Desember 29, 2023

IBUNDA BUKAN PEREMPUAN BIASA

*Catatan Akhir Perjalanan Hidup Ibunda Sumioh (part-4/habis)
Kepergian ibunda diusia 76 tahun meninggalkan bekas kenangan mendalam bagi anak-anaknya. Bagaimana tidak? Ia satu-satunya jimat yang tersisa selepas kepergian ayahanda lebih awal pada 2003 silam. Konon ada obrolan kecil keduanya, jika boleh memilih kelak yang wafat ayah dulu daripada ibu.

Komitmen kecil itu ternyata dikabulkan gusti pangeran. Tentu selalu ada hikmah dibalik semua itu. Boleh jadi sosok ibu Sumiah lebih tahan dan tabah dalam menjalani masa tuanya bersama 9 anaknya. Kendati ibunda hanya ibu rumah tangga. Ayah pensiunan Pabrik Gula Karangsuwung dengan golongan kecil.
Kendati ibu bukan wanita karir, namun  ia boleh dibilang wanita tangguh. Sepeninggal ayah, ibu menerima gaji bulanan sebagai janda pensiunan pabrik gula sebesar Rp250 ribu. Setiap bulan anak-anaknya yang mengantar ibu mengambil uang pensiunan di pabrik. Tentu jumlah yang jauh dari kata cukup masa hidup era tahun 2000-an sekarang. 

Pada masa ayah hidup, ibu ikut menopang keuangan keluarga. Kegiatan seperti arisan warga berupa uang atau barang, layanan kredit barang (sepatu) hingga jualan nasi rames di rumah, keliling pasar, hingga di tempat senam kantor Kecamatan Lemahabang. Kendati hasilnya tak mampu membeli sebongkah batu berlian tapi hanya cukup untuk dapur ngebul.
Semua dilakukan seorang diri. Mulai belanja, menjajakan hingga menagih arisan atau cicilan. Sementara ayah sibuk dengan rutinitas sebagai karyawan PTP XV PG Karangsuwung. Berangkat pagi pulang sore dengan gaji pegawai rendahan (bukan staf). Tambahan cuan lainnya dari jasa servis elektronik, seperti tivi, radio yang dilakukan diluar jam kerja. Dilakoni hingga dini hari dan hari libur. 
Selama bertahun-tahun kehidupan rumah tangga kami dilalui secara alamiah. Tanpa asisten rumah tangga, ibu mengurus suami dan sembilan anak-anaknya. Delapan laki-laki, satu perempuan, si bungsu. Di rumah yang sederhana, ibu mengurus dengan penuh sabar dengan karakter anak yang berbeda. Banyaknya anak laki-laki membuat suasana rumah sering gaduh, rame dan ribut.

Mengapa anaknya hingga sembilan? Karena ayah mendampakan anak perempuan. Setelah dapat yang kesembilan, petualangan pun dihentikan. Beruntungnya, setiap ada even tanding sepak bola, satu tim diisi dari saudara sendiri. Sepak bola menjadi hobi keluarga besar karena ayah adalah pemain sepak bola pabrik gula.
Kesibukan ibunda tak hanya ngurus keluarga dan usaha kecil-kecilan. Disela itu pada masa anaknya masih sekolah, ibunda aktif menjadi kader desa. Kader posyandu, kader organisasi Aisyiyah bahkan pernah ikut kegiatan Kosgoro (Golkar) pada tahun itu. 
Masih kuat dalam ingatan aku. Masa itu setiap bulannya rumah kami selalu ramai kegiatan pemeriksaan kesehatan dan penimbangan balita. Malam sehari sebelumnya ibu lembur membuat makanan tambahan berupa bubur kacang hijau. Alat peraga anak usia dini pun berupa buku dan permainan tersedia di rumahku. 

Kegiatan olahraga senam sudah menjadi agenda rutin mingguan. Biasanya di hari Jumat. Sambil senam di kantor Kecamatan Lemahabang, ibu sambil bawa dagangan, nasi rames. Pagi jualan di rumah untuk sarapan warga sekitar. Siang dibawa ke pasar atau ke kantor kecamatan. Jika tidak habis disantap untuk anak-anak di rumah.
Yah kegiatan ibu memang sedikit berbeda dengan mamang (panggilan akrab anak-anak buat ayah). Waktu mamang lebih banyak dihabiskan bekerja di pabrik, yang jaraknya sekitar 2 km dari rumah. Hobi lamanya bermain bola, sesekali melatih anak-anak muda di kampungnya. 
Mamang dan Mimi terlahir dari keluarga berbeda. Mamang dari keluarga taat agama, ayahnya bekerja di pabrik rokok BAT kala itu. Sementara ibunya mengurus anak, tradisi orang Jawa banget. Sementara  Mimi lahir dari keluarga tentara (AD). Keduanya satu desa namun beda blok cukup jauh. Buah cintanya melahirkan sembilan anak, delapan laki-laki dan satu perempuan.
Mhn dilengkapi data diri dibawah ini utk keperluan data base keluarga:
Ayah : Iing Sanusin (21.06.42)
Ibu Sumiah (13.05.47)
1. Dedi Rohayadi 
2. Dadang Mulyana (20.09.70.)
3. Diding Syarifudin (29.07.73)
4. Dodi Setiawan (20.05.74)
5. Deny Rochman (21.01.76)
6. Didi Mulyadi (06.03.77)
7. Dede Rosidin (18.4.79)
8. Dudi Darmanto (19.11.83)
9. Dewi Oktaviani (31.10.86)

Sembilan bersaudara tersebut sebagian menyebar di sejumlah kota. Ada yang di Bogor, Cikarang, Bandung, Sumedang. Sisanya tinggal di Kota Cirebon, dan Kab Cirebon. Kini rumah leluhur di Desa Lemahabang Kulon ditempat dua adik laki-laki, adik ke-7 dan adik ke-8.
Sepeninggal ayahanda, ibu lebih banyak tinggal di rumah aku di Kota Cirebon. Sekitar 16 Km ke arah timur Kab. Cirebon. Pada awal saat masih sehat, dalam sepekan sering bolak balik Cirebon - Sindanglaut. Isteri yang mengajar di sekolah swasta di Sindanglaut sering antarjemput ibu naik motor. Sesekali naik angkutan umum (elf). Wara wiri ibu beralasan karena masih ada urusan arisan, kondangan atau sekadar tilik rumah.

Seiring kerepotan ibu sering bolak Cirebon - Sindang, aku dan isteri memutuskan beli kendaraan mobil tua. Alasan pembelian armada si biru ini karena anak-anak sudah makin dewasa. Kemudian secara kesehatan, mata aku tak boleh terpapar panas dan debu. Sejak dilakukan tindakan operasi mata. Alasan lain, isteri diamanahi sebagai kepala sekolah swasta di Sindanglaut. 
Seiring dengan waktu semua berubah. Kondisi kesehatan ibu perlahan namun pasti menurun. Beberapa kali sakit, beberapa kali unfall, namun kembali sehat. Nah, pada 16 Desember 2023 ibu terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Karena luka terbukanya efek diabet. Karena tidak ada asupan makanan. 

