Mei 30, 2010

DICARI, ISLAM YANG MEMBAWA KE SURGA


Oleh : Deny Rochman

“Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah adalah Islam.” Demikian potongan ayat al Quran yang sering saya dengar dalam berbagai kesempatan kegiatan keagamaan Islam. Tentu sebagai muslim, saya yakin kalo Islam adalah satu-satunya agama yang membawa keselamatan manusia di dunia dan akherat. Kendati umat agama lain pun tentu saja mengklaim bahwa agama merekalah yang paling benar. Tapi biarlah klaim mengklaim itu bagian dari dinamika kehidupan ini. Biar ada tantangan.

Sebagai muslim, yang bikin kita pusing adalah kian banyaknya varian Islam bermunculan. Saya tidak mungkin harus menyebut satu persatu nama kelompok tersebut. Hadist sendiri menyebutkan 73 golongan (umat Islam) akan masuk neraka, kecuali satu yaitu mereka dari golongan ahli sunnah waljamaah. Yang pergegang teguh pada al Quran dan sunnah Rosul. Apakah jumlah golongan itu bertambah? Saya tidak yakin karena belum pernah melakukan survai atau kajian. Namun yang pasti, semua kelompok mengaku yakin kalo ajaran Islam mereka akan membawa kehidupan abadi di surga. Sama yakinnya umat agama lain yang bisa hidup nyaman di alam akherat sana.

Inilah kegelisahan saya setiap kali diwacanakan dalam berbagai diskusi tentang keagamaan, baik di kampus, di sekolah, di rumah, di masyarakat maupun di organisasi. Maka jangan heran, saya termasuk orang yang sempat melakukan perjalanan spiritual untuk menemukan kebenaran hakiki dalam Islam. Saat di kampus misalnya, saya terlibat kajian salaf, kemudian berganti halaqoh dan gerakan harakoh Islamiyah, terus berganti aktif di gerakan mahasiswa Islam moderat, bahkan sempat mengalami fase sekulerisme.

Pertanyaan kita adalah : yakinkah kita kalau akan masuk surga? Yakinkah kita kalau amalan kita diterima Allah Swt? Yakinkah kita kalo syariat yang dijalani sesuai dengan tuntunan? Yakinkah...? Yakinkah....? Wah masih banyak lagi. Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa saya memiliki kepribadian pesimis dalam menjalani hidup di dunia dan akherat.

Sikap ini adalah bentuk kehati-hatian saya dalam memilih syariat Islam agar tidak salah langkah. Karena ketika kita salah, dalam hukum akherat tidak ada proses remedial, layaknya siswa yang nilainya kurang harus diperbaiki. Jika nilai kita kurang bagus di akherat, yang ada ada proses pembersihan dosa yang melekat diri kita melalui neraka jahanam. Dan itu sangat, sangat, sangat dan seribu sangat menyakitkan. Menyakitkan. Menderita. Naudzu billa mindzalik.

Yah, siapa pun boleh saja yakin bisa masuk surga. Saya pun termasuk orang yang tidak keberatan. Toh surga itu bukan punya saya atau nenek moyang saya. Surga itu milik Allah Swt yang diperuntukkan bagi hambanya yang dinilai beriman. Yang pemilik surganya aja gak sewot, kenapa kita yang bukan siapa-siapa kok jadi repot kalo ada pihak yang mengaku paling benar dan paling masuk surga?

Melihat banyaknya varian Islam tersebut, saya mencoba menyederhanakan sikap saya. Gak cukup waktu harus melakukan study banding antara satu faham dengan lainnya. Sikap toleran saya hanya satu: selama aktivitas kebergamaan seseorang itu memiliki dasar hukum, dasar syariat entah dalam al Quran atau hadist, maka itu bisa menjadi acuan dalam keberagamaan saya. Sebaliknya jika dasar perilaku keberagamaan itu hanya didasarkan pada tafsir, nalar apalagi taklid, itu yang harus dihindari.

Apakah sikap ini akan masuk surga? Wah ga tahu juga yah. I dont care-lah. Yang lebih penting sekarang, bagaimana kita bisa menjadi manusia yang baik, baik bagi diri kita, keluarga, tetangga, teman dan orang lain. Baik dalam menjalankan yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mudah-mudahan ketika kita menjadi manusia yang baik, manusia yang bermanfaat, ada alasan Allah Swt memasukan kita ke surga. Wallahu’alam bishowab.

*) seorang guru pada sebuah sekolah di
Jalan Pemuda No. 16 Kota Cirebon