Setelah melalui
masa praaksara, masyarakat Indonesia memasuki masa kehidupan yang baru, yaitu masa
Hindu-Buddha. Masa ini sering kali disebut juga dengan masa klasik,
yaitu awal masuknya
unsur-unsur budaya India di kepulauan Indonesia. Pada masa ini, banyak kemajuan
yang dicapai dalam pemikiran dan hasil-hasil budaya. Bagaimanakah perkembangan masyarakat Indonesia pada masa ini?
1.
Masuknya Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Coba kamu amati baik-baik gambar 4.25. di atas. Gambar ini menunjukkan jalur perdagangan laut antara India dan Cina yang melewati wilayah perairan kepulauan Indonesia. Apa keuntungan yang diperoleh masyarakat di Indonesia dari perdagangan laut ini?
Hubungan dagang
antara India dan Cina semula
dilakukan melalui
jalur darat yang dikenal dengan jalur sutera.
Jalur ini membentang dari Cina, melewati Asia
Tengah, sampai
ke Eropa. Komoditi utama yang diperdagangkan adalah kain sutera dari Cina, itulah mengapa
jalur tersebut dinamakan
sebagai Jalur Sutera. Selain kain sutera,
wawangian dan rempah-rempah juga menjadi komoditas
yang sangat laris di Eropa. Akan tetapi
sejak awal abad Masehi
jalur itu dialihkan melalui laut karena situasi
jalan darat di Asia Tengah
sudah tidak aman. Jalan laut yang terdekat
dari India ke Cina, yaitu melalui Selat Malaka.
Peralihan rute perdagangan ini telah membawa
keuntungan bagi masyarakat di Indonesia. Kepulauan Indonesia
menjadi daerah transit
(pemberhentian) bagi pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India. Masyarakat di Indonesia juga ternyata ikut aktif dalam
perdagangan tersebut sehingga terjadilah kontak
hubungan di antara
keduanya (Indonesia-India dan
Indonesia- Cina).
Hubungan dengan kedua bangsa itu menyebabkan pengaruh
Hindu- Buddha yang berasal dari India berkembang di Indonesia. Namun demikian,
tidak diketahui secara
pasti mengenai kapan dan bagaimana
proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Sampai saat ini masih ada perbedaan
pendapat mengenai cara dan proses
masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia. Berikut
ini beberapa pendapat
(teori) mengenai masuknya
kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia.
a.
Teori Waisya
Teori Waisya dikemukan oleh NJ.Krom. Ia menyebutkan bahwa proses masuknya
kebudayaan Hindu-Budha dibawa oleh pedagang
India. Para pedagang India
yang berdagang di Indonesia menyesuaikan dengan angin musim. Sambil
menunggu perubahan arah angin, mereka
dalam waktu tertentu menetap di Indonesia. Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-
perempuan pribumi. Menurut
NJ. krom, mulai
dari sini pengaruh
kebudayaan India menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.
b.
Teori Ksatria
Ada tiga pendapat mengenai proses
penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:
1). C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria
yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India
ini ada yang terlibat konflik dalam masalah
perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan
yang
diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok
atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu,
ada di antara
mereka yang kemudian dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok
yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria
dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam
kerajaan di Indonesia.
2). Sama
seperti yang diungkap
oleh C.C. Berg, Mookerji
juga mengatakan bahwa golongan
ksatria dari Indialah
yang membawa pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang
menjadi sebuah kerajaan.
3). J.L. Moens mencoba
menghubungkan proses terbentuknya kerajaan- kerajaan di Indonesia
pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India
pada abad yang sama. Ternyata sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga
kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia
sewaktu kerajaannya mengalami
kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.
c.
Teori Brahmana
Teori ini diungkap oleh Jc.Van Leur. Dia mengatakan
bahwa kebudayaan Hindu-Budha India yang menyebar
ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana. Pendapatnya itu didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama
pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa
Sansekerta dan Huruf Pallawa.
Karena hanya golongan
Brahmanalah yang menguasai
bahasa dan huruf itu maka sangat jelas di sini adanya peran Brahmana.
d.
Teori Arus Balik
Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang mengembangkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat
mengenai keaktifan orang-orang Indonesia ini diungkap oleh F.D.K Bosch yang dikenal
dengan Teori Arus Balik.
Teori ini menyebutkan bahwa
banyak pemuda Indonesia
yang belajar agama Hindu-Buddha ke India. Setelah
memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali ke Indonesia untuk
menyebarkannya
2.
Pengaruh Hindu–Buddha terhadap Masyarakat di Indonesia
Masuknyapengaruh
Hindu-Buddha ke Indonesia telah membawa perubahandalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat Indonesia.Perubahan-
perubahan itu antara lain tampak dalam bidang-bidang berikut ini.
a.
Bidang Pemerintahan
Sebelum unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha masuk, masyarakat
dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih oleh anggota masyarakatnya.
Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui tentang adat istiadat
dan upacara pemujaan
roh nenek moyangnya dengan baik.Ia juga dianggap
sebagai wakil nenek
moyangnya. Ia harus
dapat melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya. Karena itulah larangan dan perintahnya
dipatuhi oleh warganya.
