Hati-hati jika orang Indonesia berpergian di kota Adelaide Australia. Soalnya tak mudah naik angkutan umum bagi yang tidak terbiasa. Selain jam operasional kendaraan ini dibatasi waktunya, jg tak bisakita seenaknya naik turun di sembarang tempat, seperti di Indonesia. Penduduk di negeri Kangoroo ini memang lebih suka naik angkutan umum. Ini bukan karena mereka tidak punya kendaraan pribadi. Salah. Secara ekonomi warga Adelaide rata-rata pny mobil, krn baiknya upah kerja di kota ini. Mereka naik bus krn lbh hemat dan nyaman.
Di Australia khususnya Adelaide, trem (keretalistrik) dan bus mjd primadona transportasi penduduk kota ini. Sama sepertiumumnya di negara lain, dua kendaraan ini memiliki rute dan jalursendiri-sendiri. Namun punya batas waktu operasional. Rata-rata kendaaran bergerakhingga menjalang manghrib tiba. Hanya rute-rute jalur tertentu yang masih beroperasi hingga malam,Naik bus atau trem relatif lbh cepat. Ini karena transportasi publik ini bbrp ruas jalan pny jalur sendiri. Seperti busway kalaudi Jakarta, walau pun di kota betawi ini banyak di terobos pengendaraan motordan mobil pribadi. Faktor lain yg mmbuat trem dan bus lbh cepat adalah kondisijalan raya Adelaide yg mndukung.
Sepanjang jalan di setiap sudut kota ini mulus(tidak berlubang), lebar, bersih dan tidak padat. Sekalipun dilalui juga olehkendaraan pribadi sejenis sedan dan mini bus namun jumlanya tak banyak. Merekaberjalan tertib mengikuti aturan lalu lintas di kota ini.Saat lampu kuning misalnya, driver perlahanmnginjak rem mobilnya krn akan lampu merah. Berbeda di negara kita ketika lumpu kuning justeru tancap gas agar tidak terjebak berhenti lampumerah. Pengendara di Adelaide lebih mengutamakan pejalan kaki jika hendaklewat. Jika di dalam angkutan umum memprioritaskan perempuan, manula dananak-anak. Inilah yang membuat tingkat kecelakaan lalu lintas di kota inisangat rendah, sekalipun kendaraan dipacu kencang dijalan raya. Karena jumlahkendaraan sedikit dan tertib lalu lintas.
Di atas kendaraan umum parapenumpang memilih banyak berdiam drpada ngobrol apalagi tertawa keras. Merekaterlihat dengerin musik, membaca buku atau berinternet ria. Maklumlah hampirsetiap kendaraan dilengkapi sarana Wifi. Di dalam bus atau trem tak ada kernetyang nagih ongkos atau uang recehan yang berpindah dari tangan penumpang kekernet.
Di negara ini semua sistemmenggunakan komputerisasi. Buka tutup pintu bus, pembayaran ongkos jalan dengancard khusus hingga menghentikan laju kendaraan yang hendak menghentikanpenumpang. Tinggal pijit. Naik turun pun tidak bisa disembarang tempat, tetapiharus di stasiun atau halte yang sudah ditentukan. Seperti jika kita naikbuyway atau kereta api di Indonesia.
Untuk mendapatkan surat ijinmengemudi (SIM) di kota ini sangat sulit. Selain persyaratan usia jugaketrampilan menyetir mutlak diperlukan, sehingga mendapatkan SIM butuh waktu 1tahun lamanya. Selain tes driver juga ada proses pemagangan. Denda lalu lintas dikota ini pun sangat besar bagi pengendara yang melanggar lalu lintas.
Bagaimana dengan kendaraanmotor? Yah, negara ini tampaknya tidak banyak warga yang punya motor. Dijalan-jalanjarang sekai ditemui para pengendara motor, kalau tidak boleh dikatakan tidakada. Penduduknya rata-rata memiliki kendaraan mobil. Paling tidak satu buahmobil. Bisa dibayangkan, jika kota ini tidak membatasi kendaraan motor maka takubahnya pemandangan lalu lintas di kota Adelaide seperti Jakarta.Maceeeeet..... (denyrochman)