November 26, 2021

AKTIFIS HUMORIS ITU TELAH TIADA

Menjelang maghrib Jumat 26 November 2021, kembali ada kabar duka. Sebuah status facebook Janu Murdiyatmoko memposting berita lelayu, lengkap dengan foto almarhum :

"Innalillahi wainna ilayhi roji'un... allahumaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Mhn didoakan kelapangan kubur utk adik saya TAJUDDIN JULIANTO BIN SUWISBAR... meninggal dunia Jumat, 26 Nov 2021 pkl 16.00."

Membaca kabar duka mendadak saya kaget. Usia Tajuddin relatif masih muda dibawah usia saya. Ia adalah adik Mas Janu, kakak kelas saya di Kampus Fisip Unsoed. Masa aktif di organisasi kaum muda Muhammadiyah, saya sering berjumpa dengan Tajuddin. Ia sebagai pengurus IPM/IRM dan saya pengurus IMM Kab. Banyumas.

Kebersamaan kami karena almarhum teman dengan Tarqum Azis, yang kini sibuk mengelola pondok pesantren. Kendati berbeda organisasi, namun sering bertemu pada saat acara-acara besar Muhammadiyah. Atau sekadar makan minum dan nongkrong bareng dengan teman-teman sesama aktifis. Seperti Nur Fauzi (politisi PAN), Imam Arif (Ketua KPU Banyumas) dan lainnya.
Almarhum juga teman isteri saya, sama-sama pernah jadi pengurus IPM/IRM Kota Purwokerto dan Kab. Banyumas.

Sejak kuliah di D3 Unsoed Tajuddin memang sudah bertubuh tambun. Rumahnya tak jauh dari Pasar Wage atau Kebon Dalem. Ayahnya adalah pegawai Depag Banyumas. Kakaknya persis, malah sudah berpulang ke rahmatullah lebih awal. 

Tajuddin dengan perawakan bongaor dikenal humoris. Selalu memecah kebekuan suasana dengan candaanya. Sering ke sekretariat IPM IMM di Jalan Dokter Angka No. 1 Kota Purwokerto. Satu komplek dengan SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto. Di tempat ini, para penghuni sekre dan juga Tajuddin sering ngumpul. Mulai rapat-rapat hingga tidur atau sekadar nyantai makan dan minum.

Bersama sohibnya Tarqum, mobilitas Tajuddin sering menggunakan vespa biru. Selepas kuliah tahun 2000, lama saya tak berjumpa dengan Tajuddin. Kabarnya hanya tahu ia aktif di PAN. Partai Amien Rais mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu. Di partai matahari ini Tajuddin konon sebagai sekretaris eksekutif. Selain aktif di organisasi Pemuda Muhammadiyah Kab. Banyumas.

Setelah lama tak jumpa, hanya kabar duka yang sampai kepada saya. Itu pun lewat facebook dan whatsapp group alumni IMM Banyumas. Dikabarkan melalui status fb sobatnya Tarqum. Tajuddin meninggal Pada pukul 16.00 WIB (Jum’at. 26 November 2021) di Rumah Sakit Dadi Keluarga Sokaraja Banyumas akibat serangan jantung. Telah dimakamkan di Desa Dagansari, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara. Desa tempat tinggal asal isterinya.

Selamat jalan kawan... Candaan cerdasmu akan kukenang selalu. Semoga iman islam dan amalmu diterima disisi Allah Swt. Dosa2mu akan Allah ampuni. Insha Allah jannah. Aamiin. 

Kota Cirebon Sabtu, 27 Nov 2021 I 03:45

Turut berduka:
Deny Rochman & Keluarga

November 23, 2021

GURU INI DITAKUTI TAPI DIRINDUKAN

Waktu maghrib baru saja lewat. Mendadak ada kabar duka tersiar di group WA alumni SMP. Satu lagi guru hebat masa SMP berpulang ke rahmatullah, Senin 22 November 2021.  Kabarnya Pak Muhidin wafat karena sakit di RS Ciremai. Seorang guru tulen hingga akhir hayatnya. Innalillahi wainnailahi rojiuun...

Pak Muhidin masa sebagai guru SMP Muhammadiyah Sindanglaut Kab. Cirebon dikenal sosok yang tegas. Bagi anak-anak bandel, kehadiran guru bersuara serak ini cukup ditakuti. Tak segan beliau menghukum anak-anak yang melanggar aturan sekolah. Membuat anak-anak jera.

Semasa dididik olehnya pria asal Desa Lemahabang Pejagalan ini mengajar Aqidah Akhlak dan Bahasa Indonesia. Secara pribadi, saya tak banyak mengenal beliau. Selain guru yang sedikit bicara, dikenal alim, dan taat ibadah. Rumah orang tuanya disamping Masjid Al Huda. 

Masjid di ruas jalan Lemahabang-Jepura ini pada masa sekolah era 1987-1989, menjadi candradimuka "pengkaderan" para siswa. Setiap malam minggu, beberapa siswa sekolah ini mengikuti kajian dan menginap hingga pulang esok paginya. Al Huda pada masa itu punya kesan tersendiri pada anak-anak SMPM. 

Selepas SMP, saya masih bertemu Pak Muhidin sebagai guru SMAM. Sekolah satu komplek dengan SMPM, di lokasi baru di Gebah Sigong. Wajahnya perlahan hilang, setelah dirinya berkecimpung di Sekolah Al Irsyad Lemahabang. Sesekali berjumpa di jalan, atau saat jadi khotib sholat Jumat di Al Huda. Termasuk, saat khotbah kematian 24 Juni 2016 teman rejawatnya saat sama-sama menjadi guru SMPM, Hafidzin Hasanudin.

Seiring dengan waktu, lama tak jumpa dengan beliau. Pernah berjumpa lagi di SMP Al Azhar Kota Cirebon. Saat saya liputan jurnalistik di sekolah tersebut, era 2001-2004. Sekian tahun berjumpa lagi, beliau sudah beralih kesibukan di yayasan pendidikan Assunnah Cirebon Kalitanjung hingga akhir hayatnya. 

Selama mengenal sejak SMP hingga saya bekerja dan berkeluarga tak banyak yang berubah dari sosok Muhidin. Bawaanya suaranya yang serak, perawakannya yang slim, jalannya yang cepat dan selalu hangat jika diajak ngobrol. Kehidupannya berjalan istiqomah, juhud dalam kesederhanaan. Anak dan isterinya taat beragama hingga berhijab dan bercadar.

Kini mulai 22 November 2021, sosok Muhidin tak akan lagi dijumpai dalam kehidupan dunia. Pukul 09.00 Selasa esoknya jenazah guru ditakuti namun dirindukan ini berbaring tenang di alam kubur. Memulai babak kehidupan baru melakukan perjalanan panjang di kampung akherat. Dimulai dari pemakaman Assunnah 2 di komplek pondok pesantren salafy tersebut. Selamat jalan guruku.... (*)

Penulis:
DENY ROCHMAN, alumni 1991 SMP Muhammadiyah Sindanglaut Kab. Cirebon

November 17, 2021

Dicari, Guru Inspiratif

Jumat (12/11) pekan lalu sekitar 100 guru Kota Cirebon berbondong-bondong ke SMP Negeri 6 Kota Cirebon. Mereka penasaran dengan kegiatan workshop sehari digelar oleh komunitas Gelemaca. Pengumuman workshop beredar di media sosial hanya dalam 1x24 jam kuota peserta melebihi target yang semula hanya 50 orang. Selama workshop, peserta terlihat begitu menikmati jalannya kegiatan dari jam 8 pagi hingga jam 4.30 sore.

Hadir sebagai nara sumber adalah tim organisasi penggerak Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Mereka bertiga datang dari Yogyakarta dan menginap hanya di rumah salah satu pegiat Gelemaca. Ketiganya adalah guru-guru SD hebat yaitu Witanta Kurniawan, S.Pd, Suharyadi, S.Pd dan Krisna Aji Widodo, S.Pd. Sementara pembicara utama adalah Muhammad Nur Rizal, Ph.D. Sang motivator, inspirator dan founder GSM lulusan doktor Australia.

Di awal workshop, setelah dibuka resmi oleh ketua Gelemaca Lilik Agus Darmawan, peserta terhubung saluran online dengan pendiri GSM. Pria yang mengaku mantan sampah sekolah ini banyak bercerita tentang kisah-kisah inspiratif. Termasuk pengalaman pribadinya masa sekolah SD. Masa titik balik kehidupannya sehingga membuat dirinya berhasil mulai sekolah dasar menengah favorit di Yogyakarta hingga kuliah S1 UGM hingga studi hingga keluar negeri. 

"Tidak mungkin saya seperti ini tanpa jasanya guru SD saya ibu Juheriyah. Di saat banyak orang menganggap saya sampah sekolah, preman sekolah karena suka berkelahi membela teman-teman yang tertindas. Saat itu Bu Juhariyah hadir dengan penuh kasih sayang menolong, mendidik dan mengajar saya. Membuat kehidupan saya berubah," kenang Rizal melalui sambungan zoom meeting dari Bali.

Menurut Rizal, pengalaman spiritualnya masa kecil ingin berkontribusi terhadap pendidikan negeri. Ia berharap tak ada lagi guru-guru mendidik dan mengajar siswanya dengan cara dan perlakuan yang salah. Rizal menegaskan, dengan mengutip pendapat Albert Enstein, sesungguhnya tak ada anak yang bodoh. Semua anak memiliki keccerdasannya masing-masing. Setiap anak memiliki talenta dan bakat yang berbeda. Sama halnya kemampuan yang berbeda dimiliki ikan dan kera.

"Jika ikan disuruh naik pohon, maka akan selamanya ikan akan menjadi makhluk bodoh. Karena selama itu ikan tak akan pernah bisa naik pohon. Anak-anak kita pun demikian. Mereka punya talenta yang berbeda. Maka kembangkan kecerdasan mereka sesuai talentanya masing-masing. Inilah yang dibutuhkan dunia pendidikan saat ini. Guru-guru hebat, yang mampu memotivasi dan menginspirasi," tandas pria berkulit putih dengan penuh semangat.

Pada sesi lain, tim GSM berbagi ilmu dan pengalamannya dalam menciptakan sekolah dan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam workshop sekolah dan guru penggerak itu peserta diajak goyang seru-seruan bersama fasilitator. Pihak GSM juga memberikan materi seputar kecerdasan emosional dalam pembelajaran. Secara berkelompok guru-guru diminta membuat karya kreatif inovatif. 

Acara hasil kerjasama PGRI Kota Cirebon ini ditutup dengan paparan guru penggerak angkatan pertama Kemendikbud Ristek Dewi Aisyah, M.Pd asal guru Kab. Cirebon. Sementara pendaftaran guru penggerak Kota Cirebon baru akan dibuka di tahun depan. Dalam penjelasannya guru berprestasi ini berbagi tips dan trik mengikuti tes seleksi guru penggerak tingkat nasional. "Harus sabar, semangat dan disiplin dalam menjalaninya. Jika sudah lolos tes, harus mengikuti pendidikan selama 9 bulan," tuturnya di depan peserta yang mulai kelelahan. (*) 

November 16, 2021

GOWES ANTARA IMUN DAN IMAN

Oleh:
Deny Rochman

Pada Sabtu 20 November 2021, keluarga besar PGRI Kota Cirebon akan menggelar even besar. Mengadakan Gowes Sehati, Menjaga Imun Memupuk Empati. Kegiatan olahraga mengayuh sepeda ini akan diikuti anggota organisasi guru terbesar di Kota Cirebon. 

Mengambil start dari Dinas Pendidikan dan berakhir di SMP Negeri 9 Kota Cirebon. Perjalanan kurang lebih 15 Km tersebut akan membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam hingga ke lokasi finish. Perkiraan waktu dengan variasi usia peserta dan kondisi medan blusukan ke pedesaan.