Setelah masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha terjadi perubahan.Kedudukan kepala suku digantikan oleh raja seperti halnya di India.Raja memiliki kekuasaan yang sangat besar. Kedudukan raja tidak lagi dipilih oleh rakyatnya, akan tetapi diturunkan secara turun temurun. Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan dianggap sebagai puncak dari segala haldalam negara.
b.
Bidang Sosial
Pengaruh Hindu-Buddha dalam bidang sosial ditandai
dengan munculnya pembedaan yang tegas antar kelompok
masyarakat.Dalam
masyaakat
Hindu, pembedaan ini disebut
dengan sistem kasta.Sistem ini membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya.Golongan Brahmana
(pendeta) menduduki golongan pertama.Ksatria (bangsawan, prajurit) menduduki
golongan kedua. Waisya (pedagang dan petani) menduduki
golongan ketiga, sedangkan
Sudra (rakyat biasa) menduduki golongan terendah atau golongan keempat.Adanya pembagian masyarakat berdasarkan kasta berdampak pada perbedaan hak-hak antara golongan-golongan kasta yang berlainan, terutama
dalam hal pewarisan harta, pemberian sanksi dan
kedudukan dalam pemerintahan.
c.
Bidang Ekonomi
Sejak terbentuknya jalur perdagangan laut yang menghubungkan India dan Cina, kegiatan
perdagangan di Kepulauan Indonesia berkembang pesat.Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi
para pedagang.Kapal-kapal dagang dari India dan Cina banyak
yang singgah untuk menambah persediaan makanan dan minuman, menjual
dan membeli barang dagangan, atau menanti
waktu yang baik untuk berlayar.Kemudian, muncul
pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan.
d.
Bidang Agama
Hubungan antara Indonesia dan pusat Hindu-Buddha di Asia berawal dari
hubungan dagang antara
Indonesia, India dan Cina.Hal ini menyebabkan
pusat-pusat perdagangan di Indonesia juga menjadi pusat-pusat Hindu- Buddha.Selanjutnya pusat-pusat ini berkembang menjadi
pusat kerajaan dan pusat penyebaran Hindu-Buddha ke berbagai wilayah
sesuai dengan cakupan wilayah
kerajaan.Dengan tersebarnya agama
Hindu-Buddha, banyak
masyarakat di Indonesia yang menganut
agama Hindu atau Buddha.Meskipun
demikian, sistem kepercayaan terhadap
roh halus yang sudah berkembang sejak masa praaksara tidak punah.
e.
Bidang Kebudayaan
Sebelum masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha, telah berkembang kebudayaan asli Indonesia. Kemudian, setelah masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha terjadilah proses perpaduan antara dua kebudayaan tersebut. Pepaduan itu disebut akulturasi.Hasilnya adalah kebudayaan baru yang memiliki ciri khas dari masing-masing kebudayaan. Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli Indonesia antara lain sebagai berikut.
1)
Seni Bangunan
Bentuk bangunan candi
di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya asli
Indonesia.Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta
bagian-bagian candi
dan stupa adalah
unsur dari India.
Bentuk candi-candi di Indonesia
pada hakikatnya adalah punden berundak
yang merupakan unsur Indonesia asli.
Bangunan punden berundak sebenarnya sudah berkembang dari masa
praaksara, sebagai penggambaran dari alam semesta
yang bertingkat- tingkat.Tingkat paling atas adalah tempat persemayaman nenek moyang. Punden berundak menjadi
sarana khusus untuk pemujaan terhadap
roh nenek moyang.
2)
Seni Rupa dan Seni
Ukir
Masuknya pengaruh Hindu-Buddha membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat dan seni ukir.Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi.Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borubudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.
3)
Sastra dan Aksara
Berkembangnya karya
sastra terutama yang bersumber dari Mahabrata
dan Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit.Isi dan cerita
pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat
mendidik.Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia.
Selain itu ada pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia.Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, Bagong dan Petruk. Tokoh- tokoh ini tidak ditemukan di India.Perkembangan sastra ini didukung oleh penggunaan Bahasa Sansekerta dan huruf-huruf India seperti Pallawa, Prenagari, dan Dewanagari.
3.
Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.Pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan ini, tradisi agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia berkembang dengan pesat Kapan
kerajaan-kerajaan itu berdiri?
Kebudayaan apa yang telah dihasilkan dari perkembangan kerajaan-kerajaan itu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dapat kalian jawab dengan menyimak penjelasan berikut ini.
a.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai
Sum
Kerajaan Kutai
berdiri sekitar abad ke-5. Kerajaan
ini terletak di Muara
Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya
di hulu sungai
Mahakam. Informasi tentang
awal mula Kutai
diketahui dari Yupa. Ada tujuh
buah Yupa yang menjadi
sumber utama bagi para ahli untuk mengetahui sejarah
Kerajaan Kutai. Yupa
adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan.
Yupa ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman.Prasasti Yupa ditulis
dengan huruf pallawa
dan bahasa sanskerta.Berdasarkan salah satu isi Prasasti Yupa, kita dapat mengetahui nama-nama raja yang pernah memerintah di Kutai, yaitu
Kundungga, Aswawarman dan Mulawarman.
Nama Kundungga
tidak dikenal dalam bahasa India, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nama tersebut merupakan
nama asli daerah tersebut.
