Oktober 22, 2021

SISA HIDUPNYA UNTUK KOTA CIREBON

Nama Lili Chauliyah mendadak menjadi pusat perhatian di dunia pendidikan Kota Cirebon. Sejak Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis, SH memberikan amanah kepada ibu tiga anak ini. Bersama 663 mutasi, rotasi dan promosi pejabat lain pada 3 September 2021 silam, Lili Chauliyah dipromosikan sebagai Kepala Bidang Kurikulum dan Tenaga Pendidikan (Kurtendik) pada Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Siapakah dia?

****
"Guru jangan berhenti belajar. Jangan berhenti beradaptasi dengan perubahan. Karena kebijakan pendidikan terus mengalami perubahan. Jika kita tak mampu menyesuaikan, jika kita stagnan, kita akan tertinggal, bahkan tergilas," tandas Lili Chauliyah penuh semangat di depan pengawas, para kepala sekolah, wakasek kurikulum, dan pengurus MGMP Mapel SMP di Kota Cirebon dalam kegiatan Workshop Penguatan Kurikulum, Oktober silam.

Bawaanya selalu semangat jika membicarakan masalah pendidikan. Ini terlihat dari berbagai kesempatan dan forum sikapnya jelas dan tegas. Kendati pada awalnya insan pendidikan kota ini belum banyak yang tahu sosok perempuan berhijab ini. Informasinya baru terbatas, jika kabid produk SOTK baru itu adalah guru baru Bahasa Inggris pada sekolah negeri di Kota Cirebon. Setahun setelah mutasi dari Kabupaten Ciamis.

Bagi Dra Hj Lili Chauliyah, M.Pd, dunia pendidikan sudah mendarah-daging. Seluruh karir hidupnya dihabiskan untuk memajukan pendidikan Indonesia. Posisinya sekarang sebagai Kabid Kurtendik, semakin menguatkan profesionalismenya yang lama berkarya dan berprestasi sebagai guru dan kepala sekolah. Tercatat, Lili pernah menyandang predikat Guru Berprestasi dan Kepala Sekolah Berprestasi hingga tingkat Propinsi Jawa Barat. Semua dilakoni saat menjadi ASN di Kab. Ciamis.

Pengabdian perempuan kelahiran Cirebon ini sebagai guru pada tahun 1995 di SMP Negeri 1 Padaherang Kab. Ciamis Jawa Barat. Karirnya di tanah pasundan tersebut karena ikut suami sebagai dosen di kampus favorit di Ciamis. Pengabdiannya sebagai guru terhenti pada tahun 2007 di SMP Negeri 1 Ciamis. Berkat kompetensi, karya dan prestasinya perempuan berdarah Cirebon ini diangkat sebagai Kepala Sekolah. Sejak 2007 hingga 2020, mantan Gupres Jawa Barat ini silih berganti menjadi kepala sekolah di lima SMP negeri.

Sekolah-sekolah yang pernah dipimpinnya  adalah : SMP Negeri 
7 Ciamis, SMPN 6, SMPN 3, SMPN 8 dan terakhir SMPN 1 Sadananya Kab. Ciamis. Seiring mutasinya suami ke kampus Cirebon, Lili turut serta pindah  tugas menjadi guru. Di kota kelahirannya ini, PNS golongan Pembina Utama Muda / IV.c ini diberikan amanah oleh orang nomor satu di Kota Cirebon sebagai Kabid Kurtendik. 

Selama menjadi guru, Lili banyak terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah, lomba dan pertandingan dilingkup pendidikan, baik tingkat daerah, provinsi maupun tingkat nasional. Terlibat langsung dalam tim implementasi kurikulum 2004, 2016 dan kurikulum 2013. Baik sebagai peserta maupun sebagai narasumber. Termasuk berbagai seminar, pelatihan atau workshop peningkatan kualitas profesionalisme guru. Kegiatan-kegiatan itu ada yang skala lokal, regional, nasional bahkan internasional. 

Lima tahun diakhir masa pengabdiannya tersebut, Lili ingin mengabdikan kompetensi, karya dan prestasinya untuk kota kelahirannya. Berbagai pengalaman dan ilmu yang ia raih di daerah orang, diharapkan menjadi modal besar dalam memajukan dunia pendidikan Kota Cirebon. Sebagai manusia pembelajar, Lili tak ingin hidupnya stagnan, karena tuntutan dunia terus berubah. Pilihannya: tetap eksis atau tergilas. (*)

13 FORMASI GURU BK TANPA PELAMAR

Ini terkesan ironis. Di tengah kian banyak masalah siswa mendera dunia pendidikan, namun jumlah guru Bimbingan Konseling (BK) sangat minim. Tidak berbanding lurus dengan jumlah siswa di sekolah. Sesuai ketentuan, minimal satu guru BK menangani 150 siswa atau lima kelas.

Pada seleksi guru PPPK tahap 1 kemarin misalnya, untuk formasi guru BK sepi peminat bahkan tanpa pelamar. Dari 15 formasi yang disiapkan hanya 2 sekolah yang terisi. Sisanya 13 sekolah masih kosong karena tidak ada yang mendaftar alias nihil. Ada apa dengan guru BK di Kota Cirebon?

Menurut Ketua MGMP Bimbingan Konseling Kota Cirebon Drs. Maman Suryaman, Kons, sejak lama sekolah-sekolah di Kota Cirebon kekurangan guru BK. Pihaknya sudah melaporkan kepada Dinas Pendidikan setempat, termasuk kepada pengawas BK. Karena kekurangan itu maka peran fungsi guru BK sering digantikan oleh guru wali kelas atau guru lainnya yang diberikan tugas tambahan. 

"Masih ada pihak yang belum memahami peran dan fungsi BK. Sehingga mereka tidak merasa penting adanya BK di sekolah. Bahkan guru BK dianggap tidak terlihat kerjaanya. Akibatnya sudah jumlahnya sedikit, kawan-kawan juga kadang dapat tugas tambahan yang tidak relevan dengan kompetensinya. Beruntung kawan-kawan BK tangguh-tangguh jadi bisa melaksanakan tugas tambahan itu," ujar Maman yang kini mulai memetakan kembali jumlah guru BK di  kotanya. 

Sementara itu, Dosen Bimbingan Konseling IAIN Syekh Nurjati Cirebon Herny Gusbrava, M.Pd.CH, CHt.,C.NLP mengaku miris dengan minimnya guru BK di sekolah-sekolah. Padahal masalah siswa kini makin komplek seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Kondisi tersebut dibutuhkan peran guru BK dalam melakukan bimbingan dan konseling. Namun Namun kenyataanya rasio guru BK dengan jumlah siswa tidak berimbang

"Sangat miris (guru BK kurang). Sementara permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa saat ini sangat kompleks. Hasil research saat ini banyak ditemukan siswa yg melakukan Self Harm, kecanduan Hp, kecanduan game selama pandemi. Disini benar-benar dibutuhkan peran sosok guru BK untuk membantu mereka keluar dari masalahnya. Tapi kenyataanya rasio guru BK dengan jumlah siswa tidak berimbang," ujar akademisi yang rajin membina dan mendampingi anak-anak milenial. 

Menurut Herny, diperlukan lulusan guru BK yang benar-benar ingin mengabdikan dirinya untuk membantu psikologis siswa. Di lapangan banyak juga ditemukan guru BK yang bukan lulusan BK. Disini pentingnya dunia pendidikan menekankan peningkatan lulusan BK untuk disalurkan di sekolah-sekolah.(*)

KETAT, SELEKSI GURU PPPK-2

Seleksi guru PPPK tahap 1 sudah selesai dilaksanakan. Kendati sempat diwarnai interupsi oleh Komisi X DPR RI atas aspirasi guru honor negeri senior. Berbutut adanya perubahan penambahan afirmasi bagi guru usia di atas 50 tahun, pada nilai tes kompetensi dan penurunan passing grade Nah pada 24-30 Oktober ini pendaftaran seleksi tahap kedua akan kembali dibuka. Sesuai jadwal revisi, tes seleksi akan digelar pada 8-12 Nopember 2021. 

