Agustus 08, 2021

SERABI KAKI LIMA INI, TAWARKAN 43 VARIAN RASA

Ini bukan serabi biasa. Bukan sembarang serabi. Citra rasa makanan tradisional ini sudah teruji sejak 16 tahun silam bahkan lebih. Warisan leluhur ini sebelumnya hadir hanya pada musim peringatan maulid Nabi Muhammad Saw di Keraton Kanoman Kota Cirebon. Kini serabi tepung beras ini bisa dinikmati saban hari, dengan 43 varian rasa yang memanjakan lidah pembeli.

Namanya Serabi Pulasaren. Nama itu dipilih karena lokasinya berada di Kelurahan Pulasaren. Lebih tepatnya di samping kantor Korwil Pendidikan Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon. Nama kantor baru, ubahan dari UPTD Pendidikan. Walau warungnya kelas kaki lima, namun rasanya digemari para kaum ningrat dan pejabat. Bahkan lokasinya lebih dikenal bakul serabi Pulasaren daripada kantor korwilnya.
Sejak tiga tahun lalu berkantor di korwil, boleh dibilang jarang membeli serabi di sini. Seingat saya, baru tiga kali membeli serabi yang kini harga satuannya paling murah Rp2.500 dan paling mahal Rp14.000. Pertama saat menjamu tamu RW. Kedua, kehadiran pimpinan Majalah Selaras dan ketiga saat gowes Minggu pagi 8 Agustus kemarin. 

Kok bisa yah? Entahlah. Padahal makanan serabi bukan makanan baru bagi lidah orang Cirebon. Di desa kelahiran saya di Lemahabang Kulon Kab. Cirebon, jajanan bulat ini sudah ada sejak lama. Walau variannya masih terbatas: original, manis gula pasir atau gula merah, dan campuran suwiran tempe atau dage. Varian itu pun bahannya dibawa sendiri oleh konsumen. Menu yang sering dijual rasa original, dimakan sama gorengan tempe.
Sejak ngantor 5 Agustus 2019 di korwil, keberadaan serabi Pulasaren kurang menarik perhatian saya. Mungkin karena serabi bukan makanan baru. Apalagi lokasi jualannya mangkal di atas trotoar jalan. Sepintas, tak ada sesuatu yang istimewa dari jualan serabi di sana. Seiring dengan waktu, banyak yang nanya dan mengenal serabi di sana. Beli pertama untuk rapat, bikin makin penasaran.

Minggu pagi 8 Agustus kemarin, saya tak sengaja mampir ke warung serabi. Waktu sudah cukup siang. Jarum jam menunjukkan angka 10. Waktu yang terlalu siang untuk berolahraga gowes. Tapi saya sengaja gowes saat posisi matahari mulai panas. Biar tubuh ini lebih hangat gowes dibawah sorotan sinar ultraviolet. Kebutuhan vitamin D ini makin dicari di tengah gempuran covid-19 yang belum surut.
Dari rumah di kawasan Pronggol Kota Cirebon, saya memilih keliling kota. Dengan sepeda MTB exotic 27, menelusuri jalan raya Kesunean, pelabuhan, pesisir hingga krucuk. Kemudian berbelok melintasi jalan Siliwangi, belok ke jalan Kartini hingga ke Gunungsari. Gowes dalam kota masih di masa PPKM level 4 lanjutan membuat beberapa akses jalan ditutup. Seperti ruas jalan Gunungsari ditutup.

Menggunakan sepeda, sedikit leluasa melintasi jalan penyekatan. Dari Gunungsari berlanjut menelusuri jalan Cipto, melintasi Grage Mall, CSB Mall lalu berbelok ke Jalan Pemuda. Kemudian berbelok arah ke jalan gang Karangjalak, blusukan lewat makam China dibelakang Mako Denpom hingga keluar di Jalan Cipto. Dari saja menuju jalan Kesambi, melintasi sekolah Al Azhar keluar di depan RSUD Gunungjati.
Target berikutnya menuju Pasar Jagasatru. Melalui akses jalan Kesambi Dalem, lewat depan kantor LP. Di pasar menyempatkan membeli jeruk lemon, jahe merah dan jajanan ringan anak-anak. Gowes berlanjut menuju pulang melalui arah Pondok Pesantren Jagasatru, belakang pasar. Tujuan awal membeli buah mangga di dekat RS Persalinan. 

Setelah belok di Jalan Pekawatan, tujuan berubah ingin membeli serabi. Pikirnya di rumah sudah ada buang pisang ambon dan jeruk. Jika beli serabi, sepulang dari gowes disantap dengan air teh hangat. Sambil mengerjakan materi ppt di laptop, untuk pembelajaran jarak jauh. Duh kebayang nikmatnya. 
Saya membeli enam serabi dengan 3 varian: oreg, tauco dan dage. Pikir saya menu pilihannya terbatas. Tapi setelah membaca daftar menu, tercatat ada 43 menu varian rasa serabi. Mulai rasa original dengan harga Rp2.500 hingga rasa telor ayam sosis keju dengan harga Rp14.000/buah. Untuk varian yang saya pesan, harga satuannya Rp4000. 
Menurut pedagang, dirinya berjualan serabi di daerah Pulasaren itu sudah 16 tahun silam. Sebelumnya, berjualan di Keraton Kanoman pada saat musim muludan tiba. Kini usaha warisan itu bisa dibeli saban hari, dari Senin hingga Minggu, kecuali Jumat libur. Warung buka mulai jam 10 pagi hingga jam 9 malam. Lahirnya 43 rasa itu terinspirasi dari para pelanggan yang sering membawa bahan tambahan untuk serabi pesanannya. (*)

Pronggol, 9.08.2021 l 02:02