Suasana masih masa transisi pandemi covid-19 memaksa panitia mewajibkan seluruh peserta gowes taat protokol kesehatan. Jumlah pesertanya pun dicoba untuk dibatasi. Kendati animo anggota begitu besar. Selain mereka banyak hobi olahraga, juga karena sudah hampir dua tahun keluarga besar PGRI rehat sejenak karena corona. 

Ada kerinduan kebersamaan yang tertahan selama ini. Kerinduan itu bakal memuncak saat Gowes Sehati yang akan dimeriahkan dengan bakti sosial, pembagian hadiah dan hiburan sambil menikmati kuliner tradisional.

Spirit yang dibangun dalam gowes kali ini adalah menjaga imun dan memupuk iman. Pemilihan tema gowes ini bukan tanpa dasar, apalagi jika terkesan "bid'ah" dan lebay. Gowes  masa pandemi bagian dari upaya PGRI mengajak anggotanya untuk selalu tetap membiasakan berolahraga agar hidup bersih dan sehat. 

Pola hidup bersih dan sehat ikhtiar agar daya tahan tubuh (imunitas) tetap terawat, terjaga. Satu kebutuhan hidup yang tak bisa tergadaikan dengan apapun, apalagi di masa pandemi. Jika abai, lalai akan prokes, akan kesehatan diri, taruhannya nyawa. Dead !

Data dan fakta berbicara. Selama masa covid-19 mendera, pengurus PGRI Kota Cirebon mencatat kasus kematian anggotanya. Sekitar puluhan dari para pendidik dan tenaga pendidikan kota ini menjadi syuhada melawan penjajahan corona. 

Alhamdulillah hingga PPKM level 1 kota ini semua perlahan kembali membaik. Kegiatan pembelajaran di sekolah pun mulai dilakukan kendati masih terbatas. Walau semua insan pendidikan tak boleh lengah memasuki era new normal. Karena corona sudah bermutasi wujud menjalani kehidupan endemik.

Tak hanya imun, pada masa pandemi memupul iman tetap sama pentingnya. Imun dan iman berjalan seiringa saling menguatkan dalam bertahan dan melawan corona. Tanpa iman rasanya imunitas kita tetap akan rontok. Covid itu seperti makhluk ghaib, tidak kasat mata. Maka, kita pun wajib berlindung kepada yang maha ghaib, Gusti Allah Swt. 

Tak cukup sholat, mengaji tetapi agama memerintahkan hamba-Nya untuk berzakat, berinfaq dan bersedekah. Berbagi dengan sesama. Ada doa keselamatan dan keberkahan yang terselip pada ucapan dan hati penerima. 

Gowes  Sehati, selain menguji daya tahan imun dengan mengayuh 15 km perjalanan. Gowes Sehati juga akan berbagi, menyantuni, memberikan bantuan kepada sekolah, kepada anak didik yang kurang mampu. Sejak makhluk corona menjajah kehidupan manusia, ketahanan ekonomi masyarakat goyah. 

Tak sedikit dari mereka bertekuk lutut. Bangkrut. PHK. Menjadi orang miskin baru. Dalam situasi ini, PGRI mencoba hadir walau dalam keterbatasan ingin berbagi. Dari oleh dan untuk anggota dan keluarga besarnya.

Spirit kebersamaan anggota tetap menjadi modal dan kekuatan besar organisasi yang menginjak usianya 76 tahun. Setiap kegiatan sumber utama kapital adalah dana gotong royong. Dana partisipasi itu dari anggota yang tersebar di sekolah-sekolah lima kecamatan: Harjamukti, Kesambi, Kejaksan, Lemahwungkuk dan Pekalipan, dibawah kewenangan Dinas Pendidikan Kota Cirebon. 

Diperkuat dari Cabang Khusus SMA, SMK dan SLB, dibawah otoritas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Penggalangan dana tersebut mengerahkan kekuatan SDM di semua elemen PGRI. 

Memang tak sedikit dana dalam menguatkan organisasi profesi ini. Sekalipun semua dalam kondisi pemulihan pasca PSBB. Namun kesadaran akan pentingnya kebersamaan dalam barisan, membuat seluruh anggota bergerak bergotong royong. Dalam even Hari Guru Nasional dan HUT PGRI tahun ini misanya, beragam lomba dan pertandingan. 

Tak melulu cabang olahraga, tetapi olah pikir, dan olah rasa juga digelar. Cabang olahraga seperti futsal, voli, catur, bulutangkis. Olah rasa antara lain lomba penulisan karya ilmiah dan video pembelajaran. Sementara olah rasa yaitu lomba menyanyi vokal solo dan paduan suara. 

Acara puncak peringatan HGN dan PGRI pada 25 November 2021 akan digelar ajang Anugerah Apresiasi Insan Pendidikan. Selamat Hari Guru Nasional, Hari Ulang Tahun PGRI ke-76. Bangkit Guruku, Maju Negeriku, Indonesia Bangkit, Indonesia Tumbuh. (*)

*) Penulis adalah Pengurus PGRI Kota Cirebon

SATUKAN IRAMA, GERAKAN PERUBAHAN

Guru-guru Indonesia itu hebat. Termasuk kamu. Yah kamu. Guru-guru penggerak Kota Cirebon. Kalian dan kita semua hebat. Dalam sehari, gedung pertemuan itu terus bergoyang. Mengikuti irama dan semangat guru-guru kota udang ini untuk perubahan. 

Perubahan kembali pembelajaran normal. Perubahan dalam cara mendidik dan mengajar. Perubahan dalam kemerdekaan dan kemandirian bersikap dan berfikir. Guru adalah manusia mandiri dan merdeka. Membentuk anak didik dengan hati mulia.

Guru-guru Kota Cirebon itu kreatif dan inovatif. Semua bergerak, ambil bagian. Materi demi materi selalu dinikmati. Lupa jika udara gedung mulai memanas. Lupa waktu jika acara melebihi batas jam. 

Jangan berhenti. Teruslah bergerak, kreatif dan inovatif menyenangkan. Masuklah ke dalam dunia anak didik kita. Bukan dunia orang-orang dewasa. Mari selalu bergandeng tangan, berkolaborasi sesama guru-guru hebat, kuat dan super. 

Mari kita selalu dalam satu barisan. Menciptakan ekosistem sekolah yang kondusif pembelajaran. Jangan hanya bergerak, berkreasi dan berinovasi di dalam gedung, saat diklat, workshop. Teruslah menebar inspirasi dan motivasi di sekolah, di dalam kelas, sesama guru dan di depan anak-anak.

Jadikan media group WA ini awal membentuk ekosistem pendidikan yang lebih baik. Pendidikan Kota Cirebon yang lebih bagus. Pendidikan Indonesia Maju. Merdeka Belajar. Merdeka guru dalam mencerdaskan anak bangsa. Yuk sukseskan gerakan Guru Penggerak Kota Cirebon tahun depan. 

Jangan berhenti hanya bergoyang di dalam gedung. Mari kita goyang pendidikan Kota Cirebon menuju perubahan progresif. Bismillah... (*)

MERDEKA BELAJAR NASIBMU KINI

Oleh:
Deny Rochman 

Merdeka Belajar menjadi kebijakan strategis pada bidang pendidikan. Kebijakan ini lahir pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo bersama KH Ma'ruf Amin. Kebijakan pada era Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim. Konsep Merdeka Belajar ini menjadi landasan grand desain lahirnya kebijakan-kebijakan berikutnya, seperti Kampus Merdeka, Kamus Mengajar, Asesmen Nasional, PPDB Zonasi dan lainnya. Targetnya menata dan meniti pendidikan berkualitas menuju Indonesia Maju, sejajar dengan negara-negara maju di dunia.

Sejak dilantik sebagai Mendikbud, ada sejumlah pekerjaan rumah bidang pendidikan yang harus dibenahi Nadiem. Presiden Jokowi dalam periode keduanya mengingatkan Nadiem terkait kondisi pemerataan akses pendidikan Indonesia, standardisasi kualitas pendidikan, kurikulum, dan harapan  penerapan teknologi dalam sistem pendidikan. Merdeka Belajar diharapkan menjadi jawaban dalam menyelesaikan PR pendidikan nasional.

Esensi Merdeka Belajar adalah dalam arti sekolah, guru-guru, dan muridnya, mempunyai kebebasan dalam berinovasi dan bertindak dalam proses belajar mengajar. Konsekuensinya, guru sangat dianjurkan untuk tidak bersikap monoton dan berorientasi pada guru saja. Guru harus menjadi manusia pembelajar (Long Life Education), yang terus berinovasi dan berkreatifitas. Demikian juga dalam konsep Kampus Merdeka. Kemudian lahir program Kampus Mengajar. Upaya mendorong pencapaian itu lahir  program Dosen Penggerak, Guru Penggerak, Sekolah Penggerak dan sebagainya. Sebagai bagian dari ekosistem pendidikan yang terintegrasi.

Dari beberapa PR dunia pendidikan, masalah guru menjadi persoalan krusial yang belum kunjung usai. Persoalan dari sisi kualitas guru yang belum semua sarjana, cerdas berkarakter. Maupun dari sisi kuantitas guru, terlebih jumlah guru PNS yang makin terbatas di banyak tempat. Artinya, berbicara kualitas SDM Indonesia ke depan, harus dimulai dari pendidikan berkualitas. Pendidikan berkualitas harus berangkat dari kompetensi guru yang profesional. Nah, dari masa ke masa, tantangan guru dihadapkan pada tantangan dan hambatan yang tidak kecil. Terlebih di era digital sekarang, ketika sumber belajar tak lagi hanya guru.

TANTANGAN JAMAN
Beragam formulasi kebijakan pendidikan era Jokowi jilid 2, esensinya untuk menjawab tantangan jaman. Pada satu sisi, bangsa ini akan mendapatkan bonus demografi Indonesia Emas 2045, namun pada sisi lain banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan kualitas dan kuantitas pendidik masih jauh dari harapan. Eksesnya kepada kualitas peserta didik yang belum sejajar dengan negara maju lainnya. Apalagi jika melihat kemampuan sains, literasi dan numerasi siswa versi survai PISA
(The Programme for International Student Assessment).

Ada tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi bangsa ini dalam pendidikan pada abad 21. Kemendikbud Ristek melihat pendidikan pada Abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Karena kita sudah masuk era revolusi industri 4.0. Kecakapan yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan era ini adalah keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.

Kecakapan Abad 21 yang terintegrasi dalam Kecakapan Pengetahuan, Keterampilan dan sikap serta penguasaan TIK dapat dikembangkan melalui: (1) Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill; (2) Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills); (3) Kecakapan Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation); dan (4) Kecakapan Kolaborasi (Collaboration). Keempat kecakapan tersebut telah dikemas dalam proses pembelajaran kurikulum 2013. Lahirnya Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mengembangkan bakat, minat, dan potensi peserta didik agar berkarakter, kompeten dan literat. 

Upaya membekali diri dengan skill Abad 21 ternyata tak mudah. Perkembangan dunia teknologi internet, tak diimbagi dengan pendidikan karakter manusia sehingga teknologi membawa dampak buruk bagi kehidupan. Ironinya, guru-guru sebagai garda terdepan pendidikan belum mampu mengadopsi dan  beradaptasi terhadap perubahan jaman. Menjadi problem, guru produk Abad 20 harus mengajarkan siswa produk Abad 21. Guru kolonial harus mengajar generasi milenial. Kesenjangan budaya ini membuat teknologi menjadi monster bagi kehidupan. Lahir banyak masalah sosial di sekitar kita.

Belum selesai hambatan budaya yang menghadang, kini pendidikan nasional harus tersandera oleh covid-19. Selama hampir 2 tahun berbagai kebijakan dan program pendidikan terhenti atau berjalan lambat. Kegiatan belajar mengajar di sekolah dihentikan. Diganti dengan Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh. Pola pembelajaran yang kemudian melahirkan beragam masalah. Baik masalah akses internet,  ketiadaan gadget, minimnya skill teknologi hingga masalah sosial yang timbul akibat PJJ.