Kundungga mempunyai anak bernama Aswawarman dan cucu yangbernama Mulawarman.Dua nama terakhir merupakan
nama yang mengandung unsur India. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Hindu pada keluarga kerajaan
itu sudah mulai masuk pada masa Kundungga
yang dibuktikan dengan diberikannya nama Hindu pada
anaknya.
Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan bahwa raja Mulawarman telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Hal ini menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Kutai adalah usaha peternakan. Disamping peternakan, masyarakat Kutai melakukan pertanian. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai, sangat mendukung
untuk pertanian.Selain itu, masyarakat Kutai juga melakukan
perdagangan. Diperkirakan sudah terjadi hubungan
dagang dengan luar.Jalur perdagangan internasionaldari India melewati Selat Makassar,
terus ke Filipina dan sampaidi Cina.Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang
itu singgah terlebih
dahulu di Kutai.
b.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan
kerajaan tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan berdiri pada abad ke–5 Masehi.Berdasarkan catatan sejarah
dan peninggalan artefak
di sekitar lokasi kerajaan, terlihat
bahwa kerajaan Tarumanegaa adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Sumber sejarah mengenai kerajaan Tarumanagara diketahui dari prasasti- prasasti yang ditinggalkannya. Prasasti itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Sampai saat ini ada ditemukan 7 buah prasasti, yaitu: prasasti Kebon Kopi, prasati Ciaruteun, prasasti PasirAwi, Prasasti Jambu, prasati Muara Cianten, dan prasasti Tugu. Selain itu, sumber lain tentang kerajaan Tarumanegara diperoleh dari catatan seorang musafir Cina yang bernama Fa-Hien. Dalam perjalanan ke Indiaia singgah di Ye-Po-Ti (Pulau Jawa).
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat diperoleh gambaran
mengenai kehidupan masyarakat Tarumanegara.Mata pencahariannya adalah
bertani dan berdagang. Menurut berita yang ditulis
Fa-Hien barang yang diperdagangkan adalah cula badak, kulit penyu dan perak.Fa-Hien juga menjelaskan di Tarumanegaa terdapat
tiga agama, yakni agama Hindu, agama Buddha dan kepercayaan animisme.Raja memeluk agama
Hindu.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara adalah
Purnawarman.Ia dikenal sebagai raja yang gagah berani dan tegas. Ia juga dekat dengan para
brahmana dan rakyatnya. Ia raja yang jujur, adil, dan arif dalam memerintah. Untuk memajukan bidang pertanian, raja memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali
sebuah saluran sepanjang
6112 tumbak (±11 km). Saluran itu disebut dengan Sungai Gomati.Saluran itu selain berfungsi sebagai irigasi juga untuk
mencegah bahaya banjir.
c.
Kerajaan SriwijAYA
Kerajaan SriwijAYA
Kerajaan Sriwijaya
berdiri sekitar abad ke-7 Masehi.
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan
besar yang pernah berdiri di Indonesia.
Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim dengan menguasai lalu lintas pelayaran
dan perdagangan dari Selat Malaka,
Selat Sunda, hingga Laut Jawa.
Sumber sejarah
kerajaan Sriwijaya diperoleh
dari prasasti yang berasal dari dalam negeri dan prasasti
dari luar negeri.
Prasasti yang berasal
dari dalam negeri antara lain: prasasti
Kedukan Bukit, prasasti
Talang Tuwo, prasasti
Telaga Batu, prasasti Kota Kapur, prasasti Karang Berahi, prasasti
Palas Pasemah dan Amoghapasa. Adapun
Prasasti yang berasal
dari luar negeri antara lain: prasasti Ligor, prasati
Nalanda, prasasti Canton,
prasasti Grahi dan prasati Chaiya.Sumber sejarah lain tentang
kerajaan Sriwijaya diperoleh dari seorang pendeta Cina yang
bernama I-tsing.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut,
diperoleh keterangan mengenai
Kerajaan Sriwijaya sebagai berikut.
1.
Kerajaan Sriwijaya
pernah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha di
Asia Tenggara.
2.
Pulau Bangka dan Jambi Hulu telah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686 Masehi.
3.
Pada awal abad ke-11 Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala (India) melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya. Penyerbuan Colamandala dapat
dipukul mundur namun
berhasil melemahkan kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya
diperkirakan terletak di Palembang, di dekat pantai
dan di tepi Sungai Musi. Pada mulanya masyarakat Sriwijaya
hidup dengan bertani. Namun
karena berdekatan dengan
pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang.Kemudian perdagangan menjadi mata pencaharian pokok masyarakat
Sriwijaya.
Perkembangan perdagangan didukung oleh letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang dari India ke Cina atau dari Cina ke India singgah dahulu di Sriwijaya, begitu juga para pedagang yang akan ke Cina. Para pedagang melakukan bongkar muat barang dagangan di Sriwijaya Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu menguasai kawasan perairan Asia Tenggara, perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut JawA
Selain menjadi
pusat perdagangan, kerajaan
Sriwijaya juga berkembang menjadi pusat agama Buddha
Mahayana di Asia Tenggara.Menurut catatan pendeta I-Tsing, bahwa di Sriwijaya
tinggal ribuan pendeta
dan pelajar agama
Buddha.Pada tahun 671 M, I-Tsing pernah berdiam di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta
sebagai persiapan kunjungannya ke India. Seperi halnya
I-tsing, para pendeta Cina lainnya yang akan belajar agama Buddha ke India
dianjurkan untuk belajar terlebih dahulu di Sriwijaya
selama satu sampai dua
tahun. Disebutkan juga bahwa para pendeta yang belajar agama Buddha itu dibimbing oleh seorang guru yang bernama
Sakyakirti.Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa kerajaan
Sriwijaya sejak abad ke-7 M telah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya
adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masapemerintahannya, Sriwijaya
mencapai masa kejayaan.
