Januari 15, 2022

MENDOBRAK MINDSET GURU

Penulis :
DENY ROCHMAN
Analisis Kurikulum dan Pembelajaran Dinas Pendidikan Kota Cirebon

Siapa bilang menjadi guru itu mudah? Jika hanya transfer of knowledge bisa jadi semua orang bisa melakukan. Tetapi mendidik anak agar bisa berubah cara berfikir, sikap, perilaku dan kognitif, tak semua orang bisa. Begitu juga dengan guru. Jika ia melupakan tiga kodrat manusia, maka proses mengajar akan tak maksimal.

Ada tiga kodrat manusia yang tak boleh dilupakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Kodrat hakiki manusia ini disampaikan oleh Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal, Ph.D bersama dan Novi Candra, Ph.D. Pesan penting dua alumnus Monash Univeraity Australia ini kepada guru-guru dan kepala sekolah SD dan SMP asal Kota Cirebon.

Sebanyak 100 guru dan kepala sekolah GSM ini selama dua hari, 11-12 Januari 2022 melakukan study visit ke Yogyakarta. Tujuannya berkunjung ke dua sekolah model GSM, sekaligus berdiskusi dengan founder dan pengurus pusat GSM. Dua sekolah model itu adalah SDN Rejodani Kec. Ngaglik dan SDN Pendulan Kec. Moyudan Kab. Sleman. 

Kendati sama-sama sekolah GSM, namun keduanya ada sisi perbedaan. Sekolah Rejodani lebih mengembangkan sisi keseniannya. Sementara Pendulan, membangun kemitraan sekolah dengan orang tua siswa. Orang tua yang terbentuk dalam setiap komite kelas berkolaborasi dengan pihak sekolah dalam mendidik anak-anaknya. Kesamaan dua sekolah ini menerapkan paradigma sekolah menyenangkan. Salah satunya tercipta  ruang-ruang kelas berkarakter. Setiap sudut dan lorong sekolah dipenuhi goresan, gambar dan tulisan berkarakter.

Di tempat terpisah, rombongan guru-guru dan kepala sekolah ditemui oleh Founder GSM Rizal dan Novi. Dihadapan guru-guru dan kepala sekolah, keduanya mengingatkan guru-guru agar tidak melupakan tiga kodrat manusia dalam proses belajar mengajar. Apapun kurikulumnya, dari manapun sumber belajarnya, tiga kodrat manusia ini jangan diabaikan. Jika ditinggalkan, maka pembelajaran di kelas tidak berjalan maksimal. Pendidikan nasional sulit mengalami kemajuan. 

Tiga kodrat manusia yang dimiliki anak antara lain bahwa sifat dasar manusia adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Kedua, manusia selalu ingin berimajinas (berhayal). Ketiga, memberikan kesempatan kepad anak dalam mengembangkan potensinya secara adil. Jika kodrat ini sudah terinternalisasi dalam setiap guru, maka apapun kurikulumnya, model sekolahnya, kebijakan pendidikannya maka tujuan pembelajaran akan tercapai.

Menurut dosen UGM ini, berbagai goresan, gambar dan tulisan warna warni dalam kelas sebagai upaya merangsang rasa ingin tahu anak-anak. Tidak takut dengan hal-hal yang baru. Jika anak rasa ingin tahunya meningkat, maka dia akan terus belajar, belajar dan belajar. Makanya di GSM pola evaluasi pembelajaran tidak dengan ujian tertulis, tetapi dengan refleksi. Tujuannya biar anak terus selalu ingin tahu. Jika rasa ingin tahu tidak diwadahi di sekolah, maka anak akan mencari tahu di tempat lain. Dampak negatifnya bisa ada kekerasan, ngobat, premanisme dan lainnya.

Sifat dasar manusia lain adalah manusia itu suka berkhayal (imajinasi). Dengan berkhayal itu manusia mampu berkreasi dan berinovasi. Berbagai temuan sepanjang peradaban manusia hingga temuan teknologi modern bermula dari khayalan. Dengan kreatifitas manusia banyak cara untuk mencapai tujuan. Manusia akhirnya bisa bertahan hidup dalam ribuan tahun di dunia. Kendati sering diterpa berbagai bencana dan masalah hidup lainnya. Maka di GSM tak mengenal ujian, karena akan mematikan daya hayal anak.