Pada Rabu 13 Desember sebelumnya, ibu ngeluh kepada asisten rumah tanggaku bahwa ia sakit. Ia merindukan anak-anaknya pada kumpul semua. Ini curhat kerinduan yang tidak biasanya. Ibu sudah biasa anak-anaknya tak pernah hadir lengkap, sekalipun pada saat lebaran. Di tanggal 22 Desember 2023, akhirnya semua anak almahrum Mang Iing dan Mimi Mioh bisa kumpul semua. Kumpul untuk mengantarkan jenazah ibunda di tempat peristirahatan terakhirnya. (*)

Desember 27, 2023

HARI IBU, HARI BERKABUNG KELUARGA

*Caimslmtatmslsm2an Akhir Perjalanan Hi3dup Ibunda Sumioh (part-3)
Setelah menjalan7fzi pemeriksaan medis secara komputerisasi, maka padka Jumat 22 Desemiber 2023 p
ukul 21.10 pihak RSUD Waled menyatakan jika pasien atas nama Ibu Sumiah (Mioh) dinyatakan meninggal dunia. Innalillahi wainnailahi rojiuun. Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.

Mendengar kabar duka dari tim medis membuat suasana kebatinan kami bertiga anak-anaknya tak karu-karuan. Antara sedih atau lega melepas kepergian ibu. Sedih karena harus kehilangan kembali satu-satunya orang tua kami yang tersisa. Setelah ayahanda kami, Iing Sanusin berpulang lebih awal pada 21 Januari 2003. Persis bertempatan dengan hari lahir aku pada saat masih bekerja sebagai jurnalis.

Aku merasa sedih, karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk ibu. Dalam merawat dan membahagiakannya di masa tua, di masa sakitnya. Bahkan sebagai manusia biasa aku kadang terjebak pada perasaan emosional saat situasi tertentu kala mengurus ibu. 
Perasaan yang sama ketika ayahanda wafat tahun 2003 silam. Wafat diusia yang masih produktif 60 tahun. Kanker paru-paru yang dideritanya tak bisa tertolong. Kami anak-anaknya merasa belum berbuat maksimal. Hanya menunggu takdir Sang Kuasa. Padahal kehidupan ekonomi aku saat itu mulai tumbuh bisa sedikit membantu orang tua yang sakit.

Di sisi lain ada rasa lega ibu tiada. Karena rasa sakit berkepanjangan akan hilang. Selama 16 tahun harus bergelut dengan sakit diabet, yang datang dan pergi setiap waktu. Penyakit yang akhirnya memporakporandakan sistem kekebalan tubuhnya. Menggempur organ ginjal hingga tak berfungsi. Berujung kepada kematian ibunda.
Masih kuat dalam ingatanku, bagaimana perjuangan ibu untuk bertahan hidup. Menjalani aktifitas harian, memenuhi kebutuhannya. Sifat ibu yang biasa hidup mandiri. Orangnya suka ga enakan. Maka itu terbentuk karakter pada usia tuanya. Makan minum, mandi, berjalan dengan kursi roda, bahkan untuk keperluan buang hajat memaksa untuk dilakukan sendiri. 

Sesekali terlontar kata-kata maaf kepada asisten rumah tangga kami. Karena keterbatasannya harus merepotkan mereka. Sehingga harus dibantu dalam segala aktifitas harian. Seperti mendorong kursi roda, menyiapkan makanan, bahkan menyuapinya. Masa-masa saat ibu sudah dalam keterbatasan fisiknya beberapa tahun di akhir hayatnya.
Rasa lega terselip dalam duka ini karena ibu wafat pada hari mulia, hari Jumat. Yang dianggap hari baik. Apalagi bersamaan dengan peringatan Hari Ibu nasional. Harapan kebahagiaan, menurut satu riwayat hadist, bagi muslim/mah yang wafat pada hari Jumat akan terbebas dari siksa kubur. Waalahu'alam. Semoga aja. Aamiin.

Rasa plong dalam pikiranku, setelah beberapa menit ibu dibacakan ayat-ayat suci Al Qur'an. Masa-masa pergulatan akhir sakaratul maut, syetan terus berusaha mengajak manusia ke jalan sesatnya. Semoga lantunan ayat-ayat suci membentengin jiwa, hati dan pikiran ibu selalu istiqomah mengenal agamanya. Aamiin.
Hujan yang mengiringi sebelum kepergian ibu di rumah sakit. Hujan yang membasahi pemakaman ibu malam harinya. Semoga ini petanda baik bahwa alam menyambut ibu sebagai penduduk baru alam kubur. 

Setelah divonis ibu wafat, jenazah segera diibawa ke rumah duka di Blok Cigaok Desa Lemahabang Kulon Kab. Cirebon. Adik ke-8 datang ke RS tak lama ibu wafat, kembali lagi ke rumah untuk menyiapkan lokasi penyambutan. 
Dengan kendaraan ambulan rumah sakit, jenazah ibu tiba di rumah duka sekitar pukul 22.30. Aku dan adik bungsu, yang sejak ashar di rumah sakit mengawal dengan kendaraan terpisah. Sementara di dalam ambulan adik ke-7 menemani jenazah ibu hingga ke tujuan.

Tetangga, teman, saudara dan petugas desa bahu membahu memproses pengurusan jenazah. Diputuskan malam itu langsung dimandikan. Emak petugas pengurus jenazah alhamdulillah bisa hadir walau sudah larut malam dan rumahnya di tetangga desa. Sejumlah anak mantu perempuan dilibatkan dalam proses pemandian.

Pagi-pagi tim gali makan sudah bekerja. Sementara satu persatu para pelayat berdatangan. Memenuhi kursi-kursi tersedia. Silih berganti menyalami keluarga. Mereka datang dari para tetangga, saudara, teman, rekan kerja, organisasi, baik semasa ibu hidup, maupun kolega anak-anaknya. 
Pukul 08.30 jenazah ibu mulai diberangkatkan. Khotbah kematian disampaikan oleh ustazd Rojudin, yang juga ketua Majelis Tabligh PCM Lemahabang. Hadir bersama pengurus unit Unzah ustadz Kholiq. Ini diluar rencana awal, karena lebe desa mendadak mengurus kematian di blok sebelah. 