ELEMEN PENGGERAK
Sejak awal Presiden Jokowi melalui Mendikbud, berharap kegiatan pendidikan masyarakat tidak terhenti lantaran covid-19. Grand design Merdeka Belajar tetap terus berjalan agar target melahirkan elemen penggerak tetap tercapai. Elemen penggerak ini, seperti guru, kepala sekolah, dosen, rektor dan lainnya, bagian penting ekosistem pendidikan. Berangkat dari elemen penggerak ini masalah pendidikan di Indonesia akan bisa teratasi. Ketika masa pandemi, kurikulum adaptif pun dipersiapkan.

Kini pemerintah terus menyiapkan elemen-elemen penggerak. Tahap demi setahap seleksi dilakukan. Seleksi untuk kebijakan Merdeka Belajar. Konsep belajar kemandirian dan kemerdekaan yang terinspirasi dari falsafah pendidikan KH Dewantoro. Di era keterbukaan dan kebebasan ini anak tidak lagi belajar secara kaku dengan kurikulum yang ada. Untuk mencapai target tersebut, guru dan dosen dibekali keilmuan pendidikan yang terintegrasi dengan teknologi, leadership dan lainnya. Pola rekruitmen yang panjang dan bertahap. Tidak saja dibekali dari sisi kognitif, tetapi juga diasah kecerdasan emosional dan sosial calon Guru Penggerak.

Untuk program Guru Penggerak misalnya, Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim menjelaskan, program tersebut dirancang sebagai upaya untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global.

Kebijakan Merdeka Belajar masih terus berjalan. Belum banyak memang dirasakan karena rekruitmennya bertahap. Namun ribuan guru penggerak dan sekolah penggerak akan akan dicapai, benar-benar akan membawa perubahan mendasar bagi dunia pendidikan Indonesia. Tidak saja dirasakan oleh sekolah-sekolah dan guru-guru negeri. Tetapi juga sekolah swasta dan guru honor ikut merasakan kemaslahatan Merdeka Belajar. Termasuk perasaan guru yang merdeka dari kebijakan kurang baik dari pimpinan. Mari kita kawal ! (*)

*) Penulis adalah pegiat literasi Gelemaca Kota Cirebon

Sumber: koran Radar Cirebon, Jumat 12 Nov 2021.

Oktober 30, 2021

MEMBANGUN EKSISTENSI DAN STRATEGI LITERASI GELEMACA


Oleh:
Deny Rochman*)

Membumikan literasi tak mudah. Pasang surut gerakannya ikut dipengaruhi kebijakan pemerintah. Sejak pengalihan kewenangan pengelolaan SMA/SMK kepada Pemerintah Provinsi. Sejak ada perombakan kabinet, Mendikbud Anies Baswedan. Maka, sejak itu Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Jawa Barat ikut kolaps. Beruntung, GLS di Kota Cirebon masih berumur dan bernafas panjang. Ada cara, strategi dan kekuatan untuk menjaga eksistensi gerakan Gelemaca. Membumikan literasi di Kota Wali.
****

Gerakan literasi di Kota Cirebon terus berkembang. Sejak dilaunching pada 2016 silam, para pegiat literasi kota ini mengembangkan program dan kerjasama dengan sejumlah pihak. Kendati dalam keterbatasan dana, waktu dan tenaga, namun tetap eksis hingga masuk tahun keempat. Tercatat sudah tiga kali mewisuda 1500 siswa dan guru, mengadakan jelajah literasi dialam terbuka, festival dan jambore literasi. Bekerja sama event beberapa kali dengan Dinas Pendidikan, TB Gramedia, PGRI, KKG, Kejaksaan Negeri, koran Radar Cirebon, Media Guru Indonesia, hingga perusahaan listrik Korea PLTU PT Cirebon Power. Beragam program tersebut berkah perjuangan pegiat literasi yang terhimpun dalam komunitas literasi Gelemaca. 

Nama Gelemaca pada tahun 2016 belum sepopuler seperti sekarang. Masyarakat Kota Cirebon, khususnya dunia pendidikan lebih mengenal CLRC, kepanjangan dari Cirebon Leader's Reading Challenge. Artinya tantangan membaca dari pemimpin Cirebon, Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan. CLRC merupakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) embrio lahirnya Gelemaca. Gerakan ini secara resmi dilaunching oleh Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis, SH. Peresmian bersamaan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Senin 02 Mei 2016. Pada momentum bersejarah, Walikota bersama ratusan siswa melakukan video conference dengan Gurbenur Jawa Barat saat itu, Ahmad Heryawan, Lc.

Pada tahun awal pendirian, gerakan literasi CLRC merambah ke semua sekolah. Setiap siswa di beda sekolah diberikan tantangan membaca dan mereviu buku non mata pelajaran. Satu kelompok terdiri dari lima siswa dan satu guru pembimbing. Di satu sekolah, bisa terdiri beberapa kelompok dan guru pembimbing. Mereka diberikan tantangan membaca minimal 24 buku dalam 10 bulan. Buku yang dibaca akan direviu, dan dipresentasikan di luar jam pelajaran. Program ini melengkapi program nasional membaca 15 menit sebelum belajar pada era Mendikbud Anies Baswedan. Menteri yang menggagas Bahasa Menumbuhkan Budi Pekerti melalui GLS sejak tahun 2015. Maka lahirlah Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Reviu buku non bacaan menggunakan media tertulis di atas kertas yang sudah disiapkan. Ada media Fishbond, AIH, Y Chart dan Info Grafis. Pilihan media reviu diatur berbeda bulan. Setelah dilakukan presentasi di kelompoknya masing-masing, karya media dikirim kepada pengurus CLRC secara online. Siswa yang mencapai target tantangan maka akan diberikan medali. Penyematan medali pada ajang Wisuda Literasi. Siswa yang meraih medali diberikan kesempatan untuk mengikuti Jambore Literasi dalam waktu yang berbeda. Sejak awal berdiri, wisuda literasi sudah dilaksanakan tiga kali. Di Kesultanan Kacirebonan tahun 2017, di Gedung Negara Bakorwil tahun 2018, dan di Goa Sunyaragi Cirebon tahun 2019.

Pada awalnya, gerakan literasi berjalan di semua jenjang sekolah, dari SD hingga SMA. Pada tahun 2017, gerakan di level SMA mulai hilang. Seiring diterapkannya kebijakan pemisahan pengelolaan kewenangan pendidikan menengah ke atas kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Padahal sebelumnya, Dinas Pendidikan Jawa Barat pada tahun 2016 melakukan roadshow ke sejumlah daerah. Daerah tersebut antara lain Kab Bandung, Kota Cirebon, Pangandaran, Kuningan, Garut, dan Cianjur. Program awal gerakan literasi Jawa Barat akan selesai menentuh seluruh sekolah pada tahun 2020. Tiga narasumber roadshow workshop literasi tersebut, diantaranya dari Kota Cirebon: Kartino, Deny Rochman dan Dewi Pujiati.

Namun sejak perpisahan kewenangan pendidikan menengah atas ke pemerintah propinsi tahun 2017 lalu, maka gerakan literasi di kota ini fokus bergerak di tingkat SD dan SMP. Sementara pegiat literasi SMA SMK mundur teratur. Maka target literasi hingga tahun 2020 tinggal hanya kenangan. Secara resmi Disdik Jabar menyerahkan kewenangan pembinaan literasi kepada pemerintah kota dan kabupaten di Jawa Barat dalam sebuah rapat. 

Guru-guru perintis sebanyak 300 orang yang sudah dibentuk sejak Juni 2016 satu demi satu berguguran di sejumlah daerah. Keinginan mencetak 1300 guru perintis batal dilakukan. Peran sejumlah pemda dan dinas di daerah tak bergeming. Terkesan tak mau melanjutkan program literasi Jabar. Mungkin merasa bukan program mereka. Beruntung geliat literasi di Kota Cirebon masih terasa. Komunitas Gelemaca terus menjaga nyala api literasi hingga memasuki tahun keempat 2020.

Akar Gelemaca
Lahirnya komunitas literasi Gelemaca tak bisa lepas dari program CLRC di Kota Cirebon dan program WJLRC di Jawa Barat. Dua nama program tersebut diinisiasi oleh guru-guru alumni Adelaide Australia Selatan. Guru-guru di Jawa Barat, sejak tahun 2010 hingga 2014 diberangkatkan ke kota seribu gereja tersebut. Nama kegiatannya adalah West Java Training Adelaide for Teachers. Kota Cirebon dalam rentang waktu tersebut telah mengirimkan 34 guru, termasuk di dalamnya ada kepala sekolah. Pelatihan di Australia itu berlangsung selama satu bulan. Guru-guru tinggal bersama penduduk asli Adelaide (house family). 

Angkatan tahun 2013, adalah alumni yang bersemangat membentuk gerakan literasi di Jawa Barat. Terdapat 20 guru Kota Cirebon pada tahun tersebut. Namun tak semuanya terlibat aktif dalam gerakan literasi di Kota Wali ini. Tercatat nama-nama yang menjadi pegiat literasi alumni Adeliade adalah Yudi Taryadi, Daryo Susmanto, Deny Rochman, Agus Wartono, Yudi Biantoro, Noor Aeni, Elva Virdianastuty, Kartino, Dewi Pujiati, Nova Haryono, dan Saefurrokhman. Para alumni Adelaide ada tuntutan menerapkan program yang diadopsi dan diadaptasi dari Australia yaitu Premier’s Reading Challenge (PRC). 

Tiga sekolah Kota Cirebon, terpilih sebagai sekolah pioneer literasi. Yaitu SMPN 1, SMPN 2 dan SDN Kalijaga Permai. Sekolah tersebut menjalani tantangan literasi selama satu tahun, 2013-2014 bersama sekolah-sekolah lain di Jawa Barat. Sebagai guru pembimbingnya adalah Kartino, Daryo Susmanto, Dewi Pujiati dan Agus Wartono. Guru-guru dan siswa literat tersebut mendapatkan penghargaan langsung dari Pemerintah Australia Selatan di Bandung pada 2015 silam. Tiga pegiat literasi perdana ini kemudian mengembangkan gerakan serupa di Kota Cirebon. Maka, para alumni Adeliade berkumpul dan rapat bersama. Ditambah pegiat literasi dari guru-guru lain di kota ini. 

Pegiat literasi non alumni Adelaide antara lain Lilik Agus Darmawan, Iis Nur'aeni, Apriani Dinni, Novi Nurul Khotimah, Eva Resna Hendawati, Andhi Rachman, Adi Tama, Ririn, Oom Istikomariah, Devy, Rohmah, Rima Effendy dan Lisyanti. Mereka terkoneksi dari Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat (KPLJ). Beberapa lainnya dari nama-nama yang direferensikan untuk membantu gerakan literasi di Kota Cirebon. Semua SDM yang ada memiliki kekuatan masing-masing bagi GLS.

Nama CLRC dipilih sebagai program Kota Cirebon. Itu mengadopsi nama WJLRC di tingkat Jawa Barat. Maka, jangan heran pola literasi yang dikembangkan di Kota Cirebon tak jauh berbeda dengan pola WJLRC. Namun dalam perkembangannya, CLRC dikemas sebagai bentuk program literasi sekolah. Pegiat literasi kota ini sepakat hasil diskusi, bahwa perlu pengembangan organisasi. Ditetapkan nama Gelemaca sebagai komunitas literasi sebagai baju CLRC.
Istilah Gelemaca memiliki dua makna. Pertama, Gelemaca kependekan dari Gerakan Literasi Masyarakat Cirebon Kota. Kedua, Gelemaca mengandung arti umum, Gelem Maca (mau baca). Belakangan, ada yang mengartikan lain. Kata Gele artinya ganja, candu. Maka Gelemaca adalah kecanduan membaca. 

