Apa rasanya ketika waktu makan dibatasi 20 menit? Baru-baru ini pembatasan makan di warung hanya 20 menit menuai kontroversi. Menyusul ketentuan baru PPKM perpanjangan dari 26 Juli hingga 2 Agustus 2021.
Jika pada PPKM darurat 3-20 Juli dan 21-25 Juli warung makan tidak boleh makan di tempat (take away). Namun pada masa perpanjangan kali kedua hingga 2 Agustus konsumen boleh makan di tempat. Dengan ketentuan pembatasan jumlah pengunjung dan waktu makan di tempat hanya 20 menit.
Kebijakan ini menjadi trending topik. Tak sedikit menjadi meme dan guyonan di tengah masyarakat. Para pedagang pun menanggapinya beragam. Ada yang mustahil pembatasan waktu dilakukan. Tetapi ada yang meresponnya biasa saja. Ada juga pedagang yang menyambut baik makan berbasis hitungan waktu.
Mereka yang menganggap kebijakan itu sulit dilaksanakan karena pengawasan terhadap konsumen saat waktu makan relatif sulit. Karena hal tak mungkin petugas TNI Polri Pol PP atau Satgas akan nongkrongin pembeli yang makan. Apalagi sampai detail mengawasi waktunya. Jika pun diawasi, menurut masyarakat makan dengan durasi 20 menit di warung tidak cukup.
Benarkah waktu 20 menit makan di warung tidak cukup? Jawabnya bisa iya, juga bisa tidak. Tergantung dimana, kapan dan dengan apa kita makan. Jika makan di mall, dengan pesan makanan olahan dan pembeli dalam jumlah banyak. Hal sama sekalipun di warteg, jika hitungan 20 menit sejak masuk warung hingga makan selesai pasti waktunya tidak cukup. Apalagi saat waktu jam makan.
Namun jika 20 menit dihitung waktu kotor. Dimulai saat kita mulai menyantap hidangan hingga makan besar selesai, maka pembatasan waktu 20 menit dianggap cukup. Pengalaman saya misalnya pada Selasa 27 Juli 2021 jam 2 siang di rumah makan padang kaki lima. Siang itu kondisi warung relatif sepi pembeli. Pesanan saya makan dengan tongkol balado, daun singkong dan sambel dengan minum air hangat.
Suguhan menu langsung disiapkan pedagang di meja makan. Dalam hitungan detik pertama hitungan pertama dimulai. Stopwatch pada fitur android saya langsung diaktifkan. Setelah makan siang dianggap selesai angka stopwatch terhenti pada menit 10:06. Artinya hanya untuk makan utama durasi 20 menit yang ditetapkan pemerintah masih dalam batas yang wajar.
Yang menjadi multi tafsir adalah apakah pembatasan waktu itu dihitung saat masuk ke warung. Kemudian makan cuci mulut dan minum rasa lainnya serta santai sejenak mengisap rokok. Tentu durasi 20 menit sangat kurang. Apalagi jika dalam kondisi warung ramai pada saat jam makan. Apalagi jika pesan menu makanannya harus menunggu waktu diolah.
Penetapan waktu makan 20 menit lebih cocok untuk warung-warung yang menunya sudah siap saji dan tidak mengantri pembelian. Namun untuk menghindari perdebatan, sebaiknya hitungan 20 menit sejak dimulai menyantap hidangan. Jika masih ada yang perlu dibeli, maka menu tambahan untuk take away. Selamat kenyang.... (*)