April 12, 2016

MENGGALI PERMASALAHAN PENELITIAN

Oleh :
Deny Rochman 

A.       PENDAHULUAN
 
Dalam melakukan sebuah penelitian, fase pertama yang harus ditempuh adalah mencari permasalahan. Karena penelitian sangat tergantung pada masalahnya. Teori, rumusan hipotesis, metode, instrumen, dan sebagainya, tidak ada artinya ketika masalahnya tidak jelas, tidak tepat, dan tidak pas.  Masalah adalah landasan dasar untuk menentukan unsur penelitian lainnya. Sayangnya banyak orang bermasalah dengan masalah (penelitian). Bisa jadi karena tidak paham hakikat atau sumber-sumbernya. Menggali masalah saja bermasalah, bagaimana membuat disain atau menyelesaikannya.
Untuk memperoleh permasalahan penelitian tidaklah mudah. Seorang peneliti perlu peka, bersikap kritis dan berfikir logis terhadap fenomena yang terjadi. Penting untuk selalu mengembangkan ketajaman persepsinya, sehingga lebih cermat dan teliti pada sesuatu yang perlu dipertanyakan. Selain itu, untuk memperoleh permasalahan penelitian, seorang peneliti perlu dibekali dengan scientific mind dan prepared mind. Scientific mind adalah selalu berpandangan obyektif yang mampu melepaskan diri dari praduga dan  opini pribadi. Bersikap independen, yaitu tidak mudah terpengaruh oleh pandangan orang lain. Mempunyai wawasan yang luas berkaitan dengan permasalahan penelitian. Prepared mind maksudnya selalu siap untuk dapat menangkap permasalahan yang timbul. 
 
Permasalahan yang diteliti oleh seorang peneliti memiliki beragam tujuan. Tujuan itu bisa karena keinginan akan sesuatu yang belum diketahui, menguji benar tidaknya sesuatu kesimpulan, baik tidaknya sesuatu keadaan, apa yang menyebabkan sesuatu gejala terjadi, bagaimana kecenderungannya gejala itu di masa mendatang, bagaimana mengatasi keadaan dan sebagainya (Tatang Amirin, 1990).
Dari penjelasan di atas dengan kata lain, tidak ada penelitian tanpa masalah, namun tidak semua masalah itu bisa diteliti.  Inilah yang menjadi kesulitan kerap menghampiri calon peneliti adalah dalam memilih permasalahan yang layak diteliti. Pasalnya tidak memang tidak semua persitiwa, fakta sosial di tengah masyarakat yang dianggap masalah bagi sebagian orang, namun tidak layak menjadi permasalahan dalam penelitian. Bahkan tidak sedikit mahasiswa ketika mengajukan permasalahan penelitian  malah yang diajukan itu judul. Pertanyaanya sekarang adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan permasalahan penelitian?
2.      Darimana sumber permasalahan penelitian bisa diperoleh?
3.      Bagaimana proses penggalian permasalahan untuk penelitian?



  1. Pengertian Masalah

Secara sederhana, sesuatu dikatakan masalah apabila terdapat diskravensi antara apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi; antara dassaen dan dasollen; antara  apa yang dicita-citakan dengan apa yang diperdapat. Diskravensi itu yang harus diselasaikan.
Dengan kata lain, masalah itu ada kesenjangan realtitas sosial antara harapan dengan kenyataan, atau antara teori dengan praktik, antara cita dengan realita, atau sesuatu yang memerlukan jawaban dan penjelasan. Karena tidak selamanya, masalah dapat menggambarkan kesenjangan, tapi terkadang juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan
Secara teoritik, misalnya seseorang yang menamatkan pendidikan sarjana diharapkan mempunyai kemampuan bahasa Inggris. Begitu tuntutan kurikulum. Tetapi, ketika diteliti sekelompok mahasiswa tidak semuanya menguasai bahasa Inggris. Timbul pertanyaan: Kenapa bisa menamatkan pendidikannya? Disinilah perlunya penelitian karena realitas itu ironi yang berpengaruh kepada pembangunan sumber daya manusia ke depan.

C.        Mencari Permasalahan
Dimana ada kehidupan, disitu adalah permasalahan. Apalagi kehidupan disana dijumpai banyak manusia. Menurut Tatang M Amirin (1990), permasalahan bisa muncul dari :
a.       Kehidupan sehari-hari
b.      Pembicaraan masyarakat luas yang sedang hangat
c.       Tulisan di media massa
d.      Hasil penelitian orang lain
e.       Teori atau konsep dari buku-buku, jurnal
f.        Diskusi ilmiah dan sebagainya.

