Juni 03, 2016

PERJUANGKAN LITERASI SAMPAI MATI

Jajaran Disdik Jabar menjadi saksi ucap janji literasi guru penggerak di Jawa Barat.
Tiga hari menjalani workshop di Lembang Bandung, guru penggerak literasi se- Jawa Barat angkat janji. Janji literasi yang diucapkan bersama-sama tersebut bentuk komitmen dan konsisten bersama dalam menyukseskan gerakan literasi di Jawa Barat.

Janji literasi itu diucapkan dalam acara penutupan workshop penggerak literasi, Jumat (3/6) siang. Hadir dalam acara tersebut dar Dinas Pendidikan Jawa Barat yakni Kabid Dikdas H. Firman Adam, M.Pd, Kasi Pembinaan Sekolah Swasta Hj Endang Susilastuti SE, dari widyaswara LPMP Jawa Barat Eep Saepudin Wiriamijaya S.Sos.,MM, dan tim pengembang literasi Jawa Barat.

ADA APA DENGAN PENDIDIKAN KITA?

Oleh:
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I

Tampaknya ada masalah serius dalam pendidikan kita. PISA, Programme for International Student Assessment melaporkan pencapaian kualitas pendidikan Indonesia masih jeblok. Lembaga survai bermarkas di Perancis tersebut memposisikan Indonesia pada urutan ke 64 dari 65 negara pada tahun 2012.

Pada tahun 2016 ranking Indonesia masih belum berubah. Masih berada diposisi 60 dari 61 negara. Hasil survai tersebut dikutip oleh Dra Nita Suherneti M.Si, nara sumber Workshop Penggerak Komunitas Literasi Sekolah se- Jawa Barat di Lembang Bandung, Selasa (1/6) malam. Pengawas Disdik kota Bandung tersebut menyampaikan materi tentang Gerakan Literasi Sekolah.

GURU LITERASI DIKIRIM KE AUSTRALIA

Guru-guru literasi diberangkatkan training ke Australia. Wah asyik nih. Yah jika anda pioneer gerakan literasi kab Bandung berpeluang akan dinikmat fasilitas tersebut. Dalam dua tahun terakhir kab. Bandung telah mengirimkan guru-guru literasi disana terbang ke negeri kangoroo.

"Alhamdulilah gerakan literasi kami mendapat dukungan penuh dari bapak kepala dinas dan bapak bupati. Beberapa guru sudah diberangkatkan ke Adelaide Australia," tutur Deni Permana, M.Pd, ketua gerakan literasi Kab. Bandung disela acara workshop penggerak literasi di lembang Bandung, 1-3 Juni 2016.

Dalam pemaparannya di depan para peserta workshop Deni mengakui bahwa pelaksanaan program literasi West Java Leader's Reading Challenge (WJLRC) menghadapi tantangan. Tantangan tersebut seperti warga sekolah yang belum sama persepsinya karena hal yang baru program ini.

JABAR SIAPKAN 300 PENGGERAK LITERASI

 Pemerintah Jawa Barat tampaknya tidak main-main untuk menjadi propinsi ini menjadi nomor satu (Jabar Kahiji). Termasuk dalam menggenjot kualitas pendidikan di Jawa Barat, Pemprov menyiapkan 300 penggerak literasi di sekolah-sekolah di Jawa Barat.

"Ini gerakan baru yang terorganisir dalam membangkitkan gerakan literasi di sekolah. Jawa Barat mengambil inisiatif secara aktif gerakan literasi nasional ini karena kepedulian gubernur Jawa Barat," ujar Kabid Dikdas H. Firman Adam, M.Pd mewakili Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat.

Firman menilai gubernur Ahmad Heryawan tampaknya lebih tahu dan peduli dunia pendidikan. Terbukti dalam setiap rapat membahas masalah pendidikan di Jawa Barat tidak mengenal ruang dan waktu. Sekalipun rapat hanya dihadiri dua tiga orang. Gubernur sangat mensuport lahirnya program literasi.

Mei 31, 2016

MEMBANGKITKAN BUDAYA LITERASI GURU

Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I


Don’t stop learning! Jangan berhenti belajar. Ungkapan tersebut sering kali dialamatkan bagi kalangan guru-guru. Profesi yang satu ini haram hukumnya jika sampai berhenti belajar karena mereka sering mengajar. Apa jadinya jika seorang guru malas atau bahkan berhenti belajar, ilmu yang disampaikan kepada anak didiknya dipastikan tidak berkualitas, untuk tidak dikatakan banyak bolong dan bohongnya. Maka jika guru sudah malas belajar, guru tersebut harus bersiap meninggalkan pekerjaannya.