Dengan berjalan kaki ramai-ramai, silih berganti anak-anaknya mengangkat keranda mayit. Diringi warga lainnya. Mengantarkan jenazah ibunda di tempat peristirahatan terakhir di TPU Tabet. Kakak ke-1 dan 2 membantu memasukin jenazah ke liat lahat. Usai pemakaman, malam hari internal keluarga melaksanakan baca surat yassin bersama di rumah duka. (Bersambung part-4) 

BERAWAL LUKA KAKI, BERAKHIR DIMAKAMKAN

*Catatan Akhir Perjalanan Hidup Ibunda Sumioh (part-2)
Semula tak menyangka, ibunda akan tutup usia diujung tahun 2023. Hari-hari ibu biasa dijalani secara rutin. Bangun pagi duduk di kursi roda, terus ke depan televisi sambil minum madu pahit. Setelah dimandiin pagi lalu sarapan pagi. Sisanya banyak menonton televisi, sesekali ngobrol dan duduk diteras. Hampir aktivitas ibu harus dibantu dan didorong.

Jadwal makan masih rutin sehari tiga kali. Selain makanan cemilan yang disiapkan dimeja depan tivi. Cemilan favorit, selain pisang, yaitu remgginang. Cemilan lainnya macam-macam. Kendati sudah lama dikursi roda karena pengapuran kaki, namun urusan sholat masih dilakoni. Walau orang di rumah kudu sering bebersih karena ibu kadang pipis dan pups di tempat.

Pada malam hari jam 9 atau jam 10 ibu mulai mau masuk ke kamar untuk istirahat. Tidak lupa selalu membawa baby oil, teman setia saat badan gatal-gatal melanda. Rasa gatal menjadi cici kadar gula dalam tubuh ibu. Menurut dokter rawat jalan, jika kadar diabet naik maka badan akan gatal-gatal. Penyakit yang mendera sejak 16 tahun lalu.
Pada hari Jumat sore 15 Desember, ibunda dibawa ke rumah Sindanglaut. Dititipkan pada adik ke-7, dan pada Seninnya akan aku jemput lagi ke kota. Ini karena selama dua hari, Sabtu Minggu aku dan keluarga ada acara di Purwokerto. Hari Sabtu undangan jambore kader Puskesmas Kesunean. Hari minggu arisan keluarga besar Purwokerto.

Saat dibawa ke Sindanglaut, kaki ibu mengalami luka terbuka. Luka akibat garukan karena gatal diabet. Garukan ini memang hal biasa. Jika gatalnya kambuh hebat, tak hanya dengan tangan tetapi bisa digaruk dengan sisir bahkan pisau. "Nggak kerasa kalau pakai tangan," jawab ibu jika ditanya. Malah belakangan kakinya suka disiram air panas karena ga kuat gatal. 

Rasa gatal itu datang dan pergi. Sejak rutin minum madu pahit, dan pola makan yang terkendali, kondisi kesehatan ibunda relatif terkendali. Pernah ngedrop masuk rumah sakit terakhir pada masa covid-19 pertama tahun 2020. Dua kali dalam bulan berbeda. Biasanya habis pulang ke Sindanglaut. Karena disana pola makannya tidak terkendali.
Aku merasakan bagaimana ketatnya prokes saat pasien di rawat di RS. Selain harus jaga jarak, wajib pakai masker juga pernah akan menjalani swab. Karena aku keluarga tunggal yang setiap hari menggu ibu selama dirawat. Namun fase itu dilalui happy ending. Sejak itu ibu tak lagi bolak balik ke RS.

Saat kegiatan di luar kota, aku terus memantau kondisi kesehatan ibu di rumah Sindanglaut. Termasuk menyiapkan obat-obatan dan cemilan untuk penanganan sementara hingga aku balik mudik lagi ke Cirebon. Sayangnya, pada Sabtu sore ibu dipaksakan dilarikan ke Rumah Sakit Tiar UMC. Sekitar 5 km dari rumah keluarga. Alasannya karena ibu sudah tidak mau makan dengan cara apapun.

Di kamar hotel, aku dan keluarga mencoba untuk bertahan hingga acara selesai. Namun tengah malam mendapat kabar, bahwa hasil pemeriksaan tim medis RS Tiar UMC jika ibu mengalami gagal ginjal. Racun dalam tubuhnya sudah menyebar. Sehingga tindakan cuci darah mendesak dilakukan. Sayangnya rumah sakit tersebut belum ada mesin cuci darah.

Keputusan pindah rumah sakit segera diambil. Melalui sambungan telepon dengan pihak RS ibu diupayakan dirujuk ke RS lain yang lebih lengkap. Pukul 02.00 akhirnya kami memutuskan pulang lebih cepat ke Cirebon. Mengingat belum mendapatkan rumah sakit rujukan.

Menjelang siang hari, setelah tiba di rumah kota waktu shubuh aku bergegas ke RS Tiar UMC. Setelah berdiskusi dengan dokter jaga, kami ambil resiko pulang paksa. Kemudian ibu dibawa ke UGD rumah sakit baru. Semula ke RS Ciremai. Selain mudah dalam memonitoring karena dekat rumah, juga disana ada kawan yang diharapkan bisa bantu.

Rencana itu berubah. Adik ipar yang bertugas di farmasi RSUD Waled menawarkan agar ibu mertua dibawa ke rumah sakitnya. Harapannya akan lebih cepat tindakan cuci darah karena emergensi. Tanpa berfikir panjang, ibu akhirnya dilarikan ke RSUD Waled dengan mobil Siaga Desa Lemahabang Kulon. 

Sejak dibawa dari RS UMC kondisi kesehatan ibu masih tidak bagus. Ia belum bisa diajak bicara. Sesekali terlihat merintis kesakitan karena kaki lukanya bengkak. Hanya bahasa isyarat mata dan kepala setiap diajak komunikasi. 

Setelah penanganan di ruang UGD Waled, ibu langsung masuk ke ruang ICU. Selama di ruangan ini ibu banyak tak sadarkan diri. Ada secercah harapan pasca cuci darah pertama. Kondisi fisiknya mulai tampak fresh. Semua organ yang bermasalah ada perbaikan walaupun belum maksimal. Bahkan sehari sebelum cuci darah kedua, pengakuan adik ibu bisa bicara.

Sayangnya kondisi itu tak bertahan lama. Ibu kembali tak sadarkan diri hingga cuci darah kedua. Hingga selesainya tak ada tanda-tanda perubahan. Hingga tidurnya dilantuni ayat-ayat suci al Qur'an. Hingga luka kakinya akhirnya berakhir dimakamkan di TPU Tabet Desa Lemahabang Kulon Kec. Lemahabang Kab. Cirebon (bersambung part-3)

Foto: saat dirawat masa covid-19 tahun 2020 di RS Pelabuhan Cirebon.