Sementara itu, menurut Turney dan Noble (1971, dalam Danim, 2003) sumber masalah penelitian empiris dapat berasal dari :
a.         Pengalaman pribadi
b.        Keterangan yang diperoleh secara kebetula
c.         Kerja dan kontak profesional
d.        Pengujian dan pengembangan teori yang ada
e.         Analisis literatur profesional dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Dalam menentukan permasalahan yang layak diteliti, harus ada pertimbangan khusus sebelum dilakukan penelitian. Jika ini tidak dilakukan maka bisa terjadi fakta yang dianggap masalah namun setelah diteliti tidak layak untuk dilakukan. Sebuah masalah tersebut harus memiliki arti penting bagi perkembangan ilmu dan kehidupan manusia. Secara operasional, masalah yang diangkat tersebut bisa diteliti. Kasus santet, misalnya, kendati hal ini menjadi masalah rawan bagi masyarakat, namun untuk meneliti masalah ini sangat sulit karena wilayah magic.
Suharsini Arikunto (2006) menjelaskan, ada empat hal dalam menentukan permasalahan bagi seorang peneliti yaitu :
1)     Penelitian harus sesuai dengan minat peneliti.
2)     Penelitian dapat dilaksanakan, baik dari rasionalisasi masalah, waktu, biaya dan lokasi penelitian.
3)     Tersedia faktor pendukung, seperti data bisa dieksplor, dapat ijin dari pihak berwenang.
4)     Hasil penelitian bermanfaat, baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bagi masyarakat maupun bagi kebijakan penguasa.

Sementara itu, seorang peneliti dari Universitas Brawijaya Prof Dr Suhardjono (dalam Suharsini Arikunto, 2006)  memberikan petunjuk bagaimana melakukan penelitian yang baik. Untuk memudahkan sarannya itu ia menggunakan istilah yang mudah diingat yakni APIK, kependekan dari Asli, Penting, Ilmiah dan Konsisten.  Asli artinya bukan tiruan dari karya orang lain. Penting hasilnya bagi kehidupan masyarakat. Ilmiah, menggunakan teori dan konsep dan sistematika yang lazim digunakan dalam penelitian dan terakhir Konsisten artinya adanya keruntunan proses dari awal hingga akhir.

D.       Jenis Permasalahan
Seorang peneliti dalam mencermati permasalahan paling tidak ada tiga gejala. Gejala tersebut, menurut Suharsini Arikunto (2006)  adalah :
1)     Problem untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena. Problem ini kemudian melahirkan penelitian deskriptif, survai, historis dan filosofis.
2)     Problem untuk membandingkan dua fenomena atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari permasalahan dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada.
3)     Problem untuk mencari hubungan antara dua fenomena. Disini ada dua macam dua problem korelasi yaitu :
a.       Korelasi sejajar, misalnya antara kemampuan bahasa Inggris dan kesetiaan ingatan.
b.      Korelasi sebab-akibat, misalnya korelasi antara teriknya matahari dan larisnya es mambo.

Jenis-jenis permasalahan tersebut, kata Suharsini, hanya dijadikan dasar dalam merumuskan judul penelitian. Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui status sesuatu yang diteliti, seperti mengetahui keadaan, mengenai apa, bagaimana dan berapa banyak, sejauhmana dan sebagainya. Maka penelitian ini bersifat deskriptif atau hanya menerangkan peristiwa. Tujuan lainnya peneliti adalah ingin membandingkan status dua fenomena atau lebih. Dalam penelitian jenis ini, peneliti ingin membandingkan dua fenomena baik dari sisi kesamaan maupun perbedaannya.
Tujuan terakhir adalah keingin peneliti ingin mengetahui hubungan dua fenomena atau lebih yaitu hubungan sejajar sebab akibat. Jenis penelitian ini sering disebut penelitian korelasi, yang menurut Borg dan Gall, memiliki banyak kesamaan dengan penelitian kausal komparatif.

E.        Merumuskan Masalah dan Judul
Setelah menentukan permasalahan penelitian yang akan diteliti, selanjutnya  dirumuskan masalah penelitian tersebut secara singkat jelas padat dalam bentuk kalimat tanya. Ditinjau dari cakupan aspek-aspek yang terkait dengan masalah penelitian maka rumusan masalah penelitian dapat dibedakan secara umum dan khusus. (Ibnu, Mukhadis, Dasna: 2003). Rumusan masalah umum menunjukkan keseluruhan permasalahan penelitian secara utuh. Contoh: Bagaimanakah pelaksanaan Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Umum I Malang berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi?
Rumusan masalah khusus yang berfokus pada aspek-aspek tertentu dari permasalahan yang dikaji. Contoh: 1) Bagaimanakah kegiatan Guru dalam pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi? 2) Bagaimanakah kegiatan Siswa dalam pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi? 3) Bagaimanakah ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi?
Setelah merumuskan masalah penelitian, selanjutkan ditetapkan judul penelitian yang tengah dikaji dalam bentuk bahasa yang operasional dan mudah dipahami. Judul penelitian yang lengkap, menurut Suharsini Arikunto (2006)   diharapkan mencakup antara lain :
a.       Masalah atau topik yang diteliti
b.      Sifat dan jenis penelitian
c.       Obyek yang diteliti
d.      Subyek yang diteliti
e.       Lokasi daerah yang diteliti
f.        Tahun/waktu terjadinya peristiwa
Lalu bagaimana menuliskan judul sebuah penelitian? Tatang M Amirin  (1990) memberikan pedoman untuk dapat menuliskan judul penelitian dengan baik, antara lain :
  1. Topik penelitian harus mencantumkan dalam judul
  2. Judul penelitian harus jelas, mudah dipahami
  3. Judul penelitian tidak perlu puitis
  4. Judul ditulis singkat dan dalam kalimat berita dalam satu kalimat
  5. Judul ditulis secara logis, hindari menggunakan kata singkatan.
  6. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