Hidup dalam perbedaan menjadi kodrat manusia berikutnya. Demikian juga anak-anak sejak lahir memang sudah berbeda, termasuk dalam potensi dirinya. Maka biarkan anak-anak berkembang sesuai talentanya masing-masing. Jangan biarkan anak ditarget pada satu pilihan. Seperti ikan. Jika kita suruh ia untuk memanjat pohon, maka sepanjang hidupnya ia akan merasa bodoh. Begitu juga monyet, jika suruh menyelam, maka sepanjang hidupnya ia merasa bodoh.

Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ingin mengembalikan tiga kodrat manusia tersebut. GSM ingin mendobrak mindset guru-guru. Merubah paradigma berfikirnya. Merubah ideologinya, bukan metodologinya. Jika mindsetnya berubah seperti paradigma GSM, maka proses belajar mengajar guru akan lebih mudah, terarah dan menyenangkan. Mengubah mindset manusia menjadi metode para nabi dan rosul agar pola hidupnya bisa mengikuti di jalan yang benar. (*)

***Tulisan ini.pernah dimuat di halaman literasi Gelemaca koran Radar Cirebon, edisi Kamis 13 Januari 2022.

RATUSAN KILO METER DEMI BERTAFAKUR DAN BERTADABUR ALAM

*)Guru-guru Kota Cirebon Study Visit ke Yogyakarta (bagian-4/habis)
 
Ada banyak cara untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia. Begitu juga guru-guru dan kepala sekolah GSM Kota Cirebon. Sebanyak 100 orang jauh-jauh ke study visit ke Yogyakarta dua hari dengan biaya mandiri, untuk memenuhi kebutuhan rohani.

Catatan:
DENY ROCHMAN
Analis Kurikulum dan Pembelajaran
Dinas Pendidikan Kota Cirebon

Perjalanan guru-guru dan kepala sekolah dari Cirebon - Yogyakarta itu melelahkan. Tak mudah untuk sampai ke lokasi study visit. Dengan biaya mandiri, peserta berangkat harus hujan-hujanan. Sesampai di kampung flory hujan masih menyapa rombongan. Hari kedua, mereka disengat matahari pantai. Jauh dari keluarga, siswa, sekolah. Namun mereka terlihat semangat berubah, berbagi, dan berkolaborasi Gerakan Sekolah Menyenangkan.  
Jarak tempuh perjalanan mereka sedikitnya 859 km atau menghabiskan waktu 20 jam. Guru dan kepala sekolah ini bertolak dari kantor Dinas Pendidikan Kota Cirebon pukul 21.00. Tiba di Sleman pukul 05.00. Kegiatan berlanjut kunjungan ke dua sekolah model GSM hingga pukul 11.00. Rombongan diterima pengurus GSM usai makan siang di Bali Ndeso kampung flory pukul 14.00. Baru sampai di penginapan kawasan Prawirotaman Jalan Parangteritis Kota Yogyakarta masuk waktu maghrib.

Kunjungan ke toilet-toilet pun tak bisa dibendung tiap kali ke rest area. Entah sudah berapa titik toilet disinggahi rombongan.