HUJAN DAN BACAAN QUR'AN MENGIRINGI KEPERGIAN IBUNDA

*Catatan Akhir Perjalanan Hidup Ibunda Sumioh (part-1)
Hari Jumat 22 Desember 2023 merupakan hari keenam. Hari dirawatnya ibunda Sumiah (Mioh) di Rumah Sakit Waled. Setelah penanganan pertama di Rumah Sakit Tiar UMC tidak berhasil karena ketiadaan mesin cuci darah. Di RS pertama ini ibunda divonis gagal ginjal akut.

Kami sekeluarga mulai merasa cemas atas kondisi kesehatan Mimi. Karena sejak masuk ke RS Waled pada Minggu sore, kondisinya belum membaik. Keluarga sudah siap jika situasi terburuk pun terjadi. Kondisi ini mulai terasa pasca cuci darah yang kedua, pada Kamis 21 Desember 2023. Sebelum dan sesudahnya ibu masih tak sadarkan diri. 
Mendengar kabar dari Dede, adik ke-7 yang setia menunggu di RS di group WA semua anak-anaknya mulai bergerak ke RS. Baik anak pertama di Sumedang, anak kedua di Bogor, anak ketiga di Bandung, anak keenam di Bekasi sudah sampai di RS Waled.

Termasuk sedulur yang ada di Cirebon sudah mulai merapat. Saya dan adik bungsu Dewi, sudah janjian Jumat pagi akan otw ke RS. Namun sayangnya kami berdua baru sempat otw setelah sholat Jumat. Karena paginya harus menjemput isteri, acara  Bunda PAUD di Hotel Grage Sankan Kuningan. Dilanjut mengambil buku raport anak barep di SMK Farmasi.
Kami memilih jalur cepat tol Kanci - Ciledug. Daripada pilihan jalur biasa: via Sindanglaut - Waled atau via Babakan dan Pabedilan. Dua akses jalur biasa diinfokan kondisinya cukup parah disejumlah titik. Selain waktu tempuhnya lebih lama dari jalan tol. Via tol menempuh jarak 37 Km dengan waktu normal 47 menit.

Tiba di RS waktu ashar. Adik bungsu langsung menuju ruang ICU. Sementara aku singgah di masjid rumah sakit untuk sholat. Kondisi ibu masih tak sadarkan diri. Nafasnya berat, tersengal-sengal. Adik bungsu terlihat membaca yassin. Sehari sebelumnya adik pengais bungsu, Dudi melakukan hal yang sama dan saudara lainnya silih berganti.
Menurut petugas nakes, kondisi ibu sumiah belum banyak perubahan. Apalagi pasca cuci darah kedua respon tubuhnya makin buruk. Kondisi berbeda pasca cuci darah kedua. Tubuh ibu tidak merespon lagi. Bahkan tangan dan kakinya tetap bengkak. 

Berbeda pada saat cuci darah pertama Senin 18 Desember 2023. Kendati prosesnya hanya berjalan 2,5 dari 3 jam, namun efektif pada tubuh ibu. Kadar racunnya menurun, bahkan kadar gula diabetnya normal. Subhanullah....
Kondisi berbalik pasca cuci darah kedua. Layar monitor di kamar ICU menunjukkan deyut nadinya cepat diangka 150, suhu badannya panas di angka 40. Nafasnya terus tersengal-sengal. Matanya masih terpejam. Sesekali mengeluarkan dahak. Aksi nakes mencoba memacu respon ibu namun tetap tak sadarkan diri.

Seorang nakes menjelaskan, racun dalam tubuh ibu sudah menyebar. Racun akibat ginjal yang tidak berfungsi lagi. Mereka bilang kategori gagal ginjal stadium akhir. Cuci darah jalan satu-satunya tidak mampu mengatasi. Langkah terakhir akan memacu jantuh langsung ke paru-paru.
Keluarga pasrah dengan segala kondisi. Apalagi nakes menggambarkan, denyut nadi yang cepat akan melemahkan kerja jantung ibu. Jaringan otak ada sumbatan karena stroke setelah di CT Scan pada Rabu 20 Desember. Urine tak keluar. Racun menumpuk. Sebelumnya kadar kalium ibu yang masih tinggi bisa menghentikan detak jantung kapan pun. Astagfirullah....

Mendengar kabar medis itu kami semua hanya pasrah. Pilihannya satu, semoga ibu bisa husnul khotimah. Mengakhiri hidup di dunia dengan kebaikan. Doa-doa untuk ibu terus berdatangan. Tidak hanya dari sedulur sekandung tetapi saudara, tetangga, teman, rekan kerja semua mendoakan yang terbaik untuk ibu. 

"Ya Allah... jika ini waktunya ibunda kami harus pulang memenuhi panggilan-Mu. Menyudahi masa hidup di dunia maka mudahkanlah, lancarkanlah."

"Jangan Engkau persulit ya Allah, jangan Engkau sakiti ya Allah. Engkau Maha Kuasa, Maha Besar, tak ada kuasa makhluk Mu yang menghalangi takdir Mu. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan selain dari Allah SWT."
Kalimat doa-doa itu terus kami panjatkan kepada Sang Kuasa Jagat Alam. Dipanjatkan saat dan usai sholat. Diselipkan dalam doa usai membaca surat Yassin, Ar Rad, dan Al Kahfi di ruang ICU malam itu. Surat pilihan hasil googling. Selain surat sapu jagat Annas Al Alaq, Al Ikhlas.

Setiap kali dibacakan ayat-ayat suci, terlihat air mata meleleh dipipinya. Entah apa yang dirasakan. Boleh jadi beliau sedang menahan sakit amat atau merindukan 9 anaknya berkumpul. Pada saat ditetesi mulutnya dengan air yang disucikan dengan doa, mulutnya keluar cairan kuning.

Usai sholat Isya, langit RS Waled diguyur hujan. Tidak lama. Aku bergegas kembali ke ruang ICU. Melanjutkan tadarus membaca surat pilihan. Pada surat Al Kahfi, aku terhenti walau baru separoh ayat. Jarum jam menunjukkan angka 9 malam. 
Aku pamitan karena harus mengantar adik pulang. Besok kembali aktifitas kedinasan sebagai ASN Pemda Kota Cirebon. Ditelinga ibu aku pamitan lirih. Besok aku janji akan kembali ke rumah sakit. Ibu kembali oleh adik ke-7 seorang diri.

Mobil Si Black baru saja keluar dari parkiran sekitar 1 km. Mendadak bunyi ponsel adik di samping duduk. Diujung telp adik ke-7 minta kita kembali ke RS. Jantung Ibu dikabarkan berhenti mendadak. Ini yang sudah diprediksi oleh nakes kepada aku.
Sekitar pukul 21.10 ibunda Sumiah wafat dalam usia 76 tahun. Setelah berjuang melawan sakit 16 tahun. Bolak balik masuk RS, termasuk dua kali saat masa covid 19. Namun sakit kali ini begitu dahsyat dirasa hingga menjemput ajalnya. Innalillahi wainnailahi rojiuun. Semoga engkau damai di alam sana. Tidak merasa sakit kembali. (Bersambung)

Desember 09, 2023

Disrupsi Melumpuhkan Skill Menulis

Menulis per hari ini menjadi pekerjaan yang tak mudah lagi. Jangankan mereka yang jarang atau tidak pernah menulis serius. Bagi mereka alumni jurnalis, seperti saya, kini ada kelumpuhan dalam menulis.