Wilayah kekuasaan Sriwijaya berkembang luas. Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra
dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah,
sebagian Kalimantan, dan Semenanjung
Melayu.
Pada abad ke-11 kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mulai mundur. Salah satu penyebabnya adalah
penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya oleh Raja Rajendracola dari Colamandala. Pada tahun 1017 M, kerajaan
Colamandala mengadakan serangan pertama.Serangan kedua dilakukan
pada tahun 1025
M. Penyerbuan Colamandala dapat dipukul mundur, namun kekuatan armada laut Sriwijaya mengalami
kemunduran. Akibat peperangan ini, banyak kapal Sriwijaya yang hancur dan tenggelam. Hal ini menyebabkan Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan
diri.Pada tahun 1377 armada laut Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat kerajaan
Sriwijaya.
Kerajaan
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Kutai
|
|
|
Tarumanegara
|
||
Sriwijaya
|
d.
KerajaanMataram Kuno
KerajaanMataram Kuno
Kerajaan Mataram
Kuno berdiri pada pertengahan abad ke-8.Kerajaan
inidiperintah oleh dua dinasti, yaitu
dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan dinasti Sailendra yang beragama Buddha.Kedua dinasti itu saling mengisi
pemerintahan dan kadang-kadang memerintah bersama-sama.
Sumber sejarah
kerajaan Mataram Kuno diperoleh dari prasasti
peninggalannya. Prasasti tersebut
diantaranya adalah prasasti
Canggal, prasasti Kalasan, prasasti
Ligor, prasasti Nalanda, prasasti
Klurak, dan prasasti
Mantyasih.
Kehidupan politik
kerajaan Mataram Kuno diwarnai dengan pemerintahan
dua dinasti yang silih berganti.Berdasarkan prasasti
Canggal, diketahui Mataram
Kuno mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, kemudian digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya.Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana
sehingga rakyat hidup aman dan tenteram. Hal ini terlihat dari prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa tanah
Jawa
kaya
akan
padi dan emas.Setelah Raja Sanjaya,
Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Panangkaran. Dalam Prasasti Kalasan
disebutkan bahwa Rakai Panangkaran
telah memberikan hadiah tanah dan memerintahkan membangun
sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha.Tanah dan bangunan tersebut
terletak di Kalasan.Hal ini menunjukkan bahwa Rakai
Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha.
Sepeninggal Rakai
Panangkaran, Mataram Kuno
terpecah menjadi
dua. Satu pemerintahan dipimpin oleh keluarga Sanjaya
yang menganut agama Hindu berkuasa
di daerah Jawa bagian selatan.
Satu pemerintahan lagi dipimpin
oleh keluarga Syailendra yang menganut agama Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian
utara. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga
Sanjaya tertera dalam
prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Adapun raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti
Ligor, prasasti Nalanda dan prasasti Klurak.
Perpecahan tersebut tidak berlangsung lama.Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya mengadakan perkawinan dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra.Melalui perkawinan ini, Mataram Kuno dapat dipersatukan kembali.Pada masa pemerintahan Pikatan-Pramodhawardani, wilayah Mataram berkembang luas, meliputi Jawa Tengah dan Timur.Sepeninggal Rakai Pikatan, Mataram Kuno diperintah oleh Dyah Balitung. Ia memerintah pada tahun 898-911 M. Pada masa pemerintahannya, Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan.
Raja-raja yang memerintah Mataram Kuno selanjutnya, yaitu Raja Daksa memerintah tahun 910–919 M, Raja Tulodong memerintah tahun 919–924 M, dan Sri Maharaja Rakai Wawa memerintah tahun 924 - 929 M. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa terjadi bencana meletusnya
Gunung Merapi yang memporak-
porandakan daerah Jawa Tengah.
Melihat situasi kerajaan
yang tidak aman, Mpu Sindok sebagai pejabat dalam pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa memindahkan pusat
kerajaan ke Jawa Timur. Selain terjadinya bencana alam, perpindahan ini disebabkan oleh serangan-serangan
dari Sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan Mataram Kuno makin terdesak ke wilayah timur.
Kehidupan ekonomi
masyarakat Mataram Kuno bersumber dari usaha
pertanian karena letaknya
di pedalaman.Selain pertanian, masyarakat Mataram
Kuno juga mengembangkan kehidupan
maritim dengan memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.
Dalam bidang
kebudayaan, Mataram
kuno banyak menghasilkan karya berupa candi
dan stupa. Keluarga Sanjaya
yang beragama Hindu meninggalkan candi-candi seperti kompleks
Candi Dieng, kompleks
Candi Gedongsongo dan Candi Prambanan. Adapun keluarga
Syailendra yang beragama Buddha meninggalkan stupa seperti Borobudur, Mendut, dan Pawon.
e.
Kerajaan Medang
Sebelumnya sudah
dijelaskan bahwa Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ibu kotanya terletak di dekat
Jombang di tepi Sungai Brantas.