Perjuangan guru-guru GSM Kota Cirebon membuat Founder GSM Muhammad Nur Rizal, Ph.D dan Novi Candra, Ph.D ingin menemui mereka. Berbagai spirit perubahan paradigma pola pendidikan ala gerakan yang mulai viral sejak 2016 silam. Selama paparan duo founder itu berhasil "menyihir" guru-guru dan kepala sekolah yang haus belajar akan ilmu dan pengalaman baru. Semangat guru dan kepala sekolah oleh founder GSM bak semangat Rosulullah dalam berdakwah.
Di hari kedua. Setelah makan malam dan istirahat di pusat kota, rombongan bergerak ke arah Kab. Gunung Kidul. Ada dua lokasi tujuan: Pantai Sadranan dan Heha Ocean. Kedua destinasi wisata itu berjarak 38 km. Sekitar 1 jam perjalanan waktu normal. Akses jalan aspal kecil, berkelok dan tanjakan. Melalui kebun dan hutan membuat laju kendaraan dua Bus Pariwisata rombongan pelan. Di pantai waktunya dihabiskan untuk foto-foto happy. 
Sebagian ada memilih santai dibalai-balai dan joglo berbayar di tepi pantai sambil seruput air kelapa muda dan cemilan makanan laut. Ada juga guru dan kepala sekolah yang nekat menyeburkan diri, menyelam di dasar tepi pantai. Pukul 12.00 sinar matahari siang itu sangat menyengat membuat tak betah berlama-lama di pantai.

Di lokawisata HeHa Ocean, rombongan digoyang live musik. Tiga peserta dinobatkan untuk tampil di atas panggung. Bergoyang bersama dengan artis lokal. Suasana heboh terjadi saat seorang kepala sekolah sawer penyanyi dan penonton. Sawer uang 50 ribuan bahkan 100 ribu. Wowww...
Lokawisata HeHa Ocean agak berbeda dengan Pantai Sadranan. Walau keduanya obyek wisata berbasis laut. HeHa berada di atas bukit, di atas permukaan laut selatan Samudra. Fasilitas tersedia begitu memanjakan pengunjung. Kendati akses ke lokasi harus naik turun jalan karena lokasinya dibalik bukit. Menuju ke lokasi harus menaiki kendaraan kecil melewati kebuh dan hutan. Sebuah karya imajinasi manusia modern. Subhanullah....

Di dua tempat terakhir, menjadi ajang tadabur alam, sekaligus sebagai tafakur. Tadabur alam artinya merenung dan memikirkan tentang apa saja yang terjadi di alam semesta ini atas ciptaan-Nya. Tafakur mengandung arti memikirkan, merenungkan, mengingat Allah melalui segala ciptaanNya yang tersebar di langit dan bumi. Bahkan yang ada dalam diri manusia sendiri. Dalam kontek study visit, juga bertafakur tentang paradigma baru GSM.

Kegiatan selama dua hari itu bagian dari pemenuhan kepuasan kebutuhan rohani manusia. Sekalipun lelah, capek, panas dan dingin, namun perjanan kembali ke Kota Cirebon hingga Kamis pagi jam 7.30 tak membuat mereka kapok. Malah tahun depan akan dijadwalkan untuk kembali traveling ilmiah ke sekolah di kota berbeda. Semoga ilmu dan pengalamannya membawa keberkahan bagi pendidikan Kota Cirebon. Aaamiin. (*)

#GerakanSekolahMenyenangkan
#WisataYogkarta
#VisitStudy
#Pendidikan
#KotaCirebon

GURU JANGAN MELUPAKAN TIGA KODRAT MANUSIA

*)Guru-guru Kota Cirebon Study Visit ke Yogyakarta (bagian-3)
 
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) kini hadir mewarnai jagat pendidikan nasional. Kendati usianya belum satu dekade, namun gerakannya banyak memberikan kontribusi dan memajukan sekolah-sekolah. Inilah alasan mengapa GSM didirikan di tengah jebloknya hasil survai PISA Indonesia tahun 2018.

Catatan:
DENY ROCHMAN
Analis Kurikulum dan Pembelajaran
Dinas Pendidikan Kota Cirebon