Pada periode sebelumnya kegiatan menulis menjadi bagian hobi saya. Menulis banyak hal. Realita atau fenomena yang menarik. Menarik perhatian diri atau trending topik perhatian publik.

Pada era 2017 kemampuan menulis produktif saya diganjar penghargaan tingkat nasional oleh Perusahaan Penerbitan dan Pelatihan Menulis Mediaguru. Lembaga yang bermarkas di Kota Surabaya. Dibawah otoritas Pak M. Ihsan dan Mas Eko Prasetyo.

Saya, guru SMPN 4 Kota Cirebon satu dari tiga orang dinobatkan sebagai penulis populer produktif tingkat nasional. Pemberian penghargaan bersamaan peringatan Hari Guru Nasional di Kemendikbud Jakarta pada 24 November 2017.

Dua penulis produktif lainnya adalah Pak Leck Murman guru dari Kab. Demak dan Ahmad Syaihu guru MTsN 4 Kota Surabaya. Kami bertiga terpilih setelah melewati tantangan menulis Mediaguru setiap hari selama tiga bulan di media online (www.gurusiana.id). Bolong sehari, harus kembali menulis dari nol (awal).

Diujung karya di Mediaguru sempat dipercaya sebagai tim editor naskah guru-guru Indonesia. Khususnya naskah guru wilayah Sumatera. Sayang hanya bertahan sekitar satu tahun. Malah pernah dua kali mendampingi dan membantu tim trainer Mediaguru pelatihan di Kab. Cirebon dan Univ. Muhammadiyah Purwokerto.

Selepas Juni 2019, kegiatan menulis saya di Mediaguru mulai kendor. Seiring alih tugas saya ke Dinas Pendidikan sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) Pendidikan Kec. Pekalipan.

Kegiatan menulis masih dicoba sempatkan melalui kolom opini (wacana) media lokal dan online. Online seperti facebook (deny rochman) dan blog pribadi (padenulis.blogspot.com). Sesekali menulis pesanan dari Jakarta.

Pada masa covid-19, selama 3 tahun diberikan amanah komunitas Gelemaca sebagai redaktur halaman literasi edisi Kamis koran Radar Cirebon. Selama itu pula, selain mengedit tulisan kiriman guru-guru, juga membuat tulisan feature.

Kegiatan menulis semakin kendor bahkan melemah sejak 2022. Bukan karena tak ada fenomena atau tema yang menarik untuk ditulis di sekitar. Tapi di tahun itu tak banyak lagi bersentuhan dengan dunia pendidikan. Selain itu, terdampak disrupsi digital.

Era disrupsi terjadi di tengah masyarakat akibat munculnya inovasi, penggunaan teknologi baru, atau perubahan paradigma. Disrupsi adalah inovasi atau cara-cara baru yang menggantikan cara-cara lama.

Efek pada dunia menulis, menurut Rhenald Kasali, masyarakat mulai malas membaca tulisan panjang. Padahal selama ini habit reading rakyat Indonesia tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Budaya menonton lebih menguat di masyarakat. Maka, postingan karya foto dan video lebih dicari dan disukai mereka. Sejak itu banyak bermunculan para konten kreator, vloger, youtuber. Media online banyak dicari seperti tiktok, IG, youtbe, facebook dan sejenisnya.

Tren itu menggeser kebiasaan saya dalam menggoreskan karya jurnalistik citizen. Mulai terbiasa berkarya videografi. Herannya, kebiasaan ngevlog itu mengendorkan kemampuan menulis. Padahal ada banyak kegiatan, tema, fenomena menarik sejak Maret 2022 saya sebagai lurah. Tapi.... disrupsi terasa ikut melumpuhkan skill menulis saya. (*)

 Kota Cirebon, 9.12.2023 l 23:08

September 07, 2023

DARURAT PENDIDIKAN !


Oleh:
Deny Rochman*) 

Dunia pendidikan negeri ini terancam dalam bahaya. Bahaya kemerosotan moral. Efeknya bisa meluas kepada sendi kehidupan. Mengapa ini berbahaya? Karena moral (karakter) menjadi hal fundamental dalam pendidikan (basic socialization). Yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Berbahaya karena sudah menggempur pertahanan unit terkecil sebuah masyarakat: keluarga dan sekolah. 

Moralitas menyangkut kelangsungan sebuah bangsa, bahkan kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Maju mundurnya moralitas sebuah masyarakat akan menentukan kelangsungan sebuah peradaban. Sangat pentingnya moralitas, membuat Allah Swt silih berganti mengutus Nabi dan Rosulnya ke muka bumi. Tujuannya satu: memperbaiki moral umatnya. 

Kita patut miris dan wajib cemas jika kejadian demi kejadian kekerasan, pelecehan dan penyimpangan seksual, sosial, kejahatan, ada di dunia pendidikan kita, dunia guru. Sekolah itu benteng terakhir pertahanan budaya. Sekolah miniatur masyarakat. Kasus apa yang terjadi di sekolah, apa lagi kecenderungannya meningkat, itu menjadi fenomena gunung es. Artinya tren yang terjadi dan biasa ada di tengah masyarakat. 

Tragedi moral itu sudah melibatkan guru, siswa dan orang tua. Elemen penting dalam proses pembelajaran. Pada satu kasus, guru sebagai pelaku, siswa jadi korban. Pada bagian kasus lain siswa dan atau orang tua menjadi pelaku, guru jadi korban. Di era kekinian, tekanan tugas guru tak pernah berkurang. Sementara diluar sana, gempuran terhadap nilai dan norma sosial tanpa henti melalui media massa dan media sosial. Pendidikan kita kolaps. 

Entah sudah berapa kasus terjadi kekerasan di dalam dunia pendidikan di sejumlah daerah di Indonesia. Baik antara guru dengan siswa, guru dengan orang tua, guru dengan guru bahkan guru dengan kepala sekolah dan dinas. Ini belum kasus-kasus moral yang terjadi di dalam keluarga dan di tengah masyarakat. Akan mengganggu proses pembelajaran. 

Jika masalah moral terabaikan, maka tujuan pendidikan nasional akan pincang. Potensi peserta didik menjadi manusia berakhlak mulia tak berjalan. Hanya menciptakan anak berilmu. Seperti digariskan UU Sisdiknas. 

