November 16, 2017

NENGOK SISWA, MALAH TERINGAT ALMARHUM WALIKOTA

Nengok siswa sakit, malah teringat sosok Ano Sutrisno. Walikota Cirebon sesaat dari 2013 hingga 2015. Ia harus pensiun hidup di dunia sejak 19 Februari 2015. Tuhan hanya mengijinkan dia hidup 59 di dunia ini. Pada bulan Februari 1955 ia lahir di Garut. Pada bulan yang sama tahun 2015 tanggal 19 ia harus rela melepas kefanaan dunia. Setelah dirawat di RS Tangerang sejak 24 Desember 2014.

Kendati tiada, rekam jejak Pak Ano masih dikenang. Saya tak kenal dekat dengannya, namun perkenalan sesaat karena tugas jurnalis, menyisakan kesan mendalam. Pejabat yang dikenal santun, cerdas dan terbuka dengan siapa saja. Selama menjalani tugas sebagai jurnalis, tak terlalu sulit untuk menemuinya dalam lonfirmasi berita atau sekadar diskusi. Sempat berjumpa foto bersama saat Prajabatan CPNS 2005. Saya pensiun menjadi jurnalis beralih menjadi abdi negara. Guru.

Sebagai abdi negara karirnya begitu moncer. Masuk ke kota Cirebon tahun 1981 sebagai staf pegawai di lingkungan pemda, saat itu masih bernama Pemerintah Kotamadya DT II Cirebon. Lalu menjabat sebagai Kaur Umum, naik menjadi Kabag Humas kemudian Kabag Umum dan Protokol.

Pada tahun 1997 diangkat menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah hingga 2001. Sebelumnya sempat sebagai Kabag penyusunan program selama lima tahun. Tahun 2001 karirnya kian cemerlang ditunjuk sebagai Asda Bidang Administrasi dan Pemerintah. Dilanjutkan menjadi Asda Umum dan Keuangan walau hanya satu tahun.

Tahun 2002 Ano menempatkan diri sebagai orang nomor satu di dunia PNS kota sebagai Sekretaris Daerah Kota Cirebon. Sayang, rel karirnya sempat anjok turun menjadi staf ahli Bappeda tahun 2008. Setelah itu ia memilih karir sebagai Kepala Badan Perpustakaan Daerah Jawa Barat walau hanya sesaat. Kekosongan posisi Bupati Kuningan membuat Gubernur Heryawan menunjuknya sebagai Plt.

Sejak 2008-2012 Ano Sutrisno dipindahtugaskan sebagai Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III Jawa Barat. Dalam rentang waktu itu Ano harus berdinas kembali di Kota Cirebon. Gedung Bakorwil bertempat di daerah Krucuk Kesenden. Kota dengan sejuta kenangan, termasuk kenangan pahit sehingga harus menepi berkarir keluar kota Cirebon.

Godaan politik sempat menyeret dia dalam pertarungan calon walikota tahun 2008. Ano, yang diusung Partai Golkar berpasangan dengan M. Yasin, dari PKS. Kekalahan dalam pilkada oleh petahana membuat karir Ano harus di restart. Beruntung pilkada tahun 2013 ia berhasil unggul bersama pasangannya Nasrudin Azis yang kini menggantikannya sebagai walikota. Pada pilkada 2008 Azis sempat menjadi rival Ano, namun keduanya bernasib sama.

Kini Ano sebagai pemimpin tahu banget tentang birokrasi kota ini hanya tertidur tenang di TPU Kemlaten. Ia dimakamkan bersebelahan dengan H. Edo, mertuanya. Dengan dilindungi pagar besi pendek, dan tumbuh pohon bunga melati di atas atap makam. Dia hanya bisa menyaksikan dari jauh dinamika kota ini. Kota yang pernah ia bangun bersama masyarakat.

Ia tak akan kesepian menanti hari kebangkitan. Di depan makan ada masjid besar, bersebelahan ada warung. Pemiliknya adalah neneknya Kanza, orangtua siswa SMPN 4 kota Cirebon. Kanza yang sudah satu pekan sakit ditengok teman sekelasnya bersama walikelasnya, PaDE. Ruas jalan pintas alternatif makam membuat jalan ini banyak lalu lalang kendaraan. Pengendara yang memotong jalan Kangraksan dan Kemlaten. (PaDE)