Selanjutnya, Mpu Sindok
ini mendirikan dinasti baru
yang bernama dinasti Isyana menggantikan dinasti Syailendra.
Sumber sejarah yang berkenaan dengan kerajaan Medang di Jawa Timur antara lain Prasasti Pucangan,
Prasasti Anjukladang dan Pradah, Prasasti Limus, Prasasti Sirahketing, Prasasti Wurara,
Prasasti Semangaka, Prasasti
Silet, Prasasti Turun Hyang,
dan Prasasti Gandhakuti. Sumber yang lain adalah
berita dari India dan Ci
Pendiri Kerajaan Mataram (di Jawa Timur) adalah Mpu Sindok sekaligus
sebagai raja pertama
dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa. Mpu Sindok memerintah tahun 929-948 M.Setelah Mpu Sindok meninggal, ia digantikan oleh anak perempuannya bernama Sri
Isyanatunggawijaya. Ia menikah dengan Sri Lokapala dan dikaruniai
seorang putra yang bernama
Sri Makutawang Swardhana yang kemudian naik tahta
menggantikan ibunya.
Sri Makutawang Swardhana digantikan oleh
Sri
Dharmawangsa
Teguh Anantawikrama. Berdasarkan berita dari Cina, disebutkan bahwa Dharmawangsa pada tahun 990 M mengadakan serangan ke Sriwijaya sebagai upaya mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya akan tetapi upaya
ini mengalami kegagalan.
Pada tahun 1016, Raja Wurawari menyerang Dharmawangsa. Diduga penyerangan ini terjadi atas dorongan kerajaan Sriwijaya. Serangan ini terjadi pada saat Dharmawangsa sedang melaksanakan perkawinan antara puterinya dengan Airlangga, putra Raja Udayana dari Bali. Peristiwa ini menewaskan seluruh keluarga raja termasuk Dharmawangsa sendiri. Hanya Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri.Bersama seorang pengikutnya yang bernama Norotama, Airlangga bersembunyi di Wonogiri (hutan gunung) dan hidup sebagai seorang pertapa.
Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja menggantikan
Dhamawangsa oleh para pendeta Buddha.Ia
segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya.
Airlangga membantu Sriwijaya
ketika diserang Raja Colamandala dari India Selatan.
Selanjutnya tahun 1037, Airlangga berhasil
mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa. Airlangga
juga memindahkan ibukota kerajaannya dari Daha ke
Kahuripan.
Pada tahun 1042, Airlangga menyerahkan kekuasaanya pada putrinya
yang bernama Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk
menjadi seorang petapa
dengan nama Ratu Giriputri.
Selanjutnya Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan, yaitu Panjalu dengan ibu kota Daha dan Jenggala yang ber ibukota di Kahuripan. Hal itu dilakukan
untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua putranya yang lahir dari selir.
Kehidupan ekonomi
kerajaan Medang
banyak bergantung kepada pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Sriwijaya menjadi saingan berat
bagi kerajaan Medang
karena waktu itu Sriwijaya menguasai
jalur perdagangan laut India
-
Indonesia - Cina.
Hal inilah yang menyebabkan Raja Dharmawangsa
berusaha mematahkan monopoli
perdagangan Sriwijaya. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga, pelabuhan Hujung
Galuh di Muara
Kali Brantas diperbaiki.Pelabuhan Hujung Galuh kemudian menjadi Bandar perdagangan
yang ramai.Banyak pedagang
asing singgah di kedua pelabuhan itu, seperti pedagang
dari India, Burma, Kamboja, dan Champa.Selain itu, dibangun
pula bendungan Waringin Sapta.Bendungan ini berguna untuk mengairi
sawah-sawah penduduk dan mencegah luapan kali brantas yang mengganggu
aktivitas perdagangan.
Bidang sastra juga mendapat perhatian.Pada masa pemerintahan Dharmawangsa kitab Mahabarata disadur dalam bahasa Jawa Kuno. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga, Mpu Kanwa menggubah kitab Arjunawihaha.
f.
Kerajaan Kediri
Munculnya Kerajaan
Kediri berawal dari pembagian kerajaan
oleh Airlangga menjadi Janggala
dan Panjalu (Kediri). Kedua kerajaan ini dibatasi
oleh Kali Brantas. Tujuan Airlangga membagi
kerajaan adalah untuk
mencegah perpecahan antara
kedua putranya.Akan tetapi
upaya tersebut mengalami kegagalan.Setelah Airlangga
wafat pada tahun 1049 M, terjadi perang antara
Janggala dan Panjalu (Kediri). Perang ini berakhir
dengan kekalahan Janggala. Kerajaan kembali dipersatukan di
bawah kekuasaan Panjalu (Kediri).
Sumber sejarah
kerajaan Kediri antara
lain prasasti Padlegan, prasasti Panumbangan, prasasti Hantangatau Ngantang, prasasti Talandan Prasasti
Desa Jepun.Raja-raja yang memerintah di Kediri antara lain Jayawarsa,
Jayabaya, Sarwewara, Gandara, Kameswara dan Kertajaya. Pada masa Jayabaya kerajaan Kediri mencapai puncak
kejayaan.Awal masa pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat pertentangan dengan Janggala terus berlangsung.Baru pada tahun 1135 M Jayabaya berhasil memadamkan kekacauan
itu.Sebagai bukti, adanya prasasti Hantang yang memuat tulisan panjalu jayati, artinya panjalu
menang.Hal itu untuk mengenang kemenangan Panjalu atas Jenggala.Setelah itu, Jayabaya mulai
menata dan mengembangkan kerajaannya.