Siapa bilang menjadi guru itu mudah? Jika hanya transfer of knowledge bisa jadi semua orang bisa melakukan. Tetapi mendidik anak agar bisa berubah cara berfikir, sikap, perilaku dan kognitif, tak semua orang bisa. Begitu juga dengan guru. Jika ia melupakan tiga kodrat manusia, maka proses mengajar akan tak maksimal.
Ada tiga kodrat manusia yang tak boleh dilupakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Kodrat hakiki manusia ini disampaikan oleh Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal, Ph.D bersama dan Novi Candra, Ph.D. Pesan penting dua alumnus Monash Univeraity Australia ini kepada guru-guru dan kepala sekolah SD dan SMP asal Kota Cirebon.
Sebanyak 100 guru dan kepala sekolah GSM ini selama dua hari, 11-12 Januari 2022 melakukan study visit ke Yogyakarta. Tujuannya berkunjung ke dua sekolah model GSM, sekaligus berdiskusi dengan founder dan pengurus pusat GSM. Dua sekolah model itu adalah SDN Rejodani Kec. Ngaglik dan SDN Pendulan Kec. Moyudan Kab. Sleman.
Usai berkunjung ke dua sekolah model GSM, rombongan meluncur ke kampung flory. Di tempat ini selain makan siang di resto alam nuansa pedesaan, juga peserta akan berdiskusi bersama pihak GSM. Di tengah kesibukan aktifitasnya sebagai dosen UGM, founder GSM menyempatkan hadir menerima rombongan GSM Kota Cirebon. Kendati ada undangan dari pihak lain. 
Rejodani dan Pendulan, kendati sama-sama sekolah GSM, namun keduanya ada sisi perbedaan. Sekolah Rejodani lebih mengembangkan sisi keseniannya. Sementara Pendulan, membangun kemitraan sekolah dengan orang tua siswa. Orang tua yang terbentuk dalam setiap komite kelas berkolaborasi dengan pihak sekolah dalam mendidik anak-anaknya. Kesamaan dua sekolah ini menerapkan paradigma sekolah menyenangkan. Salah satunya tercipta  ruang-ruang kelas berkarakter. Setiap sudut dan lorong sekolah dipenuhi goresan, gambar dan tulisan berkarakter.
Di tempat terpisah, rombongan guru-guru dan kepala sekolah ditemui oleh Founder GSM Rizal dan Novi. Dihadapan guru-guru dan kepala sekolah, keduanya mengingatkan guru-guru agar tidak melupakan tiga kodrat manusia dalam proses belajar mengajar. Apapun kurikulumnya, dari manapun sumber belajarnya, tiga kodrat manusia ini jangan diabaikan. Jika ditinggalkan, maka pembelajaran di kelas tidak berjalan maksimal. Pendidikan nasional sulit mengalami kemajuan. 

Tiga kodrat manusia yang dimiliki anak antara lain bahwa sifat dasar manusia adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Kedua, manusia selalu ingin berimajinas (berhayal). Ketiga, memberikan kesempatan kepad anak dalam mengembangkan potensinya secara adil. Jika kodrat ini sudah terinternalisasi dalam setiap guru, maka apapun kurikulumnya, model sekolahnya, kebijakan pendidikannya maka tujuan pembelajaran akan tercapai.

Menurut dosen UGM ini, berbagai goresan, gambar dan tulisan warna warni dalam kelas sebagai upaya merangsang rasa ingin tahu anak-anak. Tidak takut dengan hal-hal yang baru. Jika anak rasa ingin tahunya meningkat, maka dia akan terus belajar, belajar dan belajar. Makanya di GSM pola evaluasi pembelajaran tidak dengan ujian tertulis, tetapi dengan refleksi. Tujuannya biar anak terus selalu ingin tahu. Jika rasa ingin tahu tidak diwadahi di sekolah, maka anak akan mencari tahu di tempat lain. Dampak negatifnya bisa ada kekerasan, ngobat, premanisme dan lainnya.

Sifat dasar manusia lain adalah manusia itu suka berkhayal (imajinasi). Dengan berkhayal itu manusia mampu berkreasi dan berinovasi. Berbagai temuan sepanjang peradaban manusia hingga temuan teknologi modern bermula dari khayalan. Dengan kreatifitas manusia banyak cara untuk mencapai tujuan. Manusia akhirnya bisa bertahan hidup dalam ribuan tahun di dunia. Kendati sering diterpa berbagai bencana dan masalah hidup lainnya. Maka di GSM tak mengenal ujian, karena akan mematikan daya hayal anak.

