Oktober 22, 2021

13 FORMASI GURU BK TANPA PELAMAR

Ini terkesan ironis. Di tengah kian banyak masalah siswa mendera dunia pendidikan, namun jumlah guru Bimbingan Konseling (BK) sangat minim. Tidak berbanding lurus dengan jumlah siswa di sekolah. Sesuai ketentuan, minimal satu guru BK menangani 150 siswa atau lima kelas.

Pada seleksi guru PPPK tahap 1 kemarin misalnya, untuk formasi guru BK sepi peminat bahkan tanpa pelamar. Dari 15 formasi yang disiapkan hanya 2 sekolah yang terisi. Sisanya 13 sekolah masih kosong karena tidak ada yang mendaftar alias nihil. Ada apa dengan guru BK di Kota Cirebon?

Menurut Ketua MGMP Bimbingan Konseling Kota Cirebon Drs. Maman Suryaman, Kons, sejak lama sekolah-sekolah di Kota Cirebon kekurangan guru BK. Pihaknya sudah melaporkan kepada Dinas Pendidikan setempat, termasuk kepada pengawas BK. Karena kekurangan itu maka peran fungsi guru BK sering digantikan oleh guru wali kelas atau guru lainnya yang diberikan tugas tambahan. 

"Masih ada pihak yang belum memahami peran dan fungsi BK. Sehingga mereka tidak merasa penting adanya BK di sekolah. Bahkan guru BK dianggap tidak terlihat kerjaanya. Akibatnya sudah jumlahnya sedikit, kawan-kawan juga kadang dapat tugas tambahan yang tidak relevan dengan kompetensinya. Beruntung kawan-kawan BK tangguh-tangguh jadi bisa melaksanakan tugas tambahan itu," ujar Maman yang kini mulai memetakan kembali jumlah guru BK di  kotanya. 

Sementara itu, Dosen Bimbingan Konseling IAIN Syekh Nurjati Cirebon Herny Gusbrava, M.Pd.CH, CHt.,C.NLP mengaku miris dengan minimnya guru BK di sekolah-sekolah. Padahal masalah siswa kini makin komplek seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Kondisi tersebut dibutuhkan peran guru BK dalam melakukan bimbingan dan konseling. Namun Namun kenyataanya rasio guru BK dengan jumlah siswa tidak berimbang

"Sangat miris (guru BK kurang). Sementara permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa saat ini sangat kompleks. Hasil research saat ini banyak ditemukan siswa yg melakukan Self Harm, kecanduan Hp, kecanduan game selama pandemi. Disini benar-benar dibutuhkan peran sosok guru BK untuk membantu mereka keluar dari masalahnya. Tapi kenyataanya rasio guru BK dengan jumlah siswa tidak berimbang," ujar akademisi yang rajin membina dan mendampingi anak-anak milenial. 

Menurut Herny, diperlukan lulusan guru BK yang benar-benar ingin mengabdikan dirinya untuk membantu psikologis siswa. Di lapangan banyak juga ditemukan guru BK yang bukan lulusan BK. Disini pentingnya dunia pendidikan menekankan peningkatan lulusan BK untuk disalurkan di sekolah-sekolah.(*)