Sejak ditetapkan nama Gelemaca, maka secara manajemen organisasi dilakukan penataan. Dibentuk struktur dan pengurus komunitas. Terpilih secara aklamasi adalah Lilik Agus Darmawan, saat itu Kepala SMPN 6 Kota Cirebon. Pada fase awal CLRC, sebagai ketua sebelumnya adalah Yudi Taryadi. Saat itu guru SMPN 1 Kota Cirebon. Sementara legalitas hukum komunitas masih menjadi kajian intens pengurus agar Gelemaca memiliki ruang gerak lebih luas. 

Strategi Gerakan 
Berkembangnya literasi di Kota Cirebon tak lepas dari kerja keras dari personil pegiat literasi. Mereka saling bersinergi membangun kekuatan bersama dengan potensinya masing-masing. Ditengah kesibukan mereka sebagai guru di SD dan SMP. Mencurahkan waktu, tenaga, pikiran bahkan materi demi terlaksananya kegiatan literasi. Ketiadaan anggaran dan sekretariat tak menjadi hambatan mengembangkan komunitas. Terlebih sejak gerakan di kota ini memiliki nama komunitas Gelemaca terus mengebangkan sayapnya. Menjalin sinergitas dengan pihak lain.
Program literasi tak sebatas tantangan membaca CLRC di level siswa dan guru pembimbing. Pada babak berikutnya guru-guru di kota ini dibekali kemampuan literasi. Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat, lebih dari satu kali Gelemaca tampil sebagai narasumber workshop literasi guru, mengadakan festival literasi, menggelar jelajah literasi dan jambore literasi. Bekerja sama menggelar dua kali event dengan TB Gramedia Cipto di CSB Mall. Menjadi juri lomba PGRI, dan Kejaksaan Negeri Kota Cirebon dan pendampingan Taman Bacaan Pesisir PT Cirebon Power. Membuka halaman literasi Gelemaca Radar Cirebon. Gerakan guru menulis buku bekerja sama dengan Mediaguru.
Ada banyak kegiatan yang sudah dilahirkan oleh Gelemaca selama 3 tahun berjalan. Tercatat antara lain: 
Deklarasi GLS Kota Cirebon dan CLRC senin 02 Mei 2016 pada upacara hardiknas di lapangan kejaksan.
Launching CLRC periode 1 dan telekonference dgn gubernur jabar di gedung gramedia di ikuti oleh perkalian siswa SD SMP SMA SMK se- Kota Cirebon.
Diklat Literasi 1, Selasa-Rabu 02-03 Agustus 2016 sebanyak 60 orang di SMPN 6 Kota Cirebon.

Seminar Gurunesia pada Selasa 06 September 2016 di gedung Gramedia jalan Cipto bersama Erbe Sentanu dengan peserta sebanyak 70 orang.
Semarak literasi Kota Cirebon, berisi lomba dan ekspo literasi pada 22-23 Oktober 2016 diikuti oleh seluruh SD SMP SMA se- Kota Cirebon. 
Semarak literasi Hardiknas pada 26-30 April 2017 pada Rabu-Minggu di CSB Anugrah Literasi 2017 pada Jumat 26 Mei 2017 di Keraton Kacirebonan. Lolos tantangan 1 : SD 136 SMP 168.
Diklat literasi 2 pada 20-21 Juli 2017 di Hotel Bagus Inn sebanyak 250 orang guru SD SMP se- Kota Cirebon.

Lomba literasi budaya. Bulan September 2017. Lomba feature fotografi dan poster.
Workshop Sagusabu bersama Mediaguru Senin-Selasa 09-10 Oktober 2017 sebanyak 83 orang.
Jambore literasi pada 4-5 Desember 2017 di Jatinangor Sumedang. Wisuda literasi 2 pada Sabtu 28 April 2018 di Gedung Negara Cirebon Bakorwil. 
Workshop Literasi 3 untuk guru pembimbing, pada 23-24 Juli 2018 di Hotel Grand Dhian. Festival Literasi Siswa Kota Cirebon, di SMPN 1 Kota Cirebon pada Sabtu 27 Oktober 2018 yang melahirkan 2 buku karya siswa berupa Antologi Puisi dan Cerpen. 

Workshop Guru Menulis pada Sabtu 17 November 2018, di Hotel Grand Dhian yang membidani Komunitas Guru Penulis Cirebon yang ikuti oleh 126 peserta. 
Tertanggal 01 Oktober 2018, Gelemaca membuat kesepakatan dengan Cirebon Power, dalam pengembangan Kampung Literasi dan pengelolaan Taman Bacaan Anak di Desa Bandengan, Kabupaten Cirebon.
Jelajah Literasi Lebakngok, yang dilaksanakan pada Sabtu, 19 Januari 2019 di Kawasan SD Cadasngampar, SD Lebakngok dan SD Sumur wuni. 
Tertanggal 24 Januari 2019, Gelemaca membuat kesepakatan dengan Radar Cirebon untuk bekerja sama mengembangkan program literasi di Kota Cirebon.
Pada 7 Februari 2019 terbit perdana halaman literasi Gelamaca di surat kabar Radar Cirebon.
Workshop Guru Menulis lanjutan 1, Rabu 13 Februari 2019 di Graha Pena Radar Cirebon sejumlah 77 peserta.
Launching Taman Bacaan Anak (TBA) Bandengan Kab. Cirebon 17 Februari 2019, PT Cirebon Power – Gelemaca – Polairud
Jelajah literasi Jogja 01-03 Maret 2019 di TBM Guyup Rukun dan TBM Wijaya Kusuma DIY. 
Rapat kerja Gelemaca 13 Maret 2019 di SMP Negeri 18 Kota Cirebon.
Wisuda CLRC 3 pada Kamis 28 Maret 2019 di Goa Sunyaragi sebanyak 1300 peserta.
Festival Literasi Pesisir 27-30 April 2019 di TBA Bandengan Kab. Cirebon.
Workshop Literasi Guru TK PAUD 3-4 Mei 2019 di Hotel Cordela Kota Cirebon.Gelemaca Charity, 31 Mei 2019 di Panti Asuhan Muawanah Kota Cirebon.
Workshop Literasi Guru SD & SMP, 8 – 9 Agustus 2019 di Hotel Cordela Kota Cirebon.
Jambore Literasi 1, 17 – 18 Oktober 2019 di Sidomba Kuningan, peserta 134 siswa, 23 guru pembimbing.
Lokakarya Literasi Nasional, 22 – 23 Januari 2020 di Hotel Cordela, sebanyak 126 peserta.
Pada Minggu 9 Februari 2020 tampil dalam Talkshow Cafe Kopi Waw Radar Cirebon televisi tentang gerakan literasi Kota Cirebon.Satu tahun evaluasi dan refleksi Rubrik Gelemaca Radar Cirebon, 12 Februari 2020 di Gedung Graha Pena Radar Cirebon. 

Itulah dinamika empat tahun gerakan literasi Gelemaca mewarnai masyarakat Kota Cirebon. Pergerakan ini tentu saja hasil kerja keras semua pegiat literasi komunitas ini. Harus diakui, pada level tentu pencapaian ini berkat dukungan Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Seperti goal kerjasama Gelemaca dengan koran Radar Cirebon karena dimediasi oleh dinas. Masa itu kepala dinas adalah Drs H Jaja Sulaeman, M.Pd dan Sekdis Drs H Adin Imaduddin. Diperkuat suport Wakil Walikota Cirebon Dra Hj Eti Herawati, yang juga Bunda Literasi Kota Cirebon.

Ditengah kesibukan para pegiat literasi sebagai kepala sekolah, sebagai guru, tetap berjuang merawat dan menjaga api literasi. Peran, fungsi dan posisi para pegiat literasi menjadi kekuatan komunitas Gelemaca. Ada enam kepala sekolah, ada mantan wartawan, editor, penulis, produsen buku. Basic pengurus dari latarbelakang aktifis mahasiswa, organisatoris menguatkan gerak Gelamaca. Keaktifan mereka di semua lini kegiatan, organisasi kedinasan, baik di sekolah, di MGMP, KKG, atau kegiatan Disdik, rajin ikuti lomba-lomba, menjadi narasumber, trainer membangun citra positif literasi di Kota Cirebon. 

Kehadiran “Kapten Literasi” Mr Kartino, menjadi ikon penting bagi gerakan literasi Gelemaca. Tak hanya di level kota ini, tetapi di Jawa Barat bahkan nasional. Pada beda momen, ia tampil sebagai Gatot Maca. Atau berperan menjadi tokoh lainnya yang relevan dengan simbol literasi. 

Kekuatan media massa, baik online maupun offline dimanfaatkan pegiat Gelemaca untuk menyebarkan virus literasi secara luas di masyarakat. Pengurus sering menulis artikel di surat kabar, menulis buku, menulis di media sosial dan blog. Pencapaian MoU dengan PT.Cirebon Power PLTU dengan Gelamaca satu contoh kekuatan efek media online. Pihak perusahan listrik konsorsium Korea itu tertarik dengan kiprah Gelemaca dalam meliterasi masyarakat. Informasi itu dijumpai dari ulasan tulisan feature Dewi Pujiati, pegiat Gelemaca di media online.
Untuk mengembangkan gerakan literasi di daerah, tentu diperlukan komunitas-komunitas. Pengurus di dalamnya harus memiliki komitmen dan integritas terhadap dunia literasi. Jangan mencari penghidupan, tapi berupaya untuk menghidupi. Membuka koneksitas, membangun sinergitas menjadi point penting menjaga eksistensi gerakan literasi. Baik klik dengan sesama pegiat internal komunitas, maupun dengan pihak luar harus dimanfaatkan. Memupuk komunikasi dan informasi melalui beragam media akan menguatkan gerakan literasi sehingga lebih membumi. Semoga.(*) 

Profil penulis: 
*) Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I, pegiat literasi ini lahir di Kabupaten Cirebon 21 Januari 1976. Pendidikan dasar ia habiskan di desa kelahirannya, Sindanglaut Lemahabang Kulon. Kedua orangtuanya bukan Penulis, namun mantan aktivis mahasiswa ini mulai banyak belajar menulis masa kuliah S1 Sosiologi Fisipol Unsoed Purwokerto (2000), dan S2 Psikologi Pendidikan IAIN Cirebon (2011). Kendati masih sebatas menulis tugas makalah kuliah, seminar, diskusi dan surat pembaca media massa. Skill menulis kian matang sejak bekerja sebagai jurnalis Radar Cirebon hingga 2006. Profesinya sebagai Guru PNS SMP Negeri 4 Kota Cirebon hingga 2019, tak menghilangkan kebiasaan menulisnya. “Writing is my life,” begitu motto hidupnya. Pernah menjadi editor buku guru nasional, pengelola majalah remaja dan Narasumber Gerakan Literasi Sekolah Jawa Barat (WJLRC). Sampai kini bertugas sebagai Koordinator Wilayah Pendidikan Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon. Namun di tengah kesibukannya, masih aktif di Komunitas Literasi Gelemaca di Kota Cirebon. Suami Riaya Andrianingsih dan bapak tiga anak ini bisa dihubungi lewat WA: 08122064604.





Oktober 29, 2021

KOREA GANDENG SMPN 18 CIREBON

Penulis :
RATU CITRANIA, S.Pd, M.Si
Wakasek SMP Negeri 18 Cirebon

Ini adalah pengalaman istimewa. Pengalaman sangat menarik yang dirasakan. Khususnya bagi warga SMP Negeri 18 Kota Cirebon. Pengalaman luar biasa ini ingin berbagi kepada sekolah-sekolah di Kota Cirebon, dan masyarakat pada umumnya. Pengalaman dikunjungi tamu dari Negara Korea Selatan. Bahkan mereka tertarik menjalin kerjasama dengan sekolah kami.