Krisis moral ini berdampak serius bagi kehidupan. Bahkan menurut pakar Pendidikan Karakter asal Amerika Thomas Licona, krisis moral menjadi ancaman kebangkrutan sebuah negara. Ia menyebutkan tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa antara lain : 1). Meningkatnya kekerasan remaja; 2). Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk.

Faktor lainnya adalah 3). Meningkatnya perilaku merusak diri (narkotika, miras, seks bebas dll); 4). Semakin kaburnya pedoman moral; 5). Menurunnya etos kerja; 6). Rendahnya rasa tanggungjawab individu/bagian dari bangsa; 7). Rendahnya rasa hormat pada orang tua/guru; 8). Membudayanya ketidakjujuran; 9). Pengaruh kesetiaan  kelompok remaja yang kuat dalam kekerasan; 10). Meningkatnya rasa curiga dan kebencian terhadap sesama.

Tanda-tanda itu sudah banyak terlihat di sekitar kita. Upaya pemerintah memperbaiki kurikulum pendidikan dari masa ke masa masih belum terlihat hasilnya. Termasuk labelisasi pendidikan karakter, profil pelajar Pancasila. Diperparah sebagian guru masih punya etos kerja kurang baik. Kencenderungan yang ada, apapun kurikulumnya metodenya kembali ceramah. 

Memang ada banyak faktor terjadinya krisis moral di dunia pendidikan kita. Salah satunya belum maksimalnya peningkatan kompetensi kepribadian guru. Guru banyak dijejali materi pedagogik kurikulum. Namun abai membangun karakter dan etos kerja. Akibatnya guru merasa terbebani dengan berganti kurikulum dengan seabreg ketentuan teknis dan administrasi. Belum lagi kebijakan pendidikan lain yang menyesakan dada guru. 

Di sini perlunya upaya terus peningkatan kompetensi guru. Satu dari empat kompetensi yang harus dikuasai guru sesuai UU Guru dan Dosen. Sayangnya pentingnya kompetensi ini tak cukup perhatian oleh pemerintah. Pada berbagai program dan kegiatan, kompetensi ini luput dari komponen dan kriteria penilaian. Wajar jika masih ditemukan profil guru yang jauh dari kata teladan. 

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik, mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, mengevaluasi kinerja sendiri, serta mengembangkan diri secara berkelanjutan. 

Kompetensi kepribadian sesuai berbagai riset menyebutkan, memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas guru. Ini didukung oleh penelitian (Roqib & Nurfuadi, 2020; Wardoyo, 2015) yang menemukan bahwa kompetensi kepribadian berpengaruh signifikan terhadap kualitas guru. 

Penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2015) menyimpulkan kompetensi kepribadian guru telah terbukti memiliki kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan kontrol bahan ajar, kemampuan untuk mengelola pembelajaran dan komitmen untuk melakukan pekerjaan yang baik (kinerja pembelajaran). Artinya kompetensi kepribadian mempengaruhi tiga kompetensi guru lainnya. 

Kepribadian inilah yang akan menentukan apakah dia seorang pendidik yang baik dan pembangun untuk siswa, atau akankah itu menjadi perusak untuk masa depan siswa mereka, terutama bagi siswa yang masih muda dan mereka yang mengalami gejolak mental (Zakiah, 2005).

Rumusannya sederhana. Anak baik diajar guru yang baik. Anak pintar diajar guru yang pintar. Guru tidak hanya dituntut untuk menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa (Achdiyat & Andriyani, 2016; Jaya, 2017), namun guru juga memiliki tanggung jawab dalam peningkatan potensi dan kualitas kepribadian siswa. Untuk dapat melakukan tersebut guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik (Darmadi, 2016). Sayangnya berbagai program dan kegiatan pendidikan dan sejenisnya, kurang serius dalam upaya peningkatan kompetensi kepribadian guru. (*) 

*) Pengurus PGRI Kota Cirebon

Agustus 24, 2023

SEBELUM WAFAT, INILAH PERMINTAAN KADER SENIOR KEPADA KELURAHAN

Catatan:
DENY ROCHMAN
Lurah Kesepuhan

Sorot matanya tajam. Suaranya tegas, bernada serak. Senyumnya selalu mengembang. Gerak tubuhnya energik. Semangat, ceria setiap saat.

Karakter itu begitu melekat pada sosok Bu Iis Nur Asiyah. Kader senior di Kelurahan Kesepuhan Kec. Lemahwungkuk. Tercatat ia warga RW 01 Kasepuhan Kelurahan Kesepuhan kota Cirebon. 

Hampir semua orang mengenal sosok ibu empat anak ini. Khususnya mereka para kader Kelurahan Kesepuhan. Perangainya yang ceria membuat karyawati kantor Pajak Cirebon ini mudah dikenal dan akrab. Termasuk saya, yang baru sekitar 1,5 tahun menjadi Lurah di Kesepuhan. 
Tak lama berkantor di Kelurahan Kesepuhan, saya berjumpa dengan Bu Iis. Pembawaanya yang ceplas ceplos membuat kami langsung akrab. Ia memperkenalkan diri sebagai warga RW 01, dan lama aktif sebagai kader. Kesibukan pekerjaan yang membuat belakangan waktunya berkurang untuk warga. 

Dalam satu waktu di kantor kelurahan, Bu Iis datang mengajukan suaminya bisa mengabdi sebagai petugas Linmas (Hansip). Khususnya pada masa Pemilu. Sejak pensiun dari pabrik rokok BAT, pekerjaan suaminya serabutan. 

Perjumpaan terakhir, saat perlombaan Pesta Rakyat IM3 Indosat di Alun-Alun Sangkala Buana Keraton Kasepuhan, Sabtu-Minggu 19-20 Agustus 2023. Hilir mudik Bu Iis terlihat di lapangan. Sesekali menyapa saya yang sedang ikut monitoring dua hari kegiatan. 
Pada event 17-an itu, Bu Iis terlihat ikut serta lomba taring tambang. Video lomba yang beredar di group WA ia begitu semangat. Sehingga mampu mengantarkan tim ibu-ibu RW 01 menjadi juara. Tanpa sadar, dalam tiga hari setelahnya ia akan dipanggil pulang ke akherat. 

Rabu, 23 Agustus 2023 sekitar pukul 14.00 Ibu Iis tutup usia. Bada ashar, Ketua RW 01 Kasepuhan Pak Amir Hamzah berkabar kepada saya via telpon. Saya baru saja selesai menghadiri penutupan lomba MTQ tingkat Kec. Lemahwungkuk. Alhamdulillah kafilah Kesepuhan juara umum pertama. 