Hidup dalam perbedaan menjadi kodrat manusia berikutnya. Demikian juga anak-anak sejak lahir memang sudah berbeda, termasuk dalam potensi dirinya. Maka biarkan anak-anak berkembang sesuai talentanya masing-masing. Jangan biarkan anak ditarget pada satu pilihan. Seperti ikan. Jika kita suruh ia untuk memanjat pohon, maka sepanjang hidupnya ia akan merasa bodoh. Begitu juga monyet, jika suruh menyelam, maka sepanjang hidupnya ia merasa bodoh.

Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ingin mengembalikan tiga kodrat manusia tersebut. GSM ingin mendobrak mindset guru-guru. Merubah paradigma berfikirnya. Merubah ideologinya, bukan metodologinya. Jika mindsetnya berubah seperti paradigma GSM, maka proses belajar mengajar guru akan lebih mudah, terarah dan menyenangkan. Mengubah mindset manusia menjadi metode para nabi dan rosul agar pola hidupnya bisa mengikuti di jalan yang benar. (*)

#GerakanSekolahMenyenangkan
#KotaCirebon
#DinasPendidikan
#Guru

DUA SEKOLAH GSM, SERUPA TAPI TAK SAMA

*) Guru-guru Kota Cirebon Study Visit ke Yogyakarta (bagian-2)
 
Dua sekolah ini dianggap berhasil sebagai sekolah model. Sekolah yang menerapkan manajemen Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Sejak menerapkan GSM, dua sekolah ini lebih maju. Lebih dicari oleh masyarakat.

Catatan:
DENY ROCHMAN
Analis Kurikulum dan Pembelajaran
Dinas Pendidikan Kota Cirebon

Mentari pagi Prambanan DIY menyambut kedatangan rombongan GSM Kota Cirebon. Setelah menempuh perjalanan bus 333 km via tol. Rehat sejenak di rumah makan daerah Prambanan. Menikmati sejuknya udara pagi pesawahan sambil menyantap sarapan pagi khas desa. Sebelumnya sholat shubuh berjamaah dan bebersih badan.
Panitia menyebarkan instrumen observasi kepada setiap peserta. Menjelaskan tujuan sekolah lokasi studi visit. Bus A dan Bus B berkunjung di dua lokasi berbeda secara bergiliran (cross). Tujuan awal Bus A SDN Rejodani Kec. Ngaglik Kab. Sleman. Sementara tujuan Bus B ke SDN Pendulan Kec. Moyudan Sleman. Jarak dua sekolah tersebut sekitar 21 Km, sekitar 40 menit perjalanan.
Di SDN Rejodani rombongan disambut oleh kepala sekolah dan guru-guru. Turut hadir pengawas sekaligus korwil pendidikan Kec. Ngaglik serta mantan kepala sekolah setempat Tri Andari. Mantan kepsek Rejodani yang kini jadi pengawas ini disebut-sebut sebagai orang peletak model sekolah GSM di sekolah Jl. Palagan Tentara Pelajar.
Acara sambutan rombongan Bus A disampaikan Deny Rochman. Korwil Pendidikan Kec. Pekalipan sekaligus mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon yang berhalangan hadir. Sementara di Bus B, sambutan perwakilan Kadisdik disampaikan Korwas Disdik Drs H Komarudin, M.Pd di SDN Pendulan. 
Di Rejodani, rombongan disuguhkan tarian anak bertema petani. Karya seni apik garapan guru multitalen sekolah ini, Suharyadi. Kendati bukan sarjana seni, namun perkenalan dengan SMK seni membuat guru ini memberikan warna berbeda di sekolah. Selain punya sanggar seni, karya seninya banyak ditorehkan di berbagai sudut sekolah. 
Di ruang kelas, sekaligus tempat pertemuan rombongan, didesain sebagai kelas berkarakter. Penuh warna warni dan goresan karya anak-anak. Tak hanya di dalam kelas. Di setiap sudut sekolah, lorong, pojok penuh goresan, lukisan, gambar-gambar edukatif. Guru-guru dan kepala sekolah bergegas mengabadikan dengan foto-foto.
Di sekolah SDN Pendulan, guru-guru dan kepala sekolah menemukan suasana yang serupa tapi tak sama. Selain menemukan berbagai goresan, lukisan dan gambar inspiratif edukatif di berbagai sudut dan lorong. Di sekolah ini juga berhasil menghidupi kantin sehat, melindungi anak sehat. Pihak sekolah mengganti alat pembayaran dengan voucher khusus untuk jajan di kantin sekolah.