Pada 27 Agustus 2021 lalu, SMP Negeri 18 Kota Cirebon kedatangan tamu spesial. Rombongan dari Kementrian Pemuda dan Pariwisata Korea Selatan Bersama tim dari NGO Arcolabs. Tamu istimewa itu diantarkan Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Pihak asing itu menawarkan program pertukaran pendidikan seni dan budaya Korea-Indonesia yang bernama Made in Cirebon pada 2021. Program yang diinisiasi oleh Korea Art & Culture Education Service bersama Pemda Kota Cirebon, Arcolabs dan seniman lokal Sinau Art.  

Kepala Sekolah SMPN I8 Kota Cirebon, Hj. Sumiyati, S.Pd., M.Si merasa bangga sekolahnya terpilih  sebagai pilot project program tersebut. Program kerjasama ini dukung penuh oleh Dinas Pendidikan Kota Cirebon dengan  harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Kendati masih masa pandemi, ternyata program ini bisa berjalan. Dengan agenda kegiatan: Cerita Bersuara, Ecotik, Buku Dongeng Pop Up, Lengko Story Buzz, Music Sampah Plastik.  
Usai rombongan melakukan kunjungan ke sekolah, pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan secara offline dan online. Pada September 2021, kolektif seniman Sinau Art Cirebon dipilih untuk menggelar lokakarya. Berlanjut untuk pelatihan bagi siswa dan guru.  Pameran seni kecil yang menampilkan belajar siswa dan seniman yang terlibat dalam Made in Cirebon digelar pada 20-24 September 2021. Media pembelajaran seni dan budaya yang dibuat Arcolabs dan seniman Sinau Art berbentuk video, animasi dan lain-lain.  
 
Di hari ke-1 Cerita Bersuara. Siswa diajarkan cara membuat sebuah tokoh dari clay yang  dihubungkan dengan sebuah alat  makey-makey. Tokoh tersebut dapat mengeluarkan bunyi/ suara sesuai suara yang direkamkan padanya. Hari kedua Ecotik, yaitu sebuah tehnik membatik yang ramah lingukungan karena menggunakan pewarna alami. Bahan alam sekitar seperti kunyit, daun jati dan lainya. Pada hari ke-3 Buku Dongen Pop Up siswa diminta memuat sebuah cerita dan menggambarkan tokoh- tokohnya. Lalu merangkainya untuk dijadikan sebuah buku dongeng yang menarik.
Selanjutnya hari berikutnya siswa diperkenalkan dengan sejarah nasi lengko, Lengko Story Buzz. Sebuah pembelajaran untuk mengenalkan sejarah melalui seni yang menarik. Hari terakhir ada musik sampah plastic. Alat musik dibuat dari bahan bekas botol air mineral berukuran 1, 5 liter untuk dijadikan alat musik. Mengundang kreatifitas siswa untuk dapat memainkan sebuah lagu sederhana. Pada hari yang sama tak kalah menarik guru-guru juga berkesempatan untuk mengikuti workshop di bidang pengembangan seni budaya. (*)

JABATAN ABADI INI SEMPAT MENUAI KRITIK

Tanpa disadari, posisi pubdekdok menjadi jabatan abadi bagi saya. Setiap kali ada event, sering kali diserahin urusan publikasi, dekorasi dan dokumentasi. Termasuk 14 tahun menjadi guru, urusan yang ditangani tak jauh-jauh dari bidang ini. Sejak awal hingga pensiun menjadi Wakasek Humas.

Apakah karena latar belakang pernah menjadi jurnalis, atau karena alasan lain. Atau sebaliknya, karena dianggap punya minat pubdekdok, akhirnya jadi jurnalis, akhirnya diamanahi jadi wakasek Humas. Tugas di tempat lain pun dipercayai urusan ini. Entahlah....

Kedekatan saya dengan dunia pubdekdok punya sejarah panjang. Paling tidak ketertarikan dunia pencitraan ini mulai terasa pada masa kuliah S1 Sosiologi. Kuliah di kampus orange, Fisip Unsoed Purwokerto. Sebelumnya pada masa SMA, saya lebih dikenal seorang pesilat. Yah, pesilat Tapak Suci, yang membawa saya kuliah melalui jalur prestasi.

Pada semester 1, sudah mulai aktif kegiatan kampus. Di UKM kerohanian Islam (UKI) ini, banyak terlibat kegiatan organisasi. Pada event pertama, ditunjuk sebagai seksi pubdekdok. Rasanya asing pertama mendengar istilah itu. Perlahan mulai bertanya-tanya job description pubdekdok kepada mahasiswa senior. Belum banyak gambaran detail tentang ilmu publikasi.

Event Bazar Buku kampus menjadi tantangan sendiri dalam membuat materi publikasi. Ada rasa minder dengan kemampuan sendiri. Selain belum paham konsep dunia promosi, juga tak didukung penguasaan teknologi desain grafis kala itu. Maklumlah, pada tahun 1990-an awal, teknologi desain grafis tak sehebat dan semudah sekarang.

Bisa mendesain publikasi dengan MS Word jadul sudah dibilang bagus. Dengan fitur masih terbatas, dengan speed mesin PC yang lambat, kadang heng. Kualitas cetak printer yang kurang prima. Softwere Coreldraw memang sudah lahir. Namun lagi-lagi keterbatasan skill mahasiswa kampung seperti saya tak bisa mendesain publikasi secara apik. Akhirnya terbitlah selebaran poster Bazar Buku di ketik dengan aplikasi WordStar. Sangat-sangat sederhana.

Kesederhanaan itu tak hanya dari sisi desain grafis. Dari sisi pemilihan diksi kata dan bahasa pun kurang nancap dihati. Mas Anang Fahmi, adalah mahasiswa senior paket banget orang pertama mengkiritik selebaran publikasi itu. Selebaran yang tertempel di pintu Warteg denpan Kampus Fisip. Beruntung ia tak tahu kalau publikasi itu juniornya yang lagi asyik makan di meja berbeda. Cuma nguping.

Kritik itu menjadi spirit saya untuk belajar, kendati harus menahan malu. Belajar tentang banyak hal. Tentang bagaimana memilih diksi bahasa iklan. Tentang ilmu desain grafis. Harus belajar program aplikasi komputer, minimal MS Word. Sampai perlahan mulai belajar strategi promosi efektif dan efesien melalui famplet dan poster. Kala itu publikasi hanya di tempel di papan pengumuman tiap fakultas, masjid, di jalanan hingga di toko dan warung-warung. Belum ada media secanggih dan sebanyak sekarang.

Belajar mengenal dan menggunakan kamera profesional pun di kampus. Itu pun pinjam punya rekan kampus, Mas Nanang, karena di rumahnya memiliki studio foto. Kamera dengan klise negatif film seringnya menggunakan kamera saku. Simpel dan murah. Sejak itu deretan karya foto-foto mulai berserakan. Mulailah belajar sudut gambar yang baik seperti apa. Kemampuan ini kemudian diperdalam saat saya menjadi jurnalis di koran Radar Cirebon (Group Jawa Pos).

Masa awal menjadi wakasek Humas, saya mulai mengenal dunia videografi. Skill basic yang pernah dikenal saat masih menjadi jurnalis. Sempat meminjam handycame kawan layout Mas Ivan Rosadi di satu acara jalan santai. Di sekolah, mulai menggunakan handycame yang gak pernah dipake karena belum ada yang bisa. Dari sinilah mulai belajar video editing tanpa sengaja. 

Pada era kepala sekolah Pak Abdul Haris saya diminta membuat video profil pendidikan trapsila (budi pekerti) sekolah. Video ini rencana ditayangkan pada sebuah acara di hotel, disaksikan Pak Walikota Subardi  saat itu. Bahan materi video yang sudah saya shoot lalu dikebut untuk diedit di PGC. Karena di target, finishingnya sampai malam lewat pusat bisnis itu tutup. Selama mendampingi jasa editing, saya diam-diam belajar cara mengedit video. Programnya pinnacle hingga akhirnya bisa sendirinya karena banyak project sekolah yang dikerjakan.

Selepas meninggalkan dunia sekolah, saya tetap terus meningkatkan kompetensinya. Selain masih menulis di blog dan facebook, perlahan mulai mengenal dunia youtube. Alhasil, skill dasar desain grafis, fotografi, videografi dan jurnalis menjadi simponi karya youtube. Kini, sudah tiga tahun terakhir karya-karya digital itu sering dikerjakan melalui sentuhan tangan smartphone. Lebih mudah dan cepat. Sesuai selera dan jaman digital. (*)

Oktober 22, 2021

SISA HIDUPNYA UNTUK KOTA CIREBON

Nama Lili Chauliyah mendadak menjadi pusat perhatian di dunia pendidikan Kota Cirebon. Sejak Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis, SH memberikan amanah kepada ibu tiga anak ini. Bersama 663 mutasi, rotasi dan promosi pejabat lain pada 3 September 2021 silam, Lili Chauliyah dipromosikan sebagai Kepala Bidang Kurikulum dan Tenaga Pendidikan (Kurtendik) pada Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Siapakah dia?

****
"Guru jangan berhenti belajar. Jangan berhenti beradaptasi dengan perubahan. Karena kebijakan pendidikan terus mengalami perubahan. Jika kita tak mampu menyesuaikan, jika kita stagnan, kita akan tertinggal, bahkan tergilas," tandas Lili Chauliyah penuh semangat di depan pengawas, para kepala sekolah, wakasek kurikulum, dan pengurus MGMP Mapel SMP di Kota Cirebon dalam kegiatan Workshop Penguatan Kurikulum, Oktober silam.

Bawaanya selalu semangat jika membicarakan masalah pendidikan. Ini terlihat dari berbagai kesempatan dan forum sikapnya jelas dan tegas. Kendati pada awalnya insan pendidikan kota ini belum banyak yang tahu sosok perempuan berhijab ini. Informasinya baru terbatas, jika kabid produk SOTK baru itu adalah guru baru Bahasa Inggris pada sekolah negeri di Kota Cirebon. Setahun setelah mutasi dari Kabupaten Ciamis.

Bagi Dra Hj Lili Chauliyah, M.Pd, dunia pendidikan sudah mendarah-daging. Seluruh karir hidupnya dihabiskan untuk memajukan pendidikan Indonesia. Posisinya sekarang sebagai Kabid Kurtendik, semakin menguatkan profesionalismenya yang lama berkarya dan berprestasi sebagai guru dan kepala sekolah. Tercatat, Lili pernah menyandang predikat Guru Berprestasi dan Kepala Sekolah Berprestasi hingga tingkat Propinsi Jawa Barat. Semua dilakoni saat menjadi ASN di Kab. Ciamis.

Pengabdian perempuan kelahiran Cirebon ini sebagai guru pada tahun 1995 di SMP Negeri 1 Padaherang Kab. Ciamis Jawa Barat. Karirnya di tanah pasundan tersebut karena ikut suami sebagai dosen di kampus favorit di Ciamis. Pengabdiannya sebagai guru terhenti pada tahun 2007 di SMP Negeri 1 Ciamis. Berkat kompetensi, karya dan prestasinya perempuan berdarah Cirebon ini diangkat sebagai Kepala Sekolah. Sejak 2007 hingga 2020, mantan Gupres Jawa Barat ini silih berganti menjadi kepala sekolah di lima SMP negeri.

Sekolah-sekolah yang pernah dipimpinnya  adalah : SMP Negeri 
7 Ciamis, SMPN 6, SMPN 3, SMPN 8 dan terakhir SMPN 1 Sadananya Kab. Ciamis. Seiring mutasinya suami ke kampus Cirebon, Lili turut serta pindah  tugas menjadi guru. Di kota kelahirannya ini, PNS golongan Pembina Utama Muda / IV.c ini diberikan amanah oleh orang nomor satu di Kota Cirebon sebagai Kabid Kurtendik. 