Mendengar kabar duka saya langsung bergegas ke Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan. Jenazah almarhumah tengah menjalani proses pemakaman. Saya mewakili kelurahan bersama pak seklur Suhartoyo, pak kasi pemberdayaan Carsita dan kasi trantib Rosid. 
Di area masjid sudah banyak pelayat yang datang. Ada dari para kader, beberapa pengurus RW RT dan tamu lainnya. Termasuk perwakilan Kantor Pajak Cirebon tampak hadir. Mereka menunggu waktu sholat jenazah tiba. 

Di lokasi duka, Ketua RW 01 Kasepuhan Amir Hamzah mengaku kaget dengan kepergian kader terbaiknya. Malam bada isya sebelumnya, pihaknya sempat minta tolong kepada Bu Iis. Untuk menyiapkan tiga personil kader RW partisipasi kegiatan Polsek Lemahwungkuk. 
Pada Rabu 23 Agustus 2023 pukul 07.00 polsek menggelar acara penanaman pohon di Pantai Kejawanan. Camat, lurah, RW, Destana dan lainnya diundang hadir. Namun Bu Iis urung hadir di acara polsek bersama teman kadernya. 
Malam sebelumnya, sekitar pukul 22.00 tensi Bu Iis kambuh. Ketua RW 01 mendampingi keluarga melarikannya ke RS PAD, tak jauh dari rumahnya. Kondisi Bu Iis yang masih koma akhirnya dilarikan ke RS Gunung Jati Kota Cirebon. 
Semalaman dirawat di ruang ICU, sekitar pukul 14.00 ia dikabarkan meninggal dunia. Innalillahi wainnailahi rojiuun. Banyak pihak merasa kehilangan kader senior Kesepuhan ini. Semoga amal ibadahnya, iman Islamnya diterima Allah Swt. Suami, empat anaknya dan keluarganya diberikan ketabahan. Aamiin... (*) 


Agustus 02, 2023

MTQ DAN GENERASI EMAS 2045

Oleh:
Deny Rochman, S.Sos., M.PdI

Ajang Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) baru saja digelar di Kelurahan Kesepuhan Kec. Lemahwungkuk Kota Cirebon. Event serupa juga digelar di sejumlah kelurahan di kota ini. Sesuai rencana, lomba MTQ di tingkat kecamatan akan dilaksanakan pada Agustus tahun yang sama. Dilanjut di tingkat kota, propinsi hingga nasional.

Kendati bukan even baru, namun lomba MTQ selalu menarik perhatian publik, khususnya warga Kelurahan Kesepuhan. Menarik karena lomba religi ini kembali digelar setelah lama vacum akibat pandemi covid-19. Menarik karena even ini menjadi salah satu barometer tingkat religiusitas masyarakat setempat. Lebih-lebih bagi warga Kesepuhan, yang secara historis tak bisa lepas dari perkembangan Islam Cirebon di era Sunan Gunungjati. 
Tentu imajinasi kita menerawang ke belakang. Saat Islam Cirebon masih dibawah otoritas Wali Sunan Gunungjati. Bagaimana tradisi Islam menyelimuti suasana keraton dan kampung-kampung sekitarnya. Terdengar suara tadarusan, sholawatan dan ayat-ayat thoyibah lainnya di ruas jalan, gang-gang, rumah-rumah. Setiap waktu sholat tiba. Saat-saat mangrib, isya dan shubuh, masjid, mushola dan langgar dipenuhi warga sholat. 

Lomba MTQ tingkat Kelurahan Kesepuhan tidak semata-mata untuk seleksi. Seleksi menjaring peserta untuk delegasi lomba MTQ tingkat Kecamatan Lemahwungkuk. Dalam sambutan saya sebagai lurah, bahwa lomba MTQ bagian dari ikhtiar kita dalam membangun generasi unggul. Generasi pecinta Al Qur'an, penghafal dan pengamal nilai-nilai di dalamnya. Pada giliran nanti mereka para peserta MTQ diharapkan akan mewujudkan generasi Indonesia Emas 2045.
Generasi emas tercipta seperti pada masa kejayaan Islam era pendahulu. Era ketika umat Islam mencintai, menghafal dan mengamalkan al Quran. Tentu untuk mewujudkan generasi emas 2045 bukan simsalabim. Bukan tanpa perencanaan, tanpa program atau target. Mengalir begitu saja tanpa arahan. Menuju generasi emas harus didesain, diskenariokan dan programkan agar terarah dan terukur. 

Memang tak mudah membiasakan generasi milenial sekarang untuk mencintai, menghafal dan mengamalkan al Quran. Di tengah kondisi jaman yang berbeda. Jaman penuh hiruk pikuk yang bisa menjauhkan generasi Islam dari agamanya. Maka, kehadiran lomba MTQ sebagai momen menumbuhkan giroh belajar al Quran kembali di kalangan generasi muda. Bahkan tak hanya tak hanya mendekatkan kepada al Quran, tetapi juga kandungan di dalamnya dan pengetahuan Islam lainnya melalui cabang-cabang yang dilombakan. 
Harapannya, pembelajaran al Quran tak terhenti hanya tujuan lomba. Tetapi menjadi bagian internalisasi nilai-nilai yang terintegrasi dalam diri setiap anak. Internalisasi nilai pada akhirnya akan membentuk karakter mulia anak. Sebuah soft skill wajib yang harus dimiliki manusia yang hidup di abad kekinian. Proses awalnya memang perlu "pemaksaan" pembelajaran al Quran untuk menjadi pembiasaan. Lomba-lomba bagian dari stimulus awal dalam penanaman nilai-nilai kepada anak. Kelak akan menjadi kebutuhan. Jika tidak ada seolah ada yang hilang dalam diri anak. 

Padahal belajar al Quran, menghafal dan mengapalkannya tidak ada ruginya. Mengapa? Pertama, al Quran adalah pedoman hidup dan petunjuk antara hal yang benar dan salah dalam kehidupan dunia. Kedua, al Quran akan memberikan syafaat pertolongan saat hisab di akherat. Ketiga, pecinta al Quran dianggap orang baik, orang sholeh oleh masyarakat. 
Keempat, membaca al Quran cara mudah menambung pahala. Karena satu huruf dinilai satu pahala. Kelima, menghapal al Quran jika tuntas bermanfaat dan diperlukan sepanjang hidup dunia dan akherat. Berbeda dengan menghafal lagu-lagu dan musik. Setiap hari silih berganti ada lagu dan album baru. Padahal tidak punya banyak faedah bagi kehidupan manusia baik di dunia, lebih-lebih di akherat. 

Pentingnya pembentukan karakter pada anak menjadi persoalan serius negeri ini. Terlihat serius dan urgennya sehingga negara harus kembali memunculkan pendidikan karakter pada kurikulum nasional. Dengan basis karakter anak di sekolah, diharapkan dapat menumbuhkan karakter siswa untuk dapat  berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi, dan berkolaborasi, yang mampu bersaing di abad 21. 
Hal itu sesuai dengan empat kompetensi yang harus dimiliki siswa di abad 21 yang disebut 4C, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).