Kehidupan ekonomi kerajaan Kediri bersumber dari usaha pertanian, pelayaran dan perdagangan. Hasil utama pertanian masyarakat Kediri adalah beras. Pelayaran dan perdagangan juga berkembang, hal ini ditopang oleh
armada laut Kediri yang cukup tangguh.Dalam perdagangan benda-benda
yang diperdagangkan antara lain adalah emas, perak, gading, kayu cendana, dan hasil bumi lainnya.
Perkembangan seni pada masa kerajaan Kediri ditandai
dengan ditulisnya beberapa
kitab sastra. Kitab-kitab tersebut antara lain Kitab Baratayuda, Kitab Kresnayana, Kitab Smaradahana, dan Kitab Lubdaka
KekuasaanKediriberakhirpadamasaKertajaya.Padamasapemerintahannya, terjadipertentangan antara raja dan kaum brahmanakarena Kertajaya berlaku
sombong dan berani melanggar adat. Para Brahmana kemudian mencari perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan
penguasadi Tumapel.Pada tahun 1222 M, Ken Arok dengan dukungan
kaum Brahmana menyerang Kediri.Kediri dapat dikalahkan
oleh KenArok.
g.
Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Sumber sejarah
Kerajaan Singhasari antara lain diperoleh dari Kitab Pararaton, Kitab Negara Kertagama
dan beberapa prasasti,
seperti Prasasti Balawi, Maribong, Kusmala, dan Mula-Malurung.
Menurut Pararaton, Tumapel semula
hanya sebuah daerah
bawahan Kerajaan Kediri.
Tumapel dikuasai oleh seorang
akuwu bernama Tunggul Ametung.
Kemudian Tunggul Ametung digulingkan dari kekuasaannya oleh Ken Arok yang merupakan bawahan Tunggul Ametung. Ken Arok menjadi
akuwu baru.
Pada saat Ken
Arok
menguasai
Tumapel, di kerajaan Kediri terjadi perselisihan antara Raja
Kertajaya
dan
para
Brahmana.
Para
Brahmana
melarikan diri ke Tumapel. Mereka meminta perlindungan kepada
Ken Arok. Atas dukungan para Brahmana, Ken Arok melakukan serangan ke Kediri. Perang melawan Kediri meletus
di desa Ganter
dan Kediri berhasil
dikalahkan. Setelah Kediri berhasil
dikalahkan, Ken Arok mendirikan kerajaan
Singhasari dan menjadi raja pertama dengan
gelar Sri Ranggah
Rajasa Sang Amurwabumi.
Kerajaan Singhasarimencapaipuncakkejayaannyapadamasapemerintahan Kertanegara. Ia bercita-cita meluaskan kekuasaannya meliputi
seluruh wilayah Nusantara. Kertanegara berhasil memperluas kekuasaan
ke beberapa daerah diantaranya Bali, Kalimantan Barat
Daya, Maluku, Sunda, dan Pahang.
Pada tahun 1275 M Raja Kertanegara mengirimkan tentaranya ke Melayu
atau yang dikenal dengan Ekspedisi
Pamalayu. Selain untuk menggoyahkan
kerajaan Sriwijaya, ekspedisi ini juga bertujuan untuk menahan serbuan
tentara Mongol di bawah
pimpinan Kaisar Kubilai
Khan yang sedang
melakukan perluasan wilayah di Asia Tenggara.
Beberapa kali utusan Kaisar Kubilai Khan datang ke Singhasari menuntut agar Kertanegara mengakui kedaulatan
Kubilai Khan di Cina. Tuntutan tersebut
ditolak oleh Kertanegara dengan tegas.Kemudian Kubhilai Khan mengirim
armada Mongol ke Pulau Jawa untuk menaklukkan Kertanegara. Sebagai persiapan untuk menghadapi serangan
tentara Mongol, Kertanegara mengirimkan bala tentaranya ke luar Jawa.
Perang ini tidak
terjadi karena Kertanegara telah meninggal
pada tahun 1292 M akibat serangan dari Jayakatwang
(keturunan Raja Kediri).
Kehidupan ekonomi Kerajaan Singhasari bersumber dari pertanian dan perdagangan. Wilayah Singhasari terletak di daerah pedalaman dan dialiri dua sungai besar, yaitu Bengawan Solo dan Kali Brantas. Selain dimanfaatkan untuk pertanian, kedua sungai ini juga dimanfaatkan sebagai sarana lalu lintas
pelayaran dan pedagangan. Pada masa pemerintahan Kertanegara, perdagangan
mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini tampak dari upaya Kertanagera untuk menggeser kedudukan
Siwijaya sebagai penguasa
perdagangan di Selat Malaka. Upaya tersebut diwujudkan dengan melaksanakan Ekspedisi
Pamalayu.
h.
Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan
di Jawa Timur yang berdiri dari sekitar tahun
1293 M. Kerajaan
Majapahit dianggap sebagai
kerajaan Hindu-Buddha yang
terbesar dalam sejarah Indonesia.