Pernyataan itu saya sampaikan di depan para guru anggota KKG Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon dalam sebuah pelatihan menulis di gedung TB Gramedia Cipto Kota Cirebon, Sabtu 28 Mei 2016. Saya hadir sebagai perwakilan dari Komunitas Gerakan Literasi Masyarakat Cirebon Kota (Gelem Maca) yang diminta oleh panitia menyampaikan sepatah dua kata sambutan. Pelatihan menghadirkan seorang penulis Indra Yusuf, guru SMA Negeri 7 Kota Cirebon.

Mei 29, 2016

MELEMAHNYA KEMAMPUAN BELAJAR SISWA

Oleh :
Deny Rochman

Mana yang lebih gampang, kemampuan menulis atau bicara? Pasti banyak orang Indonesia akan kompak menjawabnya lebih mudah bicara. Yah tentu kita jangan kaget dan terheran-heran ketika banyak orang Indo lebih pandai bicara daripada kemampuan menulis. Karena kemampuan bicara sudah terlatih sejak kecil, saat anak masih bayi. Pasti tidak ada orangtua satu pun dijagat dunia ini yang melatih anaknya menulis saat ia masih bayi.

Bicara merupakan kemampuan dasar manusia, sama halnya kemampuan melihat dan mendengar yang sudah dilatih sejak dini. Kemampuan menulis sendiri mulai dikenalkan sejak anak masuk sekolah. Jika sampai lulus sekolah hingga kuliah dan bekerja ternyata anak belum juga pandai menulis dengan baik, baik bahasa tulisannya, isinya, strukturnya, maka ada masalah pola pengajaran dalam pembelajaran dunia pendidikan kita.

MEMILIH TOPIK TULISAN BAGI GURU

Oleh :
Deny Rochman

Saat mulai menulis kerap kali guru-guru bingung mau menulis apa. Apalagi dalam menulis tentang masalah di lingkungan kita, termasuk menyangkut kebijakan penguasa, tentu ada rasa was-was dan takut. Ada banyak hal yang perlu dan bisa ditulis oleh seorang guru, tidak perlu dan harus mempertaruhkan harga diri bahkan harta dan nyawanya untuk menulis. Dalam dunia penulisan ada jenis penulisan seperti menulis ilmiah dan menulis karya jurnalisitik.

TULISAN ILMIAH
Banyak jenis tulisan yang bisa menjadi inspirasi guru untuk menulis. Jenis tulisan dalam dunia pendidikan misalnya bisa dikaitkan dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Kegiatan menulis, khususnya tulisan ilmiah masuk dalam kategori publikasi ilmiah dalam PKB, selain kegiatan pengembangan diri dan karya inovatif.

TERNYATA GURU TAKUT MENULIS


Oleh :
Deny Rochman

Menulis itu gampang-gampang susah ternyata. Kata sang penulis, kegiatan menulis itu gampang. Tapi kata yang tidak biasa, menulis itu susah. Banyak alasan seseorang tidak bisa dan tidak mau menulis. Bagi kalangan guru, misalnya, menulis merupakan salah satu kegiatan yang menakutkan. Takut? Yah beberapa dari para pendidik ini mengaku takut menulis khawatir menyinggung perasaan orang lain. Takut mencemarkan nama baiknya sehingga orang itu marah saat disinggung dalam tulisannya.

Ada juga mereka takut karena tulisannya nanti dinilai jelek oleh orang lain. Takut dianggap bodoh karena bahasa, struktur da nisi tulisannya tidak mencerminkan dengan, misalnya, umurnya, jenis kelaminnya, status sosial ekonominya hingga strata pendidikannya. Daripada menimbulkan masalah lebih baik tidak menulis. Alasan lainnya mereka menulis takut kegiatan lainnya terganggu, karena menulis butuh waktu lama dan kosentrasi tingkat tinggi.

Curhatan guru tersebut berhasil terekam dalam berbagai kegiatan pelatihan menulis, apakah menulis artikel, karya tulis maupun menulis berita serta menulis buku. Dua diantara kegiatan tersebut adalah terungkap dalam Workshop Penulisan Karya Tulis Guru SD yang diadakan oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus IV Kalijaga Kec. Harjamukti Kota Cirebon di gedung TB Gramedia Cipto, Sabtu 28 Mei 2016. Menghadirkan penulis Indra Yusuf, guru SMA Negeri 7 Kota Cirebon.