SALAM LITERASI novelis, guru dan siswa SMPN 4 Kota Cirebon |
Apa
yang menjadi kendala utama orang menulis buku? Dan tantangan apa yang pernah
dihadapi penulis hebat? Pertanyaan ini terungkap dalam sesi tanya jawab acara
Dakwah dengan Pena dengan nara sumber novelis best seller Ustadz Habiburrahman
El-Shirazy. Kendati sebagai penulis hebat, kang Abik demikian biasa ia disapa,
juga pernah mengalami kendala dalam menuangkan dan mengembangkan ide dan
tulisan novelnya. Bahkan pernah ada pihak yang menilai tendensius jika karya
novelnya dianggap sampah.
“Pernah
ada orang yang iri dengan karya novel saya Ketika Cinta Bertasbih yang akan
difilmkan. Orang tersebut mempengaruhi pihak film, ngapain memfilmkan novel sampah
punya Habiburrahman. Buang-buang duit saja,” tutur Kang Abik menirukan ucapan kebencian
dari orang tersebut kepada pihak sineas. Namun setelah Kang Abik membeberkan
data-data prestasinya baik penjualan buku dan penghargaan yang ia terima pihak
produser film tersebut semakin yakin.
Menurut alumni Universitas Al Azhar Mesir ini, prinsip hidupnya tidak mau bermusuhan. Namun pihaknya siap untuk berkompetisi secara sehat (fastabiqul khoirot). Maka ketika novel karyanya dinilai sampah oleh kompetitor tersebut pihaknya tidak terpancing emosinya. Kang Abik justeru mencoba meyakinkan pihak produser dengan data-data dan prestasi atas novel yang ditulisnya.
Novelis
yang rajin ceramah ini juga meyakini bahwa karyanya itu bagus. Bagusnya sebuah
karya novel, kata dia, perlu daya kreatifitas dan pembelajaran yang terus
menerus. Pihaknya mengakui, sebagai penulis hebat pun ia mengalami kendala
dalam proses awal penulisan novel. Menurutnya kendala utama dalam menulis
datang dari penulis itu sendiri. Karena penulis adalah profesi yang tidak
dibantu oleh orang lain, berbeda dengan profesi lainnya yang diatur oleh
sistem.
“Penulis
itu manusia merdeka. Dia bebas mengatur waktu dan sistemnya. Berbeda dengan
pegawai atau karyawan yang didisiplinkan oleh sistem yang ada. Sistem itu yang
mengatur kinerja pegawai. Sedangkan penulis kedisiplinannya tergantung sendiri.
Mau nulis saja silahkan, mau tidur juga silakan,” ungkap pria berkacamata ini.
Sekalipun
penulis adalah manusia merdeka dan tidak terikat waktu, namun pihaknya menegaskan
jika untuk menghasilkan sebuah karya yang bagus harus melalui proses latihan
yang terus menerus. Kang Abik memberikan tips bagaimana agar bisa melawan
kemalasan dalam menulis. Pertama, jadikan menulis sebagai ibadah. Menurut Imam
Syuyuti, hukum menulis menjadi fardu ‘ain jika tidak ada orang lain yang bisa
atau pandai menulis, apalagi menulisnya demi kemaslahatan umat.
“Seorang
penulis bisa berdosa jika tidak mau menulis disaat tidak ada orang yang bisa
menulis. Imam Ghozali selalu menulis jika melihat kemungkaran, karena itu
tanggung jawab dia sebagai ilmuwan sekaligus ulama,|” ungkapnya sambil sesekali
mempromosikan Kang Dede sebagai kandidat calon walikota Cirebon mendatang.
Tips
berikutanya adalah menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah kebutuhan. Jika menjadi
sebuah kebutuhan maka jika tidak menulis ia akan merasakan hal berbeda. Terakhir,
seringlah bertemu atau bergaul dengan penulis produktif. Hal itu akan
memberikan energi positif dalam menjaga semangat untuk terus menulis. Seperti yang
dialami dirinya sehingga Kang Abik mampu menerbitkan beberapa karya novel
Islaminya.
Beberapa
novel laris yang pernah Kang Abik tulis antara lain Diatas Sajadah Cinta (telah
disinetronkan Trans TV, 2004), Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004), Ketika
Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005), Pudarnya Pesona Cleopatra
(Republika, 2005) Ketika Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007), Ketika
Cinta Bertasbih 2 (Republika-Basmala, 2007), Dalam Mihrab Cinta
(Republika-Basmala, 2007) dan Bidadari Bermata Bening.
Dipenghujung
acara seluruh peserta kegiatan melakukan foto bersama dengan para narasumber. Termasuk
beberapa siswa SMP Negeri 4 Kota Cirebon dengan guru pendampingnya Bapak Deny
Rochman, S.Sos., M.Pd.I menyempatkan diri untuk berbincang dan foto bersama
penulis novel dan film best seller.
Dipenghujung acara peserta melakukan foto bersama dengan penulis novel. Termasuk beberapa siswa SMP Negeri 4 Kota Cirebon dan gurunya menyempatkan berbincang dan foto bersama dengan penulis novel best seller dan filmnya. (pade)