Sekolah yang ditanami buah markisa dan anggur di halaman sekolah ini dibentuk komite kelas. Komite yang anggota para orang tua siswa ikutserta dalam memajukan sekolah. Mereka merencanakan dan melaksanakan program kelas anak-anaknya. Termasuk dalam menggalang dana kas komite kelas. (*)

Bus Wisata Sleman, 
11 Januari 2022

#GerakanSekolahMenyenangkan 
#GSM
#GuruKotaCirebon

HUJAN TAK MENYURUTKAN SEMANGAT BELAJAR GSM

*) Guru-guru Kota Cirebon Study Visit ke Yogyakarta (bagian 1)
Selasa malam (10/1) pukul 8.00 kawasan Dinas Pendidikan Kota Cirebon sudah diguyur hujan. Sedikitnya 100 guru-guru kota ini sudah berkumpul. Hujan tak menyurutkan mereka belajar ke Kab. Sleman DIY. Belajar tentang manajemen kelas yang menyenangkan. 

Catatan:
DENY ROCHMAN
Analis Kurikulum dan Pembelajaran Dinas Pendidikan Kota Cirebon

Dengan menaiki armada Bus Pariwisata, pukul 22 rombongan dilepas oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Dr Irawan Wahyono, M.Pd. Kadisdik urung ikut mendampingi rombongan guru-guru hebat ke Kota Pelajar. Menyusul agenda padat monitoring pelaksaaan vaksinasi usia 6-12 tahun. Selain pelaksanaan perdana pembelajaran tatap muka (PTM) 100%. 
Safari vaksin dan PTM mendampingi unsur pemerintah kota Cirebon. Bahkan kadisdik ada agenda mendampingi Panglima TNI Jenderal Muhammad Andika Perkasa, S.E., M.A., M.Sc., M.Phil, Ph.D meninjau pelaksanaan vaksinasi di Kota Cirebon.

Kegiatan study visit ke Yogyakarta hingga dua hari. Hari pertama fokus pada kunjungan dua sekolah best practice GSM. Sekolah tujuan adalah SDN Rejodani dan SDN Pendulan. Kunjungan yang akan dibagi dalam dua sesi dan kelompok itu peserta study akan mengenakan batik mega mendung khas Cirebon. 

Hasil kegiatan swadaya guru dan kepala sekolah itu akan ada sesi sharing dan diskusi bersama tim GSM Yogyakarta.
Selama study visit setiap kelompok akan mengisi Instrumen Observasi Implementasi GSM dan Penerpaan Menejerial bagi Kepala Sekolah. Harapannya bisa menghasilkan sebuah karya berupa tulisan / Foto caption plus narasi/ cerita pendek.

Pilihan judul dan tema misalnya "Guru Kota Wali goes to Yogya", "Ada apa dgn GS di Yogya", "The Dream School", "Mega Mendung jd Saksi* Karya akan dijadikan sebuah hasil karya ontologi yang bisa di PUBLISH oleh Adi Tama. 

"Bapak dan ibu WAJIB DISIPLIN WAKTU/PROKES. Makan malam sebelum Chek In Hotel akan ada pembagian DOOR PRIZE dari Travel  Akan dibagikan E Sertifikat oleh panitia yg di TTD pak kadis. Jangan lupa Tetap Bahagia ya bapak ibu. Banyak berdzikir, ngemil, minum, melihat yang manis2 supaya diperjalanan MENYENANGKAN juga selamat," demikian pesan WA panitia beredar di kalangan peserta study. (*)

Tol Cirebon - Jogja,
10 Januari 2022 I 22:55

MERABA WAJAH KORWIL 2022

Ada kejutan pada tahun baru kali ini buat pejabat Koordinator Wilayah (Korwil) Bidang Pendidikan di Indonesia. Menyusul lahirnya kebijakan penyederhanaan birokrasi secara nasional. Pejabat struktural, khususnya eselon IV atau setingkat kepala seksi, bahkan secara bertahap hingga eselon III atau setingkat kepala bidang (administrator) akan dipangkas (dihapus). 

