Mei 01, 2009

BENARKAH DAKWAH ROSUL GAGAL?

Dakwah yang paling berat dijalani Rosulullah Saw adalah pada periode awal penyebaran Islam di negeri Mekkah. Khususnya ketika Muhammad muda mendapatkan perintah untuk dakwah terbuka oleh Allah Swt melalui malaikat Jibril. Perlawanan kuat terhadap ajaran agama baru dibawah Nabi Muhammad Saw itu datang bertubi-tubi dari para pemuka suku Quraisy. Bahkan yang menyakitkan, perlawanan itu juga datang dari kalangan keluarga besar Nabi Muhammad sendiri, seperti dari pamannya Abu Lahab.

Bentuk perlawanan pemuka Quraisy tersebut banyak ragamnya, mulai yang lunak hingga kekerasan. Bentuk diplomasi kaum Quraisy, termasuk dari kalangan kerabat dekatnya, agar Muhammad tidak melanjutkan penyebaran risalah Islam kepada masyarakat luas. Gagal dengan upaya diplomasi pemuka Quraisy melancarkan tekanan politik terhadap umat Islam. Seruan pemboikotan atas umat Islam dalam pergaulan di masyarakat, termasuk dalam jual beli, pernikahan hingga komunikasi.

Berbagai perlawanan kaum kafir Quraisy tersebut ternyata menjadi “jamu kuat” bagi kelompok umat Islam. Mereka bukan menjadi takut tetapi malah semakin semangat untuk berdakwah menyebarkan Islam terhadap masyarakat Mekkah, khususnya dan masyarakat Arab pada umumnya. Perlawanan itu dipahami sebagai tantangan untuk meraih kemuliaan sebagai mujahiddin. Berkat semangat juang yang kuat itu, ajaran Islam secara perlahan semakin diterima khususnya pada masyarakat kecil. Bukan karena agama Muhammad ini karena mendapat tentangan sehingga orang kian penasaran, tetapi lebih karena kebenaran yang dibawa Islam.

Melihat jumlah pengikut Muhammad semakin hari semakin bertambah, membuat pemuka agama berhala kian berang. Bisa jadi mereka takut akan ditinggalkan penggemarnya (baca: pengikutnya) sehingga ucapan mereka tidak lagi sebagai sabda Tuhan. Perlawanan selanjutnya adalah dengan aksi kekerasan, baik verbal maupun fisik. Inilah sebuah fase dakwah yang sangat berat. Tiada haru kehidupan umat Islam selalu diwarnai penderitaan, penderitaan dan penderitaan. Mulai dihina, dicaci, dicambuk hingga dibunuh bagi siapa saja masyarakat yang mengikuti agama Muhammad (Saw).

Beratnya penderitaan umat Islam tersebut membuat Nabi Muhammad Saw memilih untuk keluar dari negeri Mekkah. "...Dan orang-orang yang lemah, baik laki-laki, wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo'a: Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang zhalim penduduknya..." (An-Nisa: 75)". Penderitaan itu kemudian Rosulullah bersama umatnya beberapa kali mencoba untuk hijrah ke daerah lain seperti Habbasyah (Ethopia-Afrika), Thoif, Yatsrib (Madinah). Namun kedatangan rombongan Rosulullah di dua negeri Habbasyah dan Thoif mendapat penolakan keras. Hanya masyarakat Yatsrib (Madinah), yang menyambut baik agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw.

Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah atau upaya keinginan keluar dari negeri yang penduduknya dzolim tersebut, oleh sebagian pihak menilai sikap Muhammad itu sebagai bentuk kegagalan misinya dalam menyebarkan Islam di tanah Mekkah. Langkah Muhammad dan pengikutnya menandakan kemenangan kaum kafir Quraisy di satu pihak. Islam justeru mulai berkembang pesat ketika Rosulullah hidup di Madinah. Benarkah dakwah Rosulullah gagal ketika berada di Mekkah?

Kegagalan dakwah Rosulullah sebenarnya tidak bisa hanya diukur dari keluarnya Muhammad dan pengikutnya dari tanah Mekkah. Hijrahnya Nabi lebih pada strategi politik dakwah agar Islam lebih berkembang luas. Jika Nabi dianggap gagal dalam dakwah Islam di Mekkah, mengapa jumlah pengikut Muhammad semakin hari semakin bertambah sehingga membuat geram kaum kafir Quraisy. Dengan kata lain, hijrahnya Nabi ke Madinah lebih karena penyelamatan risalah dan umat dari penderitaan musuh Islam. Selain itu sebagai upaya penyebaran Islam yang lebih luas lagi.

Peristiwa hijrah Nabi ke Madinah ada cerita lain yang menyebutkan bahwa hal itu bukan kegagalan dakwah Nabi. Hijrah Nabi ke Madinah atas permohonan masyarakat disana yang tertarik dengan agama yang dibawakan Muhammad. Tampaknya ketika risalah Islam dikenalkan secara terbuka kepada masyarakat Mekkah, secara perlahan mulai dikenal oleh masyarakat Madinah. Bedanya, sikap masyarakat Madinah lebih terbuka dengan hal yang baru, termasuk agama. Sementara masyarakat Mekkah lebih tertutup karena Mekkah merupakan pusat agama kaum Quraisy.

Masyarakat Madinah yang tertarik dengan Islam sebagian ada yang menunaikan ibadah Haji ke tanah suci Mekkah. Orang-orang Aus dan Khazraj, misalnya, penduduk Madinah yang menyempatkan diri berhaji dan bertemu dengan Rosulullah. Sejak pertemuan itu orang-orang Aus dan Khazraj sekembalinya ke Madinah meminta Rosulullah untuk mengirimkan orang-orangnya mengajarkan Islam ke penduduk setempat. Musab bin Umair, salah seorang sahabat Rosulullah, pemuda yang kaya raya tetapi lebih memilih hidup sederhana bersama Rasulullah ini, kemudian dikirim ke Madinah.

Musab secara perlahan tapi pasti berhasil menghijaukan masyarakat Madinah. Tak ada satu rumah pun diketuk oleh Musab untuk menyampaikan pesan-pesan Qur’an. Melihat perkembangan itu Rosulullah sangat bahagia mendengarnya. Sejak itu Rosulullah bersama pengikutnya memutuskan pindah sementara ke Madinah, mengembangkan risalah Islam di daerah tersebut, iring perlawanan pemuka Quraisy di Mekkah belum mereda.

Hijrahnya Nabi ke Madinah dianggap sebagi tonggak sejarah permulaan perkembangan Islam hingga ke seluruh jazirah Arab bahkan merambah ke Eropa. Sejak masa itu negara Islam berdiri untuk yang pertama kalinya di Madinah, dan sejak itu pula Islam disebarkan dengan dakwah dan jihad ke seluruh dunia. Sehingga Islam berkembang dengan cepatnya ke seluruh dunia, dimulai dengan penaklukan wilayah Hejaz (622-632 M.) masa Rosulullah hidup. Kemudian secara bertahap, wilayah Syam di taklukkan semasa Umar bin Khattab. Sehinggalah Islam memasuki Eropa, setelah beberapa wilayahnya ditaklukkan pada tahun 696-705 M hingga pada tahun 712, Islam telah sampai di Asia Tenggara.