Selama menjadi guru, Lili banyak terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah, lomba dan pertandingan dilingkup pendidikan, baik tingkat daerah, provinsi maupun tingkat nasional. Terlibat langsung dalam tim implementasi kurikulum 2004, 2016 dan kurikulum 2013. Baik sebagai peserta maupun sebagai narasumber. Termasuk berbagai seminar, pelatihan atau workshop peningkatan kualitas profesionalisme guru. Kegiatan-kegiatan itu ada yang skala lokal, regional, nasional bahkan internasional. 

Lima tahun diakhir masa pengabdiannya tersebut, Lili ingin mengabdikan kompetensi, karya dan prestasinya untuk kota kelahirannya. Berbagai pengalaman dan ilmu yang ia raih di daerah orang, diharapkan menjadi modal besar dalam memajukan dunia pendidikan Kota Cirebon. Sebagai manusia pembelajar, Lili tak ingin hidupnya stagnan, karena tuntutan dunia terus berubah. Pilihannya: tetap eksis atau tergilas. (*)

13 FORMASI GURU BK TANPA PELAMAR

Ini terkesan ironis. Di tengah kian banyak masalah siswa mendera dunia pendidikan, namun jumlah guru Bimbingan Konseling (BK) sangat minim. Tidak berbanding lurus dengan jumlah siswa di sekolah. Sesuai ketentuan, minimal satu guru BK menangani 150 siswa atau lima kelas.

Pada seleksi guru PPPK tahap 1 kemarin misalnya, untuk formasi guru BK sepi peminat bahkan tanpa pelamar. Dari 15 formasi yang disiapkan hanya 2 sekolah yang terisi. Sisanya 13 sekolah masih kosong karena tidak ada yang mendaftar alias nihil. Ada apa dengan guru BK di Kota Cirebon?

Menurut Ketua MGMP Bimbingan Konseling Kota Cirebon Drs. Maman Suryaman, Kons, sejak lama sekolah-sekolah di Kota Cirebon kekurangan guru BK. Pihaknya sudah melaporkan kepada Dinas Pendidikan setempat, termasuk kepada pengawas BK. Karena kekurangan itu maka peran fungsi guru BK sering digantikan oleh guru wali kelas atau guru lainnya yang diberikan tugas tambahan. 

"Masih ada pihak yang belum memahami peran dan fungsi BK. Sehingga mereka tidak merasa penting adanya BK di sekolah. Bahkan guru BK dianggap tidak terlihat kerjaanya. Akibatnya sudah jumlahnya sedikit, kawan-kawan juga kadang dapat tugas tambahan yang tidak relevan dengan kompetensinya. Beruntung kawan-kawan BK tangguh-tangguh jadi bisa melaksanakan tugas tambahan itu," ujar Maman yang kini mulai memetakan kembali jumlah guru BK di  kotanya. 

Sementara itu, Dosen Bimbingan Konseling IAIN Syekh Nurjati Cirebon Herny Gusbrava, M.Pd.CH, CHt.,C.NLP mengaku miris dengan minimnya guru BK di sekolah-sekolah. Padahal masalah siswa kini makin komplek seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Kondisi tersebut dibutuhkan peran guru BK dalam melakukan bimbingan dan konseling. Namun Namun kenyataanya rasio guru BK dengan jumlah siswa tidak berimbang

"Sangat miris (guru BK kurang). Sementara permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa saat ini sangat kompleks. Hasil research saat ini banyak ditemukan siswa yg melakukan Self Harm, kecanduan Hp, kecanduan game selama pandemi. Disini benar-benar dibutuhkan peran sosok guru BK untuk membantu mereka keluar dari masalahnya. Tapi kenyataanya rasio guru BK dengan jumlah siswa tidak berimbang," ujar akademisi yang rajin membina dan mendampingi anak-anak milenial. 

Menurut Herny, diperlukan lulusan guru BK yang benar-benar ingin mengabdikan dirinya untuk membantu psikologis siswa. Di lapangan banyak juga ditemukan guru BK yang bukan lulusan BK. Disini pentingnya dunia pendidikan menekankan peningkatan lulusan BK untuk disalurkan di sekolah-sekolah.(*)

KETAT, SELEKSI GURU PPPK-2

Seleksi guru PPPK tahap 1 sudah selesai dilaksanakan. Kendati sempat diwarnai interupsi oleh Komisi X DPR RI atas aspirasi guru honor negeri senior. Berbutut adanya perubahan penambahan afirmasi bagi guru usia di atas 50 tahun, pada nilai tes kompetensi dan penurunan passing grade Nah pada 24-30 Oktober ini pendaftaran seleksi tahap kedua akan kembali dibuka. Sesuai jadwal revisi, tes seleksi akan digelar pada 8-12 Nopember 2021. 

Pada seleksi tahap kedua ini dipastikan persaingan antarpeserta guru PPPK semakin ketat. Selain jumlah formasinya berkurang, juga pesaingnya bertambah. Rivalitas posisi tak hanya antarguru honor negeri yang tak lolos seleksi tahap 1. Guru honor negeri harus berhadapan dengan guru-guru sekolah swasta. Ditambah sarjana pendidikan yang belum jadi guru namun sudah mengantongi sertifikat pendidik (serdik). Guru swasta berserdik akan menjadi pesaing berat karena rata-rata  mereka sudah memiliki serdik, dan banyak usianya sudah lama.
Kendati konon guru induk (sekolah asal) negeri akan menjadi prioritas seleksi, namun jika passing gradenya dbawah rata-rata tetap saja guru swasta punya peluang. Data hasil seleksi tahap 1 menunjukkan, tak sedikit guru-guru muda honorer di negeri mampu unggul dengan guru-guru yang usianya lebih tua. Bahkan diantaranya sudah sertifikasi, karena pencapaian nilai sosio kultural, managerial dan wawancaranya kedodoran. Sekalipun pemerintah sudah menolong dengan menamban nilai afirmasi, menurunkan passing gradenya.

Aroma persaingan ketat sudah tercium pada seleksi di Kota Cirebon. Dari 138 formasi guru PPPK, sekitar 75% sudah terisi. Sisanya akan diperebutkan pada seleksi tahap kedua. Pada tahap kedua, kabarnya tak lagi sekolah induk. Guru yang belum lolos, guru swasta boleh daftar ke sekolah mana saja dalam satu kota/kab yang sama. Sementara guru yang sejak awal tak mendaftar PPPK maka pada seleksi 2 dan 3 tidak bisa mendaftar susulan atau ikut seleksi.

Dari data seleksi tahap pertama, formasi guru kelas yang masih kosong tersebar di 10 SD. Sementara guru olahraga (Penjaskes) berada di 2 sekolah. Sedangkan formasi kekosongan guru di SMP Negeri tersebar di 15 sekolah. Formasi paling kosong adalah guru bimbingan konseling. Dari 15 kebutuhan guru, baru 2 sekolah yang terisi. Sebanyak 13 sekolah tidak ada guru honorer BK yang mendaftar alias nol pelamar. Disusul PKn masih kosong di 3 sekolah, guru seni budaya dan bahasa Indonesia kosong di dua sekolah. Guru Matematika masih kosong di SMP Negeri 4 Kota Cirebon. 

Beberapa formasi ada yang mendaftar dalam jumlah besar, namun tak ada satu pun guru yang lolos. Seperti di SDN Silih Asih 2. Formasi hanya 1 yang mendaftar ada 24 orang, namun tak ada yang lolos. Hal sama terjadi pada satu formasi guru kelas di SDN Silih Asuh 2. Jumlah pelamar 28 orang tak ada yang lulus. Kasus pada formasi mapel terjadi pada mapel matematika di SMPN 4 Kota Cirebon. Pendaftarnya hingga 11 orang namun belum ada yang terbawa.

Guru-guru honorer sekolah negeri yang belum lulus, kembali akan bersaing pada seleksi tahap kedua pada 8-12 November mendatang. Menariknya, beberapa guru yang belum lolos adalah mereka yang usianya sudah senior dan pengabdiannya sudah lama. Mereka yang belum lolos ada juga yang nilainya di atas passing grade (abang batas). Namun karena nilai pesaing satu sekolahnya lebih tinggi maka yang diloloskan hanya satu kebutuhannya. Pada tahap kedua, guru-guru belum lolos akan memperbaiki peraihan nilai pada tahap 1. (*)

Oktober 08, 2021

Mas Menteri Umumkan Hasil PPPK


Ini kabar gembira bagi guru-guru honor, khususnya yang mengabdi di sekolah negeri. Tidak hanya di wilayah III Cirebon (Ciayumajakuning), guru-guru honor se- Indonesia pun menanti harap-harap cemas. Setelah dua pekan (sejak 24 September) tanpa kabar hasil tes seleksi guru PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) tertunda. Kini dijadwalkan, pada Jumat esok 8 September 2021 pukul 09.00, pengumuman hasil tes tahap 1 akan disampaikan langsung oleh pihak Kemendikbud Ristek.

Sebelumnya, seleksi guru PPPK tahap 1 berlangsung pada 13-16 September 2021. Tempat tes untuk di Kota Cirebon di SMKN 1, sedangkan di Kab. Cirebon di SMKN 1 Mundu. Pada tahap 1, hanya diikuti oleh guru-guru honorer di sekolah (SD SMP) negeri. Untuk tahap 2, akan diikuti guru negeri yang belum lolos tahap 1, guru swasta, sarjana pendidikan bersertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG). Ada tiga tahapan seleksi P3K. Materi tes meliputi tes kemampuan teknis, manajerial, sosio kultural dan wawancara. Peserta tes banyak jatuh nilainya di kemampuan teknis. Kecuali guru honor negeri yang sudah bersertifikasi pendidik (serdik), karena mendapat afirmasi 100% mengganti nilai kemampuan teknis.

Kabar hari pengumuman hasil seleksi itu beredar santer di media sosial. Sebelumnya pengumuman seleksi tahap 1 dijadwalkan pada 24 September 2021. Namun mengalami penundaan karena alasan olah data seleksi belum beres. Menyusul ada protes terhadap kebijakan afirmasi seleksi guru PPPK yang dinilai kurang adil. Pemerintah dianggap tidak menghargai guru-guru honor yang sudah mengabdi lama namun belum sertifikasi. Suara keras para guru honor senior itu menjadi agenda penting rapat dengar pendapat Komisi X DPR RI dengan pihak Kemendikbud Ristek.

Proses revisi aturan seleksi guru PPPK  sedikit terhambat. Panitia Seleksi Nasional (Panselnas) secara maraton melakukan kajian kembali. Fokusnya terhadap besaran afirmasi bagi guru honor yang sudah lama mengabdi. Sementara bagi guru honor yang sudah mencapai nilai di atas ambang batas saat seleksi tahap 1 dipastikan tetap aman (lulus). Pada 1 Oktober 2021, isu pengumuman hasil tes tahap 1 kembali beredar. Seiring dengan momentum Hari Kesaktian Pancasila. Ujungnya momen itu tak menjadi "Hari Kesaktian" guru honor.

Jumlah besaran revisi afirmasi pun sempat berkembang liar di medsos. Bagian yang dikritisi, termasuk oleh anggota komisi X. Sebelumnya, afirmasi (nilai tambahan) dalam seleksi P3K diperuntukan bagi guru-guru honor khusus. Guru berserdik dapat nilai 100% dari nilai total kemampuan teknis. Pelamar usia  diatas 35 tahun nilai afirmasinya 15%. Pelamar THK-II nilai afirmasi 10%. Sedangkan guru pelamar disabilitas nilai afirmasi 10%.