Penyederhanaan organisasi birokrasi ini berdampak pada penyetaraan jabatan eselon ini merupakan bagian dari agenda besar Pemerintahan Jokowi jilid dua. Terbentuknya Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) baru di daerah-daerah membawa perubahan status jabatan. Dalam jangka pendek, perubahan status jabatan eselon IV menjadi jabatan fungsional sudah mulai dilakukan. Pemerintah Pusat mendeadline daerah hingga akhir 2021 ini melakukan fungsionalisasi jabatan eselon IV.

Di tingkat daerah, pejabat eselon IV setingkat kepala seksi yang sudah alih status sebagai pejabat fungsional mendapat nama jabatan baru. Istilah jabatan itu adalah Sub Koordinator. Serupa tak sama dengan istilah Koordinator Wilayah (Korwil). Akankah kebijakan penyederhanaan birokrasi akan menyasar kepada jabatan Korwil Pendidikan?

Pejabat Korwil memang patut was-was. Ini dirasakan oleh semua pejabat fungsional skala nasional. Alasannya, keberadaan Korwil dalam tataran teknis masih multi tafsir. Setiap daerah ada perbedaan, mulai dari pejabat yang mengangkat korwil, sisi kriteria pengisian jabatan, tunjangan, kewenangan, hingga lingkup wilayahnya. Bahkan ada juga daerah yang tidak membentuk korwil.  

Perbedaan implementasi karena landasan yuridis formalnya memberikan pilihan kebijakan. Landasan pembentuk korwil berdasarkan Permendagri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah. Selain itu ada Permendikbud Nomor 16 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Permendikbud Nomor 47 Tahun 2016 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. 

Berangkat dari landasan yuridis dan sosiologis, lahirnya kebijakan penyederhanaan birokrasi dan penyetaraan jabatan eselon IV menjadi jabatan fungsional mestinya tidak menyasar kepada keberadaan Korwil Pendidikan di tingkat kecamatan. Bahkan sejak awal pembentukan, seyogianya lembaga pengganti UPT Pendidikan ini harus ada di setiap kota kabupaten. Alasan mendasarnya adalah :

1. Kebijakan penyederhanaan birokrasi dan penyetaraan jabatan eselon menyasar kepada jabatan struktural setingkat kepala seksi. Sementara jabatan korwil sejak dibentuk mulai 2018 silam sudah berstatus jabatan fungsional. Korwil sudah lebih awal menjadi produk reformasi birokrasi, ketika pejabat eselon IV belum difungsionalkan. Dalam skema struktur organisasi perangkat daerah kebijakan penyederhanaan birokrasi, posisi korwil masih nampak.

2. Keberadaan Korwil adalah legal dan sah pengganti UPT sesuai peraturan yang ada. Patut dipertanyakan jika ada daerah yang tidak membentuk Korwil, terlebih bagi daerah yang secara geografisnya luas, sehingga perlu pelayanan yang baik. Seperti tertuang dalam Permendagri Nomor 12 Tahun 2017 pasal 28. Korwil yang lahir secara sah mestinya diperkuat tupoksinya, bukan lantas ada upaya pelemahan baik sadar maupun tidak sadar.

3. Tupoksi Korwil secara umum adalah sama dengan UPT Pendidikan sebelumnya. Artinya, secara sosiologis keberadaan korwil masih dibutuhkan dalam layanan administrasi pendidikan di tingkat kecamatan oleh sekolah-sekolah. Bahkan jika dilihat tupoksi sama, mengapa tetap mempertahankan lembaga UPT. Jika alasannya tidak melayