Oleh :
Deny Rochman
Saat mulai menulis
kerap kali guru-guru bingung mau menulis apa. Apalagi dalam menulis tentang
masalah di lingkungan kita, termasuk menyangkut kebijakan penguasa, tentu ada
rasa was-was dan takut. Ada banyak hal yang perlu dan bisa ditulis oleh seorang
guru, tidak perlu dan harus mempertaruhkan harga diri bahkan harta dan nyawanya
untuk menulis. Dalam dunia penulisan ada jenis penulisan seperti menulis ilmiah
dan menulis karya jurnalisitik.
TULISAN ILMIAH
Banyak jenis
tulisan yang bisa menjadi inspirasi guru untuk menulis. Jenis tulisan dalam
dunia pendidikan misalnya bisa dikaitkan dengan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB). Kegiatan menulis, khususnya tulisan ilmiah masuk dalam
kategori publikasi ilmiah dalam PKB, selain kegiatan pengembangan diri dan
karya inovatif.
Kegiatan menulis
guru bisa meliputi laporan penelitian, tinjauan ilmiah, artikel popular dan
artikel ilmiah bidang pendidikan. Bisa juga menulis buku-buku teks pelajaran, modul,
LKS, karya terjemahan atau menyusun pedoman guru. Semua jenis tulisan di atas relative
bersih dari resiko ketakutan karena tekanan dari pihak lain, seperti yang
dikhawatirkan oleh sebagian guru.
Dalam dunia
akademik, dikenal tulisan berjenis artikel, makalah, kertas kerja, paper,
essay, atau skripsi, tesis dan disertasi.
Kendati
jenis tulisan publikasi ilmiah guru relative aman resiko namun sebagai penulis
pemula harus kerja keras untuk menghasilkan sebuah tulisan ilmiah. Mengapa? Bahan-bahan
tulisan ilmiah lebih banyak bersumber dari buku-buku referensi tekstual, termasuk
dokumen hasil penelitian sebelumnya. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru
dalam meracik bahan tulisan menjadi satu kesatuan tulisan yang utuh dan baru atau
terbarukan.
Sebagian orang
memang lebih merasa gampang membuat makalah ilmiah daripada menulis sebuah
berita atau laporan peristiwa. Jika menulis makalah tidak jarang rangkaian
huruf, kata menjadi kalimat dan paragraf mengambil jalan pintas dengan copy
paste. Satu paragraf dengan satu lainnya digabungkan dari sumber yang berbeda
tanpa harus repot memikirkan pola dan gaya bahasa sendiri dalam meracik
tulisan.
Pola tulisan
copy paste tersebut sekalipun mudah namun ingat hal itu bisa terseret dalam
kasus plagiat. Tindakan tersebut bisa dikategorikan kejahatan, yang bisa berurusan
dengan aparat penegak hukum. Pada sisi lain, citra rasa tulisan akan terasa
berbeda satu paragraf satu dengan paragraf atau bagian tulisan lainnya jika
hasil karya copy paste berbeda penulis dan buku. Ingat, menulis itu ibarat
memasak, berbeda penulis beda juga citra rasanya. Jika menulis digabung tanpa
editing maka rasanya seperti gado-gado.
Buku karya
Indra Yusuf berjudul Quo Vadis Pendidikan Kita misalnya, adalah satu contoh kumpulan
tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah tersebut berdasarkan sumber-sumber konsep, teori
dan aturan yang ada dalam mencermati fenomena yang terjadi.
KARYA JURNALISTIK
Tulisan jurnalistik
lebih bermuara hasil laporan peristiwa yang terjadi. Bentuk tulisannya bisa
berupa berita, feature, artikel, opini dan kolom/essay. Biasanya ciri khas tulisan
jurnalistik lebih factual, up to date dan analisis deskriptif empiris dalam
memahami realitas sosial yang terjadi. Bobot tulisan jurnalistik dipengaruhi
salah satunya mengandung nilai berita.
Nilai berita
itu antara lain: ketepatan waktu (timeliness), kedekatan tempat terjadi
(proximity), besarnya (size), kepentingan (importance), ketokohan, konflik, hal
luar biasa (unusual), seks, kejahatan dan kemanusiaan (human interest).
Dalam menulis
karya jurnalistik memang penulisnya harus memiliki kemampuan interpersonal dan komunikasi
bahkan riset. Mengapa? Pola kerjanya menuntut penulis harus menggali data dan
fakta di lapangan. Jadi jika guru menulis karya jurnalistik misalnya factor penyebab
guru sering mangkir dari kelas, maka ia harus melakukan observasi, wawancara
dan riset dokumentasi. Tentu cara kerjanya lebih ribet daripada pola kerja
menulis ilmiah pendekatan pustaka.
Penulisan
jurnalistik kendati sedikit ribet namun produknya jarang terjadi kasus plagiat.
Plagiat dari isi maupun tulisannya, karena data dan fakta banyak diambil dari lapangan.
Hal paling terasa sulit bagi wartawan pemula adalah dalam mengumpulkan bahan
data, fakta dan informasi. Apa saja hal yang perlu ditanyakan, siapa saja nara
sumbernya, bagaimana menghubunginya, susah tidak ketemunya, dokumen apa yang
dibutuhkan.
Setelah selesai
mencari bahan tulisan, permasalahan berikutnya adalah bagaimana menuangkan
data, fakta dan informasi yang berserakan dalam kertas dan tape recorder
menjadi tulisan yang tersusun runtut, logis, informatif dan argumentative. Belum
lagi tulisan yang sudah jadi harus dikoreksi jenis dan gaya bahasanya apakah
sudah sesuai dengan sasaran pembacanya atau tidak.
Buku karya Rini Hastuti yang berjudul Buku The
Worrier’s Guide Book merupakan salah satu contoh karya jurnalistik. Tulisan setebal
210 halaman tersebut bisa dikategorikan jenis tulisan feature atau essay. Kumpulan
tulisan yang mengungkap fenomena kecemasan yang dialami manusia modern masa
kini. Fenomena tentang budaya konsumtif, suka berprasangka, kecanduan gadget
dan internet, suka mengeluh, dilema wanita karir dan banyak lagi. (*)