F.   Menguraikan Permasalahan
Hal yang cukup sulit mengawali dalam penulisan proposal adalah menulis latar belakang masalah. Dalam bab ini latarbelakang memuat asalan penting dalam pemilihan masalah penelitian. Azuar Juliandi (dalam http://www.azuarjuliandi.com) menjelaskan, isi dalam latarbelakang antara lain :
a.       Mengemukakan masalah-masalah/gejala-gejala masalah yang berkaitan dengan variabel di dalam judul, yang diawali dengan masalah-masalah variabel terikat (dependen/Y) lalu diikuti masalah-masalah variabel bebas (independen/X)
b.      Masalah-masalah yang dikemukakan boleh didukung oleh dokumen perusahaan, dokumen media massa, hasil pengamatan, dan sangat baik jika didukung oleh referensireferensi dari buku, jurnal, skripsi, tesis, atau disertasi.
Secara teknis, langkah-langkah menyusun latarbelakang adalah sebagai berikut :
  1. Kemukakan arti penting/peranan penting/manfaat dari variabel terikat, baik bagi organisasi maupun bagi karyawan, atau pihak lain. Dukung dengan referensi dari buku atau jurnal
  2. Kemukakan gejala-gejala masalah yang berkaitan dengan variabel terikat tersebut, dukung dengan dokumen, hasil pengamatan, wawancara, atau angket, yang telah diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan (prariset)
  3. Kemukakan faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi variabel terikat tersebut. Dukung dengan referensi dari buku teks atau jurnal
  4. Pilih satu atau beberapa faktor tersebut yang dianggap paling penting untuk dijadikan variabel terikat dalam penelitian kita.
  5. Kemukakan gejala-gejala masalah dari setiap faktor yang sudah dipilih tersebut, dukung dengan dokumen, hasil pengamatan, wawancara, atau angket, yang telah diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan (prariset).

Setelah dilakukan perumusan masalah, tahap berikutnya adalah mengidentifikasi masalah. Sesuai namanya identifikasi adalah pengenalan atau inventarisir masalah.  Sumber untuk mendukung identifikasi masalah adalah sumber yang relevan dengan obyek yang diteliti, dari intisari latarbelakang masalah. Untuk menghindari bias penafsiran dari pembaca, maka perlu adanya pembatasan masalah atau ruang lingkup masalah.  



E. PENUTUP
Titik tolak sebuah penelitian adalah adanya permasalahan yang penting untuk diteliti. Baik tidaknya proses dan hasil penelitian, juga ikut ditentukan oleh pemilihan sebuah masalah. Berangkat dari perumusan masalah maka akan ditentukan arah pendekatan, model dan instrumen penelitian, apakah menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif, jenis penelitian survai, dekriptif, korelasi atau lainnya. 
Pokok permasalahan belum dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai apa dan untuk apa diteliti. Oleh karena itu pemilihan masalah yang bermakna harus disertai analisis masalah, seperti merinci masalah, mempertegas batasan, tujuan hipotesis, latar belakang, manfaat dan kegunaan, maka permasalahan yang diteliti akan kokoh.  
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan masalah penelitian adalah penting tidaknya sebuah masalah tersebut bagi manfaat kehidupan manusia, baik demi kemanusiaan, keilmuan maupun kebijakan. Masalah dana, waktu, referensi, data menjadi faktor yang ikut mempengaruhi proses penelitian.

DAFTAR PUSTAKA


Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Tatang M. Amirin, Menyusun Perencanaan Penelitian Sosial, Rajawali Press, Jakarta, 1990.

Yektiningtyastuti,  Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian, dalam  http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/24/memilih-dan-merumuskan-masalah-penelitian/





****Makalah disampaikan dalam mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan Islam, Prof. DR. H. Rochanda Wiradinata, MP dalam program Pascasarjana Kosentrasi Psikologi Pendidikan Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2010.