Juni 12, 2021

MELAWAN VIRUS DENGAN GERMAS

Imunitas masyarakat tengah mengalami ujian berat. Berharap besar terhadap vaksinasi akan menyudahi pandemi, ternyata zonk. Malah kini kabar mengerikan berhembus. Bahwa covid-19 sudah beranakpinak. Bermutasi dalam puluhan bahkan ribuan di tingkat dunia. 

Kabar buruk itu menyebar deras di media sosial dan group WA. Bahkan Guru Besar Unibraw Jawa Timur Sutiman Bambang Sumitro berharap program vaksinasi tak perlu dilanjutkan. Karena nyaris tak ada gunanya menghadapi virus yang sudah bermutasi.
Sementara kita sulit disiplin taati protokol kesehatan. Yah, kita. Kamu, aku dan kita semua. Hampir semua elemen masyarakat, kadang lalai tidak prokes. Paling tidak saat makan bersama, pasti sulit menutup masker. Hanya bisa berupaya mengatur jarak. Itu pun jarak yang minimalis. 1 meter saja sudah terbilang good.

Akan sampai kapan kondisi pandemi berlangsung? Entahlah. Karena virus ini bergerak seiring bergeraknya manusia. Ini masalah serius bagi bangsa Indonesia. Masyarakatnya dikenal guyub rukun dan berkerumun (koloni). Wajar jika angka penyebaran covid dari waktu ke waktu terus naik turun.
Tentu kondisi pandemi seperti ini akan  menjadi kabar tak sedap bagi dunia pendidikan. Sejak Maret 2020 sekolah-sekolah ditutup dari kegiatan pembelajaran siswa. Beralih melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ). Belajar dari rumah (BDR). Penggunaan daring online menjadi pilihan media pembelajaran yang banyak digunakan. Tingginya penggunaan gadget menimbulkan masalah baru bagi anak.  Masalah serius yang mengganggu sisi kejiwaan dan sisi kemanusiaanya.

GIATKAN GERMAS
Di tengah situasi yang tak menentu ini,    masyarakat wajib memproteksi kesehatan dirinya. Selain tetap disiplin menjalankan prokes: memakai masker, jaga jarak, hindari kerumunan dan batasi mobilitas. Sulit rasanya hanya berharap pada disiplin prokes dalam menangkal covid-19. Di saat pergerakan virus tak bisa terbaca jelas. Siapa di antara kita yang sudah disusupi virus? Makin buram.

Menggalakan kembali Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) adalah satu keharusan. Gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Sayangnya gerakan ini mengendur sej1ak covid-19 menggempur kesehatan masyarakat Indonesia.

Dalam perspektif Germas nasional, paling tidak yang wajib dibudayakan ada beberapa hal. Seperti melakukan aktifitas fisik atau olahraga, budaya mengkonsumsi buah dan sayur, tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol. Selain itu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan lingkungan. 

Dengan kata lain, membiasakan pola hidup bersih dan sehat menjadi perisai dari serangan virus. Bersih dan sehat dari aspek jasmani dan aspek rohani, dua unsur pembentukan manusia. Berolahraga rutin, istirahat cukup, makan minuman sehat bergizi dan halal. Hindari stres berat, selalu bahagia, beribadah dan berdoa serta menjaga untuk berfikir positif. 

Membudayakan pola hidup bersih dan sehat diyakini sebagai benteng terakhir proteksi kesehatan manusia. Hanya dengan pembiasaan ini virus corona tak bisa mengusik kita. Apalagi virus ini hanya bisa berkembang biak melalui manusia. Nah tinggal bagaimana, membuat perencanaan, program dan kebijakan yang membiasakan dan membudayakan pola hidup sehat dan bersih. Di semua level masyarakat. Di keluarga, di sekolah, di kantor, perusahaan, pertokoan, perbelanjaan, warung, angkutan umum.

Di level keluarga misalnya, tetap harus menjalani prokes. Tingginya kasus klaster keluarga diduga karena unit sosial terkecil ini ogah disiplin prokes. Lalai membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Inilah kewaspadaan darurat yang perlu disikapi sebenarnya. Bukan kecemasan pada klaster sekolah jika kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) dilaksanakan. Prokes di sekolah akan jauh lebih mudah dikendalikan daripda   di mall, pasar, atau di tengah masyarakat.

Kesiapan sekolah untuk PTM, selain kesiapan sarana dan prasarana juga kesiapan kurikulum adaptif masa pandemi. Dari sisi sarpras misalnya, standar minimalnya adalah ketersediaan tempat cuci tangan dan sabun, di depan setiap kelas. Paling tidak ada ember air atau tempat galon isi ulang yang relatif murah. Setiap kelas tersedia thermo gun atau sejenisnya untuk mengontrol suhu anggota kelasnya. 

Pagi sebelum masuk kelas anak berbaris di depan kelas. Satu persatu anak masuk kelas setelah guru mengontrol suhu badan. Sambil mengecek pemakaian masker yang benar dan setiap membawa sanitizer mini di kantong/tasnya. Pastikan tangan anak sudah bersih dan duduk berjarak, satu bangku satu siswa. Layaknya seperti ujian sekolah. Selama belajar anak tetap bermasker.  Jika memungkinkan, setiap pagi warga sekolah untuk senam sehat sejenak. Minimal dalam satu pekan, satu hari menjadi hari olahraga dan bebersih.

Kegiatan senam pagi di sekolah-sekolah merupakan kegiatan positif yang wajib diikuti warga sekolahnya. Seperti di sekolah-sekolah SD dan TK di Korwil Pendidikan Kec. Pekalipan. Mereka saban jumat pagi melakukan senam sehat. Diikuti ketua korwilnya, pengawas, para kepala sekolah dan guru-guru. Tempatnya bergilir berpindah sekolah. Usai senam diadakan ruang diskusi sambil menikmati menu hidangan sehat bergizi.

Prokes serupa harus dijalani oleh guru-gurunya di sekolah. Selama mengajar, upayakan disiplin masker. Atau mengunakan pelindung wajah (face shield). Tujuannya agar lebih leluasa menyampaikan pengajaran. Namun menghindari adanya droplet (percikan ludah) saat menjelaskan di depan siswa. Di samping bahan wajah guru di depan anak-anak akan memberikan energi positif dalam belajar. Selain itu, guru fokus pada desain pembelajaran yang menyenangkan namun tetas prokes.

Sementara hindari pembelajaran yang menimbulkan kerumunan dan berdekatan. Misalnya metode diskusi, kerja kelompok atau olahraga yang riskan penularan. Jam belajar di sekolah tidak seperti waktu normal. Kekurangan jam belajar bisa disempurnakan melalui pembelajaran daring atau luring. Pihak sekolah tak perlu menyiapkan waktu jam istirahat di kantin sekolah, karena akan terjadi kerumunan. Anak-anak bisa membawa jajanan dan minuman dari rumah. Terasa mudahkan menjalani PTM bukan ?

Dengan pola sistem PTM seperti itu diyakini bisa meminimalisir penyebaran covid-19. Karena guru dan siswa yang tengah unfit, sakit, tidak enak badan, agar tidak masuk ke sekolah hingga pulih kembali. Jangan cepat menyimpulkan sakit covid jika gejala utama virus ini belum nampak jelas. Seperti panas, batuk, dan sakit tenggorokan. Sebagai preventif, guru dan siswa setiap hari bisa selain pola hidup bersih dan sehat, juga mengkonsumi makanan dan minuman bergizi, bervitamin dan halal. Ada banyak pilihan, tak perlu harus yang mahal.

Prokes di sekolah harus diikuti prokes di dalam keluarga. Sekolah dan keluarga harus seirama dalam mendidik anak-anaknya. Terlebih di level keluarga. Mestinya disiplin prokes jauh lebih mudah dengan sistem komando. Misalnya, usai berpergian keluar rumah setiap anggota keluarga sebelum berinteraksi dengan yang lain harus bersih dulu. Cuci tangan, atau berwudlu. Lebih bagus mandi sekalian. Sarana sanitizer upayakan ada di sejumlah titik di dalam rumah.

Anggota keluarga usai berpergian keluar kota agar membatasi diri dalam berinteraksi di rumah. Menu makanan dan minuman disiapkan sesuai standar pola hidup sehat dan bersih. Dijadwalkan punya waktu berolahraga dan jadwal harian yang wajib ditaati anggota keluarga. Nah bagaimana pembiasaan dalam keluarga terprogram dengan baik. Di sinilah perlu peran kader kesehatan, pengurus kampung di bawah koordinasi pihak puskesmas dan kelurahan/desa.

Terakhir, selain menjaga imun, kita juga wajib memelihara iman. Biar semua bisa aman dari gangguan virus. Desainkan program peningkatan iman dan takwa di semua level masyarakat. Bagi yang muslim, pembiasaan berpuasa akan mampu melipatgandakan kekuatan imun. Beribadahlah secara khusyuk dan tumaninah. Jangan lupa selalu selipkan doa, agar covid-19 segera berlalu dari muka bumi ini. Virus adalah "makhluk" tak kasat mata, maka kita berlindung kepada Yang Maha Ghaib, Tuhan Allah Swt. Wallahu'alam.... (*)

Penulis:
Deny Rochman 
Pegiat literasi "Gelemaca" 
Kota Cirebon

Foto: kegiatan senam tiap Jumat pagi di korwil pendidikan kec. Pekalipan Kota Cirebon.