keluarganya tetapi juga bagi bangsa ini. Nasib masa depan keluarga, masyarakat dan bangsa akan bergantung kondisi kesehatan siswa saat ini. Kesehatan dari sisi jasmani maupun rohani.


DAMPAK KESEHATAN
Boraks pada makanan akan membawa keburukan bagi kesehatan anak. Bahan kimia ini jika dikonsumsi terus menerus bahkan kian bertambah banyak akan menimbulkan gejala akut seperti Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi susunan syaraf pusat). Sementara gejala kronis akan dirasakan seperti nafsu makan menurun, gangguan pencernaan, gangguan susunan syaraf pusat, bingung dan bodoh. Selain itu akan mengalami anemia, rambut rontok dan kanker.

Berbahayanya boraks dalam makanan karena jenis garam natrium ini banyak digunakan di berbagai industri non pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi tidak dapat larut dalam alkohol. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat yang sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika, seperti obat cuci mata (boorwater), obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil.

Bahan kimia lainnya dalam kandungan makanan adalah Rhodamin B atau pewarna tekstil kertas, dan cat (Rhodamin B), methanil yellow, amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta merusak ginjal dan hati. Bahan-bahan ini ditambahkan pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirop atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal.

Sedangkan makanan mengandung formalin sama berbahayanya dengan bahan kimia di atas. Pasalnya, formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya untuk urusan luar tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.

Proses pencampuran bahan kimia tersebut secara perlahan tapi pasti akan merusak organ tubuh anak. Tidak heran kini banyak penyakit orang dewasa sudah mulai ditemui kian banyak dialami anak-anak usia sekolah. Daya tahan tubuh anak melemah. Ini terlihat hampir setiap hari siswa ada saja yang ijin pulang sekolah karena alasan kondisi kesehatan. Terlebih setiap upacara di sekolah tidak sedikit siswa yang ijin tidak ikut berbaris lagi-lagi karena alasan kesehatan. Mereka yang berbaris pun terlihat lemas bahkan pingsan.

SEKOLAH SEHAT
Program kantin sehat dianggap menjadi solusi menciptakan sekolah sehat. Kedengarannya memang sederhana tetapi dalam realisasinya tidak semudah membalikan daun pisang. Sama halnya saat pemerintah menggalakan program kantin kejujuran, agar siswa sejak dini dididik menjadi orang jujur. Kelak ketika berkiprah dimasyarakat, mengabdi kepada nusa dan bangsa, karakter jujur sudah terbentuk dan berkerak di hati mereka. Alhasil, makanan minuman habis, termasuk uang-uangnya juga. Bangkrut!

Kesulitan menciptakan kantin sehat dipengaruhi oleh banyak factor. Pertama, keberadaan pedagang di sekolah atas dasar sewa penyewa lapak sehingga sebagai penjual ingin untung. Celakanya sebagian pedagang tidak mengedepankan moral bisnisnya dengan berjual apapun yang penting enak, nikmat, kenyang dan murah. Jika mereka menjual barang berkualitas sehat, sudah tentu harga jualnya cukup tinggi yang akan memberatkan daya beli siswa.

Faktor kedua adalah daya beli siswa yang menghendaki harga murah, makanan enak, nikmat dan kenyang. Perilaku konsumen tersebut dipahami penjual, sehingga mereka membeli barang-barang yang murah sekalipun berkualitas sampah. Ketiga, kegiatan produksi makanan dan minuman jajanan sekolah beredar secara bebas di pasaran. Belum jelas betul seberapa ketat pengawasan dari pihak terkait tentang peredaran jajaran anak tersebut sehingga sangat mudah diperoleh di sekitar kita.

Menciptakan kantin sehat di sekolah harus melibatkan semua pihak. Pihak sekolah harus memperketat syarat dan ketentuan jenis makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah. Dinas terkait bekerja sama dengan pihak keamanan harus berani menertibkan peredaran makanan dan minuman berbahaya bagi kesehatan. Untuk melakukan hal tersebut tidak sulit apabila dilandasi niat tulus untuk menyelamatkan masyarakat dan generasi penerus bangsa.

Sekolah tanpa kantin bisa menjadi sebuah pilihan bagi kebijakan sekolah. Para siswa bisa dibekali jajanan dari rumah oleh kedua orangtuanya yang lebih sehat dan bersih. Kebijakan tersebut sudah diterapkan di sekolah-sekolah negara maju, seperti di Australia. Dengan cara tersebut, selain kesehatan anak terjaga, mereka pun belajarnya lebih focus, daripada sekolah yang banyak kantin, siswa belajar hanya nunggu waktu istirahat: jajan, jajan, jajan. (*)


*) Penulis adalah peserta Pelatihan Guru di Australia tahun 2013