Kejatuhan nilai guru-guru honor negeri karena mereka banyak yang belum berserdik. Kebijakan masa lalu, guru honor di sekolah negeri tidak boleh mengikuti program sertifikasi. Belum lagi ada kewajiban guru harus S-1 pendidikan linier. Berbeda dengan guru swasta, dengan SK Yayasan mereka bisa mendampatkan tunjangan profesi (sertifikasi). Maka, pada seleksi tahap 2 dimungkinkan guru swasta bakal banyak lolos, karena mereka banyak yang sudah bersertifikasi. Ini artinya, guru-guru honorer di negeri kendati sudah lama mengabdi akan tergantikan oleh guru-guru swasta berserdik.

Melihat nilai afirmasi sangat strategis dalam mendongkrak nilai teknis pelamar, maka kajian pansalnas fokus pada revisi besaran nilai afirmasi. Beredar usulan revisi afirmasi di medsos. Yaitu pelamar usia lebih 35 tahun afirmasi 30%. Eks THK-2 afirmasinya 25%. Guru mengabdi 3-5 tahun afirmasi 15%. Yang mengabdi 6-10 afirmasi 30%.  Yang mengabdi 11-15 tahun afirmasi 45%. Masa kerja lebih 16 tahun nilai afirmasi 100%, sama nilai afirmasi guru berserdik.

Usulan revisi nilai afirmasi tersebut masih dalam wacana belum jelas. Menyikapi beragam aspirasi tersebut, pemerintah sempat dibuat bingung. Ini terungkap dalam Rapat Kerja BKN, MenPANRB Tjahjo Kumolo bersama Komite I DPD RI, Senin 4 Oktober 2021. Plt Kepala BKN Bima Haria Wibisana mengaku dilema menyikapi masalah rekruitmen seleksi ASN PPPK. Di satu sisi menargetkan mutu ASN, di sisi lain harus mengakomodir guru-guru honor yang lama mengabdi. Dalam waktu sempit, timnya terus melakukan simulasi afirmasi.

Nah, hasil akhir seleksi guru PPPK secara resmi akan disampaikan pada Jumat 8 Oktober 2021 pukul 09.00-10.00 WIB. Pengumuman itu dapat diikuti melalui kanal Youtube KEMENDIKBUD RI https://www.youtube.com/channel/UCH9AFSwY4WqgHoCLG2XIveg. Sebelumnya pengumuman ini akan disampaikan pada Selasa 5 Oktober 2021. Kemendikbud Ristek telah menerbitkan surat, mengundang para kepala Dinas Pendidikan tingkat provinsi, kota dan kabupaten. Surat Nomor : 67234/A6/HM.01.00/2021
Pertanggal 1 Oktober 2021 ditandatangani oleh Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Ristek Anang Ristanto, SE., MA. Perihal Undangan Pengumuman ASN PPPK. (*)

September 27, 2021

SELAMATKAN BUDAYA CIREBON !

Arus globalisasi berdampak terjadinya percampuran budaya antarbangsa-bangsa di dunia. Percampuran kebudayaan tersebut bisa berujung terjadinya akulturasi atau sebaliknya akan terjadi asimilasi. Akan kemana proses kebudayaan terjadi, tergantung dari kekuatan pondasi budaya masyarakat bersangkutan. Namun tak sedikit kasus terjadi, arus budaya asing menggerus potensi budaya lokal. Budaya lokal perlahan namun pasti mulai tinggalkan oleh generasi mudanya. Di sinilah perlunya kecerdasan lokal (local genious) dalam mempertahankan kearifan (local wisdom) masyarakat setempat.

Cirebon sebagai sebuah suku bangsa masyarakatnya memiliki karakteristik kebudayaan tersendiri. Kebudayaan yang memiliki unsur-unsur seperti bahasa, pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, ekonomi, religi, serta kesenian. Budaya Cirebon sebagai karya cipta karsa manusia untuk mengolah dan mengubah alam memiliki keragaman. Seperti Bahasa Cirebon, musik taring, tari topeng, batik, kulinernya, karya lukis, hingga berbagai kesenian lainnya yang membedakan Cirebon dengan daerah-daerah lain.

Lokasi Cirebon secara geografis sangat strategis. Kota perlintasan, persinggahan yang menghubungkan antardaerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dengan Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Moda transportasi sangat mendukung seiring sarana yang menunjang, seperti terminal bus, bandara udara, stasiun kereta api, pelabuhan. Semua terkoneksi akses jalan raya dan tol nasional. Perkembangan kotanya kian komplek seiring mudahnya akses teknologi informasi komunikasi antardaerah, pulau, negara dan dunia. Realitas ini membawa perubahan sosial budaya Kota Cirebon begitu cepat, sekaligus rentan akan pengaruh budaya asing terhadap generasi muda.

Sistem pendidikan  menjadi kata kunci memperkuat kecerdasan dan kearifan lokal kebudayaan Cirebon di kalangan generasi muda. Melalui kurikulum yang tersusun, terarah dan terukur diharapkan lembaga pendidikan mampu ikut serta melestarikan kebudayaan masyarakat. Selain membangun serta mengembangkan minat dan bakat generasi muda dalam menghadapi tantangan global. (*)

September 19, 2021

MAAFKAN AKU PERGI....

kilas balik pra koperasi kemakmuran
Ini menjadi pilihan sulit bagi saya. Apakah tetap bertahan atau memilih berhenti menjadi anggota. Anggota pra koperasi RW 01 Kemakmuran. Walau akhirnya keputusan berat itu harus saya ambil. 

Berdirinya pra koperasi tak lepas dari campur tangan saya. Sebagai ketua RW 01 Kemakmuran masa itu, saya harus tanda tangan proposal lomba koperasi. Jika lolos akan dapat bantuan dana.

Nah koperasi kita akhirnya lolos walau bukan kategori utama. Kalau ga salah, pra koperasi kita dapat bantuan dana Rp17 juta. 

Penggagas proposal lomba adalah Pak Sumantri. Sekretaris RW 01 Kemakmuran ini mengajukan proposalnya injuri time (diujung waktu) lomba. 

Keberhasilan ini berkat kerja pengurus. Selain Pak Sumantri, ada Bu Nuris bendahara RW dan Mas Haris seksi pemberdayaan ekonomi. Dua pengurus terakhir itu ikut diwawancarai oleh juri lomba dari dinas koperasi.

Malam itu usai sholat isya datang ke rumah untuk minta tanda tangan ketua RW. Kelengkapan pengurus pra koperasi dibuat secara formalitas demi pemenuhan administrasi lomba.

Pak Sumantri sebagai ketua pra koperasi, ada mas Haris sebagai sekretaris yg juga seksi pemberdayaan ekonomi RW. Dan mba Dinda ditunjuk sebagai bendahara. 

Alasannya saat itu Dinda belum punya kesibukan berarti. Dinda mendadak muncul. Saat itu ia sedang lewat di depan masjid. 

Walau dalam perkembangannya Bu Yus, ibunya Dinda banyak membantu kerja teknis keuangan koperasi. Seiring Dinda mulai ada kesibukan kerja di tempat lain.

Sejak awal berdirinya pra koperasi. Sejak pra koperasi mengelola dana Ro17 juta. Saya sebagai ketua RW tak pernah intervensi, campur tangan urusan duit koperasi. 

Semua urusan koperasi, sepenuhnya otoritas pengurus. Dalam hal ini diketuai Pak Sumantri. Selama jadi anggota, saya tak pernah pinjam. Singkatnya, saya tak pernah menyentuh sepeserpun keuangan koperasi.

Sikap saya ini agar pra koperasi kita bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Bisa memberikan azas manfaat bagi RW 01 Kemakmuran. Tidak mengalami kebangkrutan seperti dialami di kampung lain. Pengelolaan keuangannya mengalami kekeliruan.

Harapan itu saya percayakan ke Pa Sumantri. Terlebih mantan ketua RW ini punya pengalaman mengelola dana  peguliran PEMP. Artinya paham betul data warga peminjam di RW 01, siapa yang tertib, siapa yang bandel soal kewajiban angsuran.

Maka pada laporan pertanggung jawaban pengurus RW masa saya, kondisi keuangan pra koperasi tidak saya laporkan. Karena alasannya dana pra koperasi tidak bersumber dari iuran warga. Struktur organisasi Pra koperasi tidak dibawah langsung pengurus RW. Kekuasaan tertinggi berada di tangan anggota.

Lalu dimana fungsi ketua RW? Menurut struktur organisasi, posisi ketua RW sebagai pembina pra koperasi. Jadi sifatnya koordinatif saja, bukan garis komando. Ketua atau pengurus bisa diganti hanya melalui RAT (rapat anggota tahunan). Kendati berganti ketua RW.

Berapa saldo keuangan pra koperasi sekarang? Persisnya saya tidak tahu. Yang jelas pasti ada penyusutan. Penyusutan untuk dana operasional. Penyusutan karena di sana sini masih ada kredit macet. Hingga RAT terakhir,  kemacetan angsuran pinjaman masih banyak.

Perputaran pinjaman dana koperasi juga masih minim. Selain kredit macet, faktor lainnya jarang warga yang mau pinjam. Menurut Pak Sumantri, masih banyak warga yang belum memahami simpan pinjam ala koperasi. 

Ada warga maunya pinjam tapi tak mau jadi anggota koperasi. Ada juga mau jadi anggota, tapi maunya langsung pinjam dalam jumlah besar. Belum lagi mereka yang sudah pinjam, angsurannya macet. Dengan segala alasan.

Pak Sumantri menjelaskan aturan main pinjaman. Anggota baru boleh pinjam setelah menjadi anggota tiga bulan dengan membayar simpanan wajib Rp10.000/bulan. Pinjaman awal hanya boleh Rp300 ribu. Jika lunas boleh pinjam Rp500 ribu, lalu boleh Rp 1 juta. Bunga pinjaman 2%.

Beberapa kasus ada pinjaman insidental. Syaratnya untuk keperluan mendadak, sangat penting seperti biaya sakit, meninggal, atau biaya sekolah. Namun syaratnya berbeda dengan pinjaman reguler (biasa).

Gara-gara aturan ini, kata dia, sejumlah warga urung jadi anggota. Hal ini menurutnya sebagai upaya seleksi warga yang bener-bener tertib menjadi anggota koperasi.

Kini pra koperasi kemakmuran sudah 4 tahun berdiri. Pengurusnya mengalami perubahan. RAT terakhir, Pak Sumantri tetap dipilih menjadi ketua. Ketua Dewan Pengawas (Dewas) Pra Koperasi Pa Ikrom pun mendukungnya.  

Sebelumnya. Pada awal terbentuk, sekretaris koperasi diamanahkan kepada Mas Haris. Alasannya, selain muda berpotensi Haris pengurus RW seksi pemberdayaan ekonomi. 

Perubahan pengurus sekarang pada posisi sekretaris dan bendahara. Dan anggota dewas. Sekretaris diusulkan Mas Johan dan bendahara Mba Santi.

Mas Johan diusulkan sebenarnya sebagai pererat komunikasi pengurus pra koperasi dengan pengurus RW dibawah kepemimpinan Pak Gelang. Karena Mas Johan adalah sekretaris RW.

Semetara Mba Santi adalah pilihan pak ketua. Walau saat RAT anggota belum tahu kesiapan Santi sebagai bendahara. Saat RAT belum ada keputusan siapa bendahara pengganti Bu Yus.

Kerja Bu Yus sebenarnya bagus. Sayangnya ia belum tercatat sebagai anggota koperasi. Nama dalam data masih tertulis Mba Dinda, puterinya. Saat diminta untuk menjadi anggota, Bu Yus memilih mundur jadi bendahara.

Sebulan terakhir, infonya Mas Johan menyatakan mundur sekretaris kepada ketua. Anggota di WAG pada Kamis 26 Agustus 2021 meminta adakan rapat anggota memilih kembali sekretaris baru. Rapat belum disetujui ketua, malah bendahara Mba Santi minta ada pemilihan ulang juga untuk bendahara.

Sebagai ketua pra koperasi Pak Sumantri bersikap. Menurutnya pemilihan sekretaris itu hak prerogatif ketua. Ia mengaku sudah konsultasi dengan Dewan Pengawas pra Koperasi dan Dinas Koperasi. Jadi tak perlu ada rapat anggota. Sebagai ketua, ia akan menunjuk.