Sumber sejarah
kerajaan Majapahit diantaranya diperoleh dari Kitab Pararaton, Kitab Sutasoma, dan kitab Negarakertagama.Selain itu ada pula beberapa prasasti, diantaranya Prasasti Gunung Butak, Prasasti Kudadu, Prasasti Blambangan, dan Prasasti
Langgaran.
Munculnya Kerajaan Majapahit erat hubungannya dengan keruntuhan Kerajaan Singhasari.Ketika Singhasari diserang oleh Jayakatwang, Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara berhasil meloloskan diri.Ia
mendapat pertolongan dari bupati
Sumenep bernama AryaWiraraja.Berkat pertolongannya, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diberi tanah
di hutan Tarik dekat
Mojokerto. Daerah tersebut
kemudian diberi nama Majapahit.
Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan
untuk menyerang balik Jayakatwang.Saat Ia melakukan persiapan untuk menyerang Jayakatwang, tentara Mongol tiba di Pulau Jawa. Mereka dikirim oleh Kaisar Kublai Khan untuk
menaklukkan Kertanegara. Tentara Mongol menyangka Kertanegara masih berkuasa di Singhasari.Mereka tidak mengetahui bahwa Kertanegara
telah wafat dan kerajaannya jatuh ke tangan Jayakatwang.
Kedatangan tentara
Mongol dimanfaatkan oleh Raden Wijaya.Ia segera
bergabung dengan
tentara Mongol untuk
menyerang Jayakatwang. Dengan
mudah, tentara Mongol beserta pasukan Raden Wijaya mengalahkan Jayakatwang.Setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang, tentara Mongol
berpesta merayakan kemenangannya.Ketika tentara
Mongol lengah, Raden Wijaya berbalik menyerang mereka.Pasukan Mongol hancur dan sisanya pulang ke negerinya.
Keberhasilan mengalahkan Jayakatwang dan menghancurkan tentara Mongol menghantarkan Raden
Wijaya menjadi pengusa di Jawa Timur.Ia mendirikan kerajaan Majapahit dan menjadi raja dengan gelar Kertarajasa
Jayawardhana.
Kerajaan Majapahit
mencapai puncak kejayaan pada masa Hayam Wuruk
yang memerintah tahun 1350 – 1389 M. Pemerintahan Hayam Wuruk dibantu oleh Gajah Mada.Menurut kitab Nagara kertagama, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara,
Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan
dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam,
dan bahkan mengirim
duta-dutanya ke Tiongkok.
Kejayaan Majapahit tidak hanya dalam hal pemerintahan.Dalam bidang ekonomi, Majapahit berkembang menjadi negara agraris dan negara maritim. Sebagai negara agraris, Majapahit terletak di daerah pedalaman dan dekat dengan aliran sungai sangat cocok untuk pertanian. Hasil utamanya adalah beras.Untuk meningkatkan pertanian, dilakukan pembuatan saluran pengairan, bendungan, dan pemanfaatan lahan pertanian secara bergiliran. Hal inimaksudnya agar tanah tetap subur dan tidak kehabisan lahan pertanian. Sebagai negara maritim, Majapahit memiliki armada laut yang kuat sehingga mampu mengawasi seluruh perairan di Nusantara. Sejumlah pelabuhan
pantai utara Pulau Jawa merupakan tempat yang strategis
di tengah jalur perdagangan menuju Kepulauan Maluku yang menghasilkan rempah- rempah. Majapahit menjadikan pelabuhan-pelabuhan tersebut sebagai
pusat perdagangan. Beberapa kota pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya,
Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari
Cina India, dan Siam.
Pada masa kerajaan Majapahit,
bidang sastra mengalami
kemajuan.Karya sastra yang terkenal adalah Kitab Negarakertagama. Selain kitab sastra, Negarakertagama juga merupakan sumber
sejarah Majapahit. Kitab
lain yang terkenal adalah
Sutasoma.Kitab Sutasoma memuat
kata-katayang sekarang
menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Bidang seni bangunan
juga berkembang. Banyak
bangunan candi telah
dibuat. Misalnya Candi Penataran
dan Sawentar di daerah Blitar, Candi Tigawangidan Surawana di dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus
di Trowulan.
Kejayaan Majapahit
mulai mengalami kemunduran setelah pemerintahan
Hayam Wuruk berakhir.
Raja-raja yang berkuasa tidak mampu mengembalikan kejayaan Majapahit, Di samping itu, terjadinya perang saudara yang dikenal
dengan Perang Paragreg pada tahun 1401-1406 M menyebabkan kekuatan Majapahit melemah. Unsur lain yang menyebabkan semakin
mundurnya kerajaan Majapahit
adalah meluasnya pengaruh
Islam pada saat itu. Kerajaan Majapahit akhirnya runtuh setelah
mendapat serangan pasukan
Demak di bawah pimpinan Adipati Unus.
Perhatikan gambar di atas! Borobudur
dan Candi Prambanan
merupakan peninggalan masa Hindu-Buddha di Jawa Tengah. Candi ini dibangun
pada masa kerajaan Mataram
Kuno dan masih bertahan hingga saat ini.Selain dua candi ini, masih banyak peninggalan-peninggalan lainnya.Apa saja peninggalan-peninggalan tersebut? Mari menemukan
jawaban melalui kegiatan kelompok ini.
