Beragama itu tak cukup hanya hafalan, tetapi juga pengamalan. Jika beragama hny hafalan, maka agama hny milik anak2 kecil dan remaja. Atau mereka yg sedang belajar menghafal, setelah itu agama ditinggalkan hny sbg aksesoris.
Kecil belajar ngaji, sdh bisa dan hafal maka sdh jarang ngaji. Ngaji dilakukan kalau pas acara kematian.
Kecil belajar sholat, sdh bisa dan hafal bacaan dan gerakan sholat sdh besar jarang sholat. Sholat dilakukan kalau kita kena musibah.
Kecil belajar tentang zakat infak shodakoh. Sudah tahu tp tdk pernah melakukannya. Melakukannya ketika ada keinginan besar dlm hidupnya hingga pamrih ingin disebut dermawan atau biar terpilih dlm jabatan.
Jika beragama skadar hafalan, pasti kalah dg kemampuan para misionaris dan orientalis. Mereka rajin mempelajari agama Islam, tp utk mencari kelemahan dan menghancurkan Islam.
Jika beragama skadar hafalan, jangan heran byk umat manusia tersesatkan. Agama blm mampu mewarnai kepribadian mereka karena blm berkerak membentuk karakter. Tp msh sbatas keterampilan lisan tanpa makna.
Ngakunya sholat, puasa, zakat atau cinta orangtua tp faktanya tak ada bentuk pengorbanan utk mewujudkan ungkapanya tesebut. Cinta, sayang dan suka perlu bukti pengorbanan.
Jika anak sejak kecil tak menganggap penting agama, maka kelak dewasa tak melihat pentingnya agama. Tak heran jk kemudian orang yg beragama tak ada beda jauh dg mereka yg terang2an mengaku tdk beragama. Disinilah perlunya beragama sejak dini agar dewasa mjd karakter sejati.
Mereka yg tak beragama tak mengakui kehadiran Tuhan. Sikap dan tindakannya hny berdasarkan nalar dan hati rasional. Kebenarannya berjalan relatif, siapa yg menilainya. Kesalahannya mjd wajar krn mereka tak pny pegangan moral (baca: agama).
Hal ironis jika mereka yg mengaku beragama memposisikan Tuhan seperti sebuah aksesoris di kendaraan. Diperlukan atau tidak ketika dibutuhkan agar dilihat pantas, utk kepatutan dan keindahan. Namun jika sdh bosan Tuhan dicampakan. Kita bersikap dan bertindak maksiat, melakukan dosa, seolah tak menyadari jk Tuhan Maha Melihat.
Beragama itu bukan cuma hafalan, tetapi hrs diwujudkan dalam amalan perbuatan. Perbuatan dlam hubungan dengan Tuhan, dan hubungan dengan makhluk2 Tuhan. Jika beragama sdh mjd jiwa dan karakter umat, maka sholat pun akan mampu mencegah perbuatan keji dan munkar.
Mari anak2 kita sejak kecil dididik dan diajarkan agama dg baik dan benar. Diajar dalam menghafal, diyakini lalu diamalkan. Pendidikan itu butuh waktu utk menempa karakter anak. Diperlukan pembiasaan, motivasi dan keteladanan orang tuanya. Kelak dewasa mereka akan berani hidup mati untuk agama. Bukan maju tak gentar membela yg bayar. Semoga...
Wa'alahu'alam bishowab.