Apapun keputusannya, terpenting harus tetap mendengarkan aspirasi anggota. Karena keputusan tertinggi berada di tangan anggota. Musyawarah dan azas kekeluargaan merupakan ciri khas koperasi. Segala permasalahan bisa diselesaikan dengan musyawarah kekeluargaan.

Setelah empat tahun, harapan pra koperasi ke depan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Ini amanah pemerintah kota. Ini adalah uang rakyat dalam bentuk bantuan modal produktif. 

Pra koperasi RW 01 bisa tumbuh dan berkembang. Asal, pengurusnya tetap amanah, transparan dan konsisten pada aturan main lembaga koperasi. Menjalankan keputusan RAT. 

Mental pengurus harus tahan banting. Karena ini menyangkut uang. Sedikit kepleset, sembuh lukanya sangat lama. Kepercayaan anggota disandarkan pada Pak Mantri sebagai ketua. Artinya, ini adalah ujian bagi ketua dalam menjalankan amanah sebagai lokomotif pengurus 

Pra Koperasi bisa berkembang, asal para anggotanya tertib aturan. Tertib simpanan wajib, dan setoran angsuran bagi yang pinjam. Tidak harus ditagih apalagi sampai dikejar-kejar. 

Jika angsuran macet, akan merusak kesehatan keuangan koperasi. Padahal pada uang pinjaman kita, ada hak anggota/warga lain yang mau pinjam. Jika pinjaman macet di beberapa anggota, perputaran uang mandeg. Ujungnya bangkrut !

Terakhir, kelangsungan pra koperasi bisa sejalan dengan kepengurusan RW. Bagaimana pun pra koperasi dibawah binaan RW. Tanpa otoritas RW, keberadaan pra koperasi tak mungkin ada. Maka, terus komunikasi, koordinasi dan kolaborasi.

Ini hanya sebuah catatan sejarah. Sebuah harapan dari mantan ketua RW periode 2017-2019. Hanya harapan dari anggota pra koperasi yang memilih mengundurkan diri per 26 Agustus 2021 Pukul 14.00. Mengundurkan diri sekadar untuk meringankan beban. Beban keikutsertaan sebagai anggota beberapa koperasi di tempat lain. 

Semoga kita kelak bisa bersama lagi di pra koperasi. Bersyukur jika kelak status Pra Koperasi sudah berubah menjadi Koperasi yang lebih maju. Ijinkan aku pergi. Pergi untuk kembali lagi. Semoga... Mohon dimaafkan! (*)

DENY ROCHMAN
Ketua RW 2017-2019
Pembina Pra Koperasi 2018-2019
Anggota Pra Koperasi 2018-2021

Agustus 08, 2021

SERABI KAKI LIMA INI, TAWARKAN 43 VARIAN RASA

Ini bukan serabi biasa. Bukan sembarang serabi. Citra rasa makanan tradisional ini sudah teruji sejak 16 tahun silam bahkan lebih. Warisan leluhur ini sebelumnya hadir hanya pada musim peringatan maulid Nabi Muhammad Saw di Keraton Kanoman Kota Cirebon. Kini serabi tepung beras ini bisa dinikmati saban hari, dengan 43 varian rasa yang memanjakan lidah pembeli.

Namanya Serabi Pulasaren. Nama itu dipilih karena lokasinya berada di Kelurahan Pulasaren. Lebih tepatnya di samping kantor Korwil Pendidikan Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon. Nama kantor baru, ubahan dari UPTD Pendidikan. Walau warungnya kelas kaki lima, namun rasanya digemari para kaum ningrat dan pejabat. Bahkan lokasinya lebih dikenal bakul serabi Pulasaren daripada kantor korwilnya.
Sejak tiga tahun lalu berkantor di korwil, boleh dibilang jarang membeli serabi di sini. Seingat saya, baru tiga kali membeli serabi yang kini harga satuannya paling murah Rp2.500 dan paling mahal Rp14.000. Pertama saat menjamu tamu RW. Kedua, kehadiran pimpinan Majalah Selaras dan ketiga saat gowes Minggu pagi 8 Agustus kemarin. 

Kok bisa yah? Entahlah. Padahal makanan serabi bukan makanan baru bagi lidah orang Cirebon. Di desa kelahiran saya di Lemahabang Kulon Kab. Cirebon, jajanan bulat ini sudah ada sejak lama. Walau variannya masih terbatas: original, manis gula pasir atau gula merah, dan campuran suwiran tempe atau dage. Varian itu pun bahannya dibawa sendiri oleh konsumen. Menu yang sering dijual rasa original, dimakan sama gorengan tempe.
Sejak ngantor 5 Agustus 2019 di korwil, keberadaan serabi Pulasaren kurang menarik perhatian saya. Mungkin karena serabi bukan makanan baru. Apalagi lokasi jualannya mangkal di atas trotoar jalan. Sepintas, tak ada sesuatu yang istimewa dari jualan serabi di sana. Seiring dengan waktu, banyak yang nanya dan mengenal serabi di sana. Beli pertama untuk rapat, bikin makin penasaran.

Minggu pagi 8 Agustus kemarin, saya tak sengaja mampir ke warung serabi. Waktu sudah cukup siang. Jarum jam menunjukkan angka 10. Waktu yang terlalu siang untuk berolahraga gowes. Tapi saya sengaja gowes saat posisi matahari mulai panas. Biar tubuh ini lebih hangat gowes dibawah sorotan sinar ultraviolet. Kebutuhan vitamin D ini makin dicari di tengah gempuran covid-19 yang belum surut.
Dari rumah di kawasan Pronggol Kota Cirebon, saya memilih keliling kota. Dengan sepeda MTB exotic 27, menelusuri jalan raya Kesunean, pelabuhan, pesisir hingga krucuk. Kemudian berbelok melintasi jalan Siliwangi, belok ke jalan Kartini hingga ke Gunungsari. Gowes dalam kota masih di masa PPKM level 4 lanjutan membuat beberapa akses jalan ditutup. Seperti ruas jalan Gunungsari ditutup.

Menggunakan sepeda, sedikit leluasa melintasi jalan penyekatan. Dari Gunungsari berlanjut menelusuri jalan Cipto, melintasi Grage Mall, CSB Mall lalu berbelok ke Jalan Pemuda. Kemudian berbelok arah ke jalan gang Karangjalak, blusukan lewat makam China dibelakang Mako Denpom hingga keluar di Jalan Cipto. Dari saja menuju jalan Kesambi, melintasi sekolah Al Azhar keluar di depan RSUD Gunungjati.
Target berikutnya menuju Pasar Jagasatru. Melalui akses jalan Kesambi Dalem, lewat depan kantor LP. Di pasar menyempatkan membeli jeruk lemon, jahe merah dan jajanan ringan anak-anak. Gowes berlanjut menuju pulang melalui arah Pondok Pesantren Jagasatru, belakang pasar. Tujuan awal membeli buah mangga di dekat RS Persalinan. 

Setelah belok di Jalan Pekawatan, tujuan berubah ingin membeli serabi. Pikirnya di rumah sudah ada buang pisang ambon dan jeruk. Jika beli serabi, sepulang dari gowes disantap dengan air teh hangat. Sambil mengerjakan materi ppt di laptop, untuk pembelajaran jarak jauh. Duh kebayang nikmatnya. 
Saya membeli enam serabi dengan 3 varian: oreg, tauco dan dage. Pikir saya menu pilihannya terbatas. Tapi setelah membaca daftar menu, tercatat ada 43 menu varian rasa serabi. Mulai rasa original dengan harga Rp2.500 hingga rasa telor ayam sosis keju dengan harga Rp14.000/buah. Untuk varian yang saya pesan, harga satuannya Rp4000. 
Menurut pedagang, dirinya berjualan serabi di daerah Pulasaren itu sudah 16 tahun silam. Sebelumnya, berjualan di Keraton Kanoman pada saat musim muludan tiba. Kini usaha warisan itu bisa dibeli saban hari, dari Senin hingga Minggu, kecuali Jumat libur. Warung buka mulai jam 10 pagi hingga jam 9 malam. Lahirnya 43 rasa itu terinspirasi dari para pelanggan yang sering membawa bahan tambahan untuk serabi pesanannya. (*)

Pronggol, 9.08.2021 l 02:02

Juli 27, 2021

BEGINI RASANYA MAKAN DIBATASI WAKTU

Apa rasanya ketika waktu makan dibatasi 20 menit? Baru-baru ini pembatasan makan di warung hanya 20 menit menuai kontroversi. Menyusul ketentuan baru PPKM perpanjangan dari 26 Juli hingga 2 Agustus 2021. 

Jika pada PPKM darurat 3-20 Juli dan 21-25 Juli warung makan tidak boleh makan di tempat (take away). Namun pada masa perpanjangan kali kedua hingga 2 Agustus konsumen boleh makan di tempat. Dengan ketentuan pembatasan jumlah pengunjung dan waktu makan di tempat hanya 20 menit.

Kebijakan ini menjadi trending topik. Tak sedikit menjadi meme dan guyonan di tengah masyarakat. Para pedagang pun menanggapinya beragam. Ada yang mustahil pembatasan waktu dilakukan. Tetapi ada yang meresponnya biasa saja. Ada juga pedagang yang menyambut baik makan berbasis hitungan waktu. 

Mereka yang menganggap kebijakan itu sulit dilaksanakan karena pengawasan terhadap konsumen saat waktu makan relatif sulit. Karena hal tak mungkin petugas TNI Polri Pol PP atau Satgas akan nongkrongin pembeli yang makan. Apalagi sampai detail mengawasi waktunya. Jika pun diawasi, menurut masyarakat makan dengan durasi 20 menit di warung tidak cukup.

Benarkah waktu 20 menit makan di warung tidak cukup? Jawabnya bisa iya, juga bisa tidak. Tergantung dimana, kapan dan dengan apa kita makan. Jika makan di mall, dengan pesan makanan olahan dan pembeli dalam jumlah banyak. Hal sama sekalipun di warteg, jika hitungan 20 menit sejak masuk warung hingga makan selesai pasti waktunya tidak cukup. Apalagi saat waktu jam makan. 

Namun jika 20 menit dihitung waktu kotor. Dimulai saat kita mulai menyantap hidangan hingga makan besar selesai, maka pembatasan waktu 20 menit dianggap cukup. Pengalaman saya misalnya pada Selasa 27 Juli 2021 jam 2 siang di rumah makan padang kaki lima. Siang itu kondisi warung relatif sepi pembeli. Pesanan saya makan dengan tongkol balado, daun singkong dan sambel dengan minum air hangat.

Suguhan menu langsung disiapkan pedagang di meja makan. Dalam hitungan detik pertama hitungan pertama dimulai. Stopwatch pada fitur  android saya langsung diaktifkan. Setelah makan siang dianggap selesai angka stopwatch terhenti pada menit 10:06. Artinya hanya untuk makan utama durasi 20 menit yang ditetapkan pemerintah masih dalam batas yang wajar.

Yang menjadi multi tafsir adalah apakah pembatasan waktu itu dihitung saat masuk ke warung. Kemudian makan cuci mulut dan minum rasa lainnya serta santai sejenak mengisap rokok. Tentu durasi 20 menit sangat kurang. Apalagi jika dalam kondisi warung ramai pada saat jam makan. Apalagi jika pesan menu makanannya harus menunggu waktu diolah.

Penetapan waktu makan 20 menit lebih cocok untuk warung-warung yang menunya sudah siap saji dan tidak mengantri pembelian. Namun untuk menghindari perdebatan, sebaiknya hitungan 20 menit sejak dimulai menyantap hidangan. Jika masih ada yang perlu dibeli, maka menu tambahan untuk take away. Selamat kenyang.... (*)