Penulis :
RATU CITRANIA, S.Pd, M.Si
Wakasek SMP Negeri 18 Cirebon
Ini adalah pengalaman istimewa. Pengalaman sangat menarik yang dirasakan. Khususnya bagi warga SMP Negeri 18 Kota Cirebon. Pengalaman luar biasa ini ingin berbagi kepada sekolah-sekolah di Kota Cirebon, dan masyarakat pada umumnya. Pengalaman dikunjungi tamu dari Negara Korea Selatan. Bahkan mereka tertarik menjalin kerjasama dengan sekolah kami.
Pada 27 Agustus 2021 lalu, SMP Negeri 18 Kota Cirebon kedatangan tamu spesial. Rombongan dari Kementrian Pemuda dan Pariwisata Korea Selatan Bersama tim dari NGO Arcolabs. Tamu istimewa itu diantarkan Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Pihak asing itu menawarkan program pertukaran pendidikan seni dan budaya Korea-Indonesia yang bernama Made in Cirebon pada 2021. Program yang diinisiasi oleh Korea Art & Culture Education Service bersama Pemda Kota Cirebon, Arcolabs dan seniman lokal Sinau Art.
Kepala Sekolah SMPN I8 Kota Cirebon, Hj. Sumiyati, S.Pd., M.Si merasa bangga sekolahnya terpilih sebagai pilot project program tersebut. Program kerjasama ini dukung penuh oleh Dinas Pendidikan Kota Cirebon dengan harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Kendati masih masa pandemi, ternyata program ini bisa berjalan. Dengan agenda kegiatan: Cerita Bersuara, Ecotik, Buku Dongeng Pop Up, Lengko Story Buzz, Music Sampah Plastik.
Usai rombongan melakukan kunjungan ke sekolah, pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan secara offline dan online. Pada September 2021, kolektif seniman Sinau Art Cirebon dipilih untuk menggelar lokakarya. Berlanjut untuk pelatihan bagi siswa dan guru. Pameran seni kecil yang menampilkan belajar siswa dan seniman yang terlibat dalam Made in Cirebon digelar pada 20-24 September 2021. Media pembelajaran seni dan budaya yang dibuat Arcolabs dan seniman Sinau Art berbentuk video, animasi dan lain-lain.
Di hari ke-1 Cerita Bersuara. Siswa diajarkan cara membuat sebuah tokoh dari clay yang dihubungkan dengan sebuah alat makey-makey. Tokoh tersebut dapat mengeluarkan bunyi/ suara sesuai suara yang direkamkan padanya. Hari kedua Ecotik, yaitu sebuah tehnik membatik yang ramah lingukungan karena menggunakan pewarna alami. Bahan alam sekitar seperti kunyit, daun jati dan lainya. Pada hari ke-3 Buku Dongen Pop Up siswa diminta memuat sebuah cerita dan menggambarkan tokoh- tokohnya. Lalu merangkainya untuk dijadikan sebuah buku dongeng yang menarik.
Selanjutnya hari berikutnya siswa diperkenalkan dengan sejarah nasi lengko, Lengko Story Buzz. Sebuah pembelajaran untuk mengenalkan sejarah melalui seni yang menarik. Hari terakhir ada musik sampah plastic. Alat musik dibuat dari bahan bekas botol air mineral berukuran 1, 5 liter untuk dijadikan alat musik. Mengundang kreatifitas siswa untuk dapat memainkan sebuah lagu sederhana. Pada hari yang sama tak kalah menarik guru-guru juga berkesempatan untuk mengikuti workshop di bidang pengembangan seni budaya. (*)