Pendidikan karakter yang diterapkan tersebut harus mengacu pada lima nilai utama karakter prioritas PPK, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri dan integritas. Dalam istilah lainnya mewujudkan profil pelajar Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini antara lain: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. 
Lomba MTQ sebagai upaya ikhtiar terarah dan terukur dalam melahirkan generasi cerdas berkarakter. Memiliki relevansi dengan pendidikan karakter dan kompetensi abad 21. Tantangannya ke depan perlu sinergitas dan kolaborasi semua pihak dalam membentuk karakter anak. Tidak hanya mengandalkan kurikulum berkarakter formal, tetapi juga penguatan di dalam keluarga, masjid/mushola, madrasah dan lingkungan masyarakat RW RT. 

Di tingkat kelurahan Kesepuhan, pendidikan al Quran terlihat belum merata di semua RW. RW 01 Kasepuhan yang keluar juara umum dalam lomba MTQ memiliki potensi santri lebih banyak. Di kampung ini terdapat madrasah yang dikelola Yayasan Darul Fikr. Potensi lainnya adalah di RW 08 Kesunean Tengah. Di kampung ini terdapat majelis taklim dan madrasah di Masjid Hidayatullah dibawah asuhan ustadz Dodi. 
Di RW lainnya tetap punya potensi yang bisa dikembangkan. Karena kegiatan keagamaan di 9 RW Kelurahan Kesepuhan sudah berjalan. Berjalan melalui pendidikan agama berbasis masjid dan mushola dan TPA TPQ. Terbukti, peserta dari RW lain juga berhasil meraih medali juara. Kecuali RW 06 Gambirlaya Selatan pada lomba MTQ tahun ini tidak mengirimkan peserta. Nah tinggal ke depan, bagaimana potensi yang ada menjaga semangat konsistensi mendidik generasi Qurani. Semoga ! (*) 

Pronggol, 2 Agustus 2023 l 23:30

*) Lurah Kesepuhan

Juli 28, 2023

SENAM MELATIH KETERATURAN HIDUP

SENAM MELATIH KETERATURAN HIDUP

Oleh:
Deny Rochman 

Senam bersama banyak dijumpai di sejumlah tempat. Baik berbasis sanggar, maupun senam berbasis masyarakat. Di desa, di kelurahan, di lingkup RW RT, komplek perumahan atau komunitas. 

Sama seperti senam di Kelurahan Kesepuhan. Setiap Jumat pagi puluhan ibu-ibu kader dan warga ikut gerak bersama. Gerak ke kiri, gerak ke kanan. Pinggang digoyang, tubuh diputar. 

Entah sejak kapan giat jumat sehat ini dimulai. Yang pasti sudah lama. Saat saya singgah di kelurahan ini 1,5 tahun olahraga ini sudah berjalan rutin. Pesertanya kebanyakan dari ibu-ibu kader dan warga sekitar. Kadang ada bapak-bapak ikut bergoyang, termasuk saya. 
Ibarat senam, hidup ini harus selaras dan seirama antara gerakan dan musik, antara gerakan instruktur dan antarsesama peserta senam. Sehingga akan terasa indah, dan nikmat dijalani. 

Gerakan senam memang tak selalu mudah. Apalagi senam erobik. Semakin energik, semakin sulit diikuti gerakan instrukturnya apalagi bagi pesenam pemula. Tapi lama-lama, gerakan itu mudah untuk diikuti. Asalkan kita rajin hadir. Asalkan kita serius mempelajarinya, mengikutinya. 

Memang sekadar gerak, bersenam itu tak sulit. Lebih-lebih berolahraga sendiri. Mau gerak gimana saja terserah. Asal oyeg pun tak masalah. Asalkan badan tetap berkeringat. Asal pikiran dan hati bisa fresh dan plong. Tetapi saat kita berolahraga bersama, apapun itu pasti ada aturan bersama yang mengikat. 
Olahraga senam mengajarkan kita akan makna dan ilmu kehidupan. Walau di jaman now, tak banyak orang suka bergerak berolahraga. Apalagi harus bermandi keringat. Takut capek dan bau kali yah. Makanya tak sedikit orang lebih berdiam diri, rebahan. Berpergian maunya pake kendaraan bermesin, termasuk lagi menjamur sepeda listrik/elektrik.

Padahal berolahraga jauh lebih sehat dan nikmat. Lebih-lebih senam. Bukan olahraga biasa. Selain sehat, senam mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Filosofi senam bisa melatih hidup dalam keteraturan. 

Gerakan senam, apalagi aerobik memang ada yang mudah dan ada yang sulit. Begitu juga dalam menjalani hidup, ada yang mudah dan juga sulit. Semakin kita banyak gaya, semakin kita banyak gerak, banyak keinginan maka tingkat kesulitannya berbeda dengan mereka yang memilih hidup diam dan apa adanya. 
Senam bersama harus seirama, satu gerakan. Berbeda dengan senam sendiri. Bebas apa jare ira. Karepmu (up to you). Begitu pun hidup. Jika hidup mu suka sendiri, lakukan seenakmu. Asal siap-siap berhitung amalan di depan Tuhanmu. 

Namun ketika hidup kita harus bersentuhan, membaur dengan orang lain, maka bersiap mengikuti aturan bersama. Jika tidak, akan terjadi potensi ketidakharmonisan. Muncul potensi masalah, konflik. Jika gerakan senam tak sama, maka bakal ambyar. Tak indah, tak nikmat. 

Kendati gerak senam itu tak semua mudah, namun jika diikuti, dihapal, dilatih, rajin maka akan bisa menyesuaikan. Hidup pun demikian. Bagi manusia junior, tentu perlu waktu dalam menyesuikan irama hidup. Mentaati aturan dan keteraturan. Seiring dengan waktu idealnya manusia dewasa bahkan tua semakin eling. Makin waras mentaati irama kehidupan bersama. Semakin arif dan bijak. 
Kondisi keteraturan ini bisa terwujud manakala kita mau terus belajar, rajin berlatih, sabar, semangat terus konsisten, istiqomah dalam menyesuaikan diri dengan keteraturan sosial. Mengapa? Karena untuk hidup lebih baik akan selalu ada godaan dan hambatan. 

Yang pasti, syetan gak ikhlas ridho jika manusia jadi manusia bener. Karena makin banyak manusia bener, syetan makin kesepian. Kesepian menjalani hidup di neraka kelak. Maka mereka rajin dan selalu semangat membujuk, merayu manusia untuk menjadi temannya. Teman yang juga bisa menggoda manusia lainnya biar hidup tak perlu teratur. 

Singkatnya, senam bersama harus dijalani selaras dan seirama dengan aturan. Jika tidak, hidup bisa kacau balau. Dan... Senamnya pun bisa bubar. (*)