Oleh :
Deny Rochman
Punya anak yang bisa menulis tentu menjadi harapan banyak
orangtua. Karena dengan memiliki kemampuan menulis pengetahuan anak lebih cepat
bertambah. Bertambah cerdas, dewasa dan tumbuh menjadi manusia berkarakter
mulia serta bisa meningkatkan populeritas. Manfaat inilah yang kini tengah
dikejar oleh Pemerintah melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Menulis itu merupakan alat pembentuk peradaban emas manusia. Tentu
menulis yang tak sekadar menulis. Tapi menulis yang mampu mempengaruhi orang
lain. Mempengaruhi untuk mau membacanya, bahkan bisa menggerakan dan mengikuti
keinginan penulis. Tulisan yang mampu bermanfaat tidak saja bagi kebutuhan penulisnya
tetapi juga bagi kemaslahatan banyak orang.
Faktanya tidak semua harapan orangtua bisa terpenuhi. Mereka tetap
saja merasa kesulitan mengajari anaknya untuk menulis. Menjadikan kegiatan menulis
sebagai ketrampilan dan kebiasaan. Sekalipun beberapa mereka sudah mendapatkan banyak
pengajaran menulis di sekolah atau mengikuti pelatihan khusus. Anak tetap anak,
mereka tetap asyik dengan dunia bermainnya bahkan ada juga yang semakin gandrung
dengan hiburan di televisi, gadget dan internet.
Kegiatan menulis memang
kemampuan yang sulit dan tertinggal daripada kemampuan lainnya seperti berbicara
dan mendengarkan yang sudah dilatih sejak bayi. Anak baru mengenal ilmu menulis
saat mulai sekolah, khususnya pada usia sekolah menengah. Sama halnya kemampuan
lainnya, menulis pun harus melalui proses latihan tiada henti.
Peran orang tua
menjadi penting dalam mengembangkan dan mendalami kemampuan menulis anak. Guru
di sekolah terbatas waktu dalam memberikan pemantapan kemampuan menulis anak
apalagi jika sampai tahap terampil. Terbatas karena pengalamannya. Terbatas perhatiannya
dengan jumlah siswa satu kelas satu sekolah sangat banyak. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh orangtua dalam membangun budaya menulis bagi anak.
Pertama, sampaikan kepada anak manfaat menulis bagi dirinya. Manfaat
menulis tidak hanya mampu menuangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan. Tetapi juga
mengikat makna apa yang ditulis sehingga mempercepat jumlah pengetahuan yang
diperoleh dalam jangka waktu lama. Pada akhirnya kegiatan menulis bisa
dirasakan manfaatnya baik dari sisi sosial, psikologi, kesehatan maupun
ekonomi.
Kedua, kenalkan dunia menulis kepada anak sejak dini. Saat waktu
luang, sering-seringlah mengajak anak berkunjung ke toko buku, perpustakaan,
bazar atau acara diskusi buku. Biasakan orangtua di rumah berlangganan bacaan
untuk anak-anak, termasuk memberikan hadiah buku pada momen momen tertentu. Bacaan yang bergizi, bacaan yang bisa membangkitkan
jiwa, bukan merusak jiwa.
Ketiga, mulai latihan menulis dari aktifitas sehari-hari anak.
Orangtua tidak perlu repot-repot apalagi sampai stres melarang anak-anaknya
tidak boleh main ini main itu. Melarang nonton ini melihat itu, sesuatu yang
menjadi kebiasaan dan kesenangan anak. Larangan tersebut justeru membuat anak akan
membenci kegiatan menulis karena ada tekanan psikis.
Buat komitmen bersama anak tentang kebiasaan hidupnya sehari-hari
harus berbasis tulisan. Apapun kegiatan anak, apakah saat di sekolah, bermain,
menonton televisi dan sebagainya, harus dituliskan dalam laporan tertulis. Anak
yang suka sinetron, mintalah untuk menceritakan kembali jalan cerita episode
sinetron dalam bentuk tulisan. Begitu juga bagi anak yang hobi olahraga atau
bermain lainnya tugaskan menulis ceritanya.
Berikan anak sebuah buku catatan harian yang bisa menjadi
media menulis dia. Secara periodik buku catatan harian itu diminta untuk
diperlihatkan dan dibacakan ulang oleh anak di depan orangtuanya. Akan lebih
baik cerita itu bisa didokumentasikan dalam bentuk file di komputer sehingga
lebih tahan lama saat dibutuhkan kelak.
Jika orangtua memiliki rezeki, tidak ada salahnya anak yang
usia remaja diberikan smartphone sebagai sarana menulis. Namun tetap dengan
kontrol yang baik dalam penggunaanya. Dengan ponsel android terkoneksi internet
ini anak akan leluasa menuliskan ceritanya kapan pun dimanapun tanpa menunda
lama dengan suasana hati menyenangkan. Ada
foto, ada tulisan langsung dibaca teman-teman media sosialnya.
Keempat, ikut sertakan anak untuk mengikuti lomba menulis. Mengikuti
lomba menulis sebagai ajang merangsang kemampuan menulis anak. Kompetisi yang
terjadi akan menjadi tantangan dan menumbuhkan kemampuan menulisnya. Apalagi dengan
hadiah yang menarik akan mendorong anak semakin semangat untuk menulis.
Melalui pola latihan menulis seperti itu, keterampilan anak
tidak saja pada pengembangan kemampuan menulis. Pada bagian lain, seperti
membacakan kembali tulisan yang dibuat, akan melatih kemampuan berbicara atau
menyampaikan pendapat. Terlebih jika dalam proses tagihan tersebut ada ruang
diskusi atau tanya jawab antara orangtua dan anak perihal laporan kegiatan yang
ditulisnya.
Melatih kemampuan menulis anak terhadap kegiatan
sehari-harinya membuat kegiatan menulis bukan sesuatu yang membosankan. Karena bahan
materi yang ditulisnya selalu berbeda topik dan masalah setiap harinya. Lebih menyenangkan
jika aktifitasnya diabadikan dalam foto dan tulisan yang terposting dalam media
sosial atau website pribadi anak. Hebatnya lagi jika berbagai kegiatan tersebut
bisa dibukukan dan diterbitkan. (*)
*) Penulis adalah Pegiat Literasi Kota Cirebon