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuklah kelompok
dengan anggota 4-5 orang!
2.
Bersama kelompok,
carilah 10 buah peninggalan dari masa Hindu- Buddha di Indonesia!
3.
Kamu dapat
mengunakan buku, majalah, koran, atau internet sebagai sumber informasi.
4.
Beri gambar dan
tulis keterangan tentang peniggalan tersebut!
Ilmu Pengetahuan Sosial
249
No
|
Peninggalan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
…………….
|
|
………….
|
2
|
…………….
|
|
………….
|
3
|
…………….
|
|
………….
|
dst.
|
…………….
|
|
………….
|
Sudahkah kamu mengerjakan aktivitas kelompok?Jika sudah, tentu kamu mengetahui peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia. Untuk memperdalam pengetahuanmu tentang peninggalan-peninggalan tersebut, pelajari uraian di bawah ini.
Banyaknya jumlah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
mewariskan peninggalan sejarah yang banyak pula.Peninggalan-peninggalan
itu antara lain adalah bangunan,
patung/arca, relief, prasasti
dan kitab- kitab.
250 Kelas VII SMP/MTs
a.
Candi dan Stupa
Gambar 4.40. Salah satu candi di kompleks Candi Gedong Songo
Bangunan candi
dan stupa ada yang didirikan sebagai tempat pemujaan
dan ada pula yang didirikan sebagai
makam. Bangunan yang digunakan agama Hindu contohnya antara lain candi Prambanan,
candi Sukuh, candi Canggal,
candi Gedong Songo. Adapun bangunan
yang digunakan agama
Buddha contohnya antara lain Borobudur,
Mendut, Sewu, dan Plaosan.
Ilmu Pengetahuan Sosial
251
b.
Gapura
Gambar 4.41. Gapura Wringin Lawang
Gapura adalah bangunan berupa pintu gerbang. Gapura ada yang beratap dan berdaun pintu dan ada yang
menyerupai candi terbelah dua. Gapura yang beratap disebut Paduraksa dan yang terbelah
dua disebut Bentar. Contoh
bangunan gapura diantaranya adalah Gapura Wringin Lawang di Trowulan peninggalan Kerajaan Majapahit.
c.
Petirtaan
Petirtaan adalah
pemandian suci di kalangan
istana. Misalnya, petirtaan Tirtha Empul dan
Jolotondo.
252 Kelas VII SMP/MTs
d.
Patung/Arca
Gambar 4.42. Patung Ken Dedes
dalam wujud Dewi Prajnaparamita
Bentuk patung Hindu tidak
sama dengan bentuk
patung Buddha. Patung Hindu umumnya berbentuk
dewa-dewi, tokoh, dan makhluk
mistik. Misalnya, patung
Raja Airlangga berbentuk patung dewa Wisnu
sedang menunggang garuda,
dan patung Ken Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamita.Adapun patung Buddha, bentuknya
mewujudkan Sang Buddha Gautama
sendiri.Patung Buddha tampil
dalam berbagai posisi. Misalnya, sikap dhyana-mudra yaitu
sikap tangan sedang bersemadi atau sikap wara-mudra yaitu sikap tangan sedang memberi
anugerah.
e.
Relief
Relief adalah seni pahat pada dinding suatu bangunan atau candi.Relief itu melukiskan suatu cerita.Contohnya adalah cerita Ramayana yang dipahat pada dinding candi Prambanan.
Ilmu Pengetahuan Sosial
253
f.
Prasasti
Sumber:
https://upload.wikimedia.org
Gambar 4.43.Prasasti Ciaruteun
Prasasti merupakan tulisan pada batu yang memuat
berbagai informasi tentang sejarah, dan peringatan atau catatan suatu
peristiwa. Misalnya, Prasasti
Canggal, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Talang
Tuo, dan Prasati Kota Kapur,
dan lainnya.
g.
Kitab
Kitab merupakan karangan berupa kisah, catatan,
laporan tentang suatu peristiwa atau sejarah.Isi kitab
tidak berupa kalimat
langung melainkan rangkaian puisi indah dalam sejumlah bait.Ungkapan dalam bentuk puisi ini
biasa disebut kakawin.Kitab-kitab peninggalan masa Hindu-Buddha antara lain adalah
Kakawin Bharatayuda karya
Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh, Kitab Negara
Kertagama karya Mpu Prapanca, dan
Sutasoma karya Mpu Prapanca.
Bentuk lain peninggalan masa Hindu-Buddha adalah pertunjukan wayang dan
upacara keagamaan yang masih dapat kita saksikan
hingga saat ini. Pertunjukan Wayang merupakan perpaduan dari seni pertunjukan, seni musik, seni peran, seni sastra, dan seni rupa. Pertunjukan Wayang biasanya
diiringi
254 Kelas VII SMP/MTs
oleh
alunan gamelan. Dalang menjadi tokoh kunci dalam pertunjukan wayang. Dalang berperan
dalam menentukan jalan
cerita, memerankan tokoh-tokoh, dan mengatur seluruh pertunjukan. Adapun upacara keagamaan
contohnya adalah Ngaben dan Kesodo.Ngaben merupakan
upacara pembakaran jenazah padamasyarakat Hindu di Bali. Kesodo adalah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Tengger, Jawa Timur. Kesodo merupakan
upacara mempersembahkan
sesaji ke kawah Gunung Bromo.