Pada seleksi tahap kedua ini dipastikan persaingan antarpeserta guru PPPK semakin ketat. Selain jumlah formasinya berkurang, juga pesaingnya bertambah. Rivalitas posisi tak hanya antarguru honor negeri yang tak lolos seleksi tahap 1. Guru honor negeri harus berhadapan dengan guru-guru sekolah swasta. Ditambah sarjana pendidikan yang belum jadi guru namun sudah mengantongi sertifikat pendidik (serdik). Guru swasta berserdik akan menjadi pesaing berat karena rata-rata  mereka sudah memiliki serdik, dan banyak usianya sudah lama.
Kendati konon guru induk (sekolah asal) negeri akan menjadi prioritas seleksi, namun jika passing gradenya dbawah rata-rata tetap saja guru swasta punya peluang. Data hasil seleksi tahap 1 menunjukkan, tak sedikit guru-guru muda honorer di negeri mampu unggul dengan guru-guru yang usianya lebih tua. Bahkan diantaranya sudah sertifikasi, karena pencapaian nilai sosio kultural, managerial dan wawancaranya kedodoran. Sekalipun pemerintah sudah menolong dengan menamban nilai afirmasi, menurunkan passing gradenya.

Aroma persaingan ketat sudah tercium pada seleksi di Kota Cirebon. Dari 138 formasi guru PPPK, sekitar 75% sudah terisi. Sisanya akan diperebutkan pada seleksi tahap kedua. Pada tahap kedua, kabarnya tak lagi sekolah induk. Guru yang belum lolos, guru swasta boleh daftar ke sekolah mana saja dalam satu kota/kab yang sama. Sementara guru yang sejak awal tak mendaftar PPPK maka pada seleksi 2 dan 3 tidak bisa mendaftar susulan atau ikut seleksi.

Dari data seleksi tahap pertama, formasi guru kelas yang masih kosong tersebar di 10 SD. Sementara guru olahraga (Penjaskes) berada di 2 sekolah. Sedangkan formasi kekosongan guru di SMP Negeri tersebar di 15 sekolah. Formasi paling kosong adalah guru bimbingan konseling. Dari 15 kebutuhan guru, baru 2 sekolah yang terisi. Sebanyak 13 sekolah tidak ada guru honorer BK yang mendaftar alias nol pelamar. Disusul PKn masih kosong di 3 sekolah, guru seni budaya dan bahasa Indonesia kosong di dua sekolah. Guru Matematika masih kosong di SMP Negeri 4 Kota Cirebon. 

Beberapa formasi ada yang mendaftar dalam jumlah besar, namun tak ada satu pun guru yang lolos. Seperti di SDN Silih Asih 2. Formasi hanya 1 yang mendaftar ada 24 orang, namun tak ada yang lolos. Hal sama terjadi pada satu formasi guru kelas di SDN Silih Asuh 2. Jumlah pelamar 28 orang tak ada yang lulus. Kasus pada formasi mapel terjadi pada mapel matematika di SMPN 4 Kota Cirebon. Pendaftarnya hingga 11 orang namun belum ada yang terbawa.

Guru-guru honorer sekolah negeri yang belum lulus, kembali akan bersaing pada seleksi tahap kedua pada 8-12 November mendatang. Menariknya, beberapa guru yang belum lolos adalah mereka yang usianya sudah senior dan pengabdiannya sudah lama. Mereka yang belum lolos ada juga yang nilainya di atas passing grade (abang batas). Namun karena nilai pesaing satu sekolahnya lebih tinggi maka yang diloloskan hanya satu kebutuhannya. Pada tahap kedua, guru-guru belum lolos akan memperbaiki peraihan nilai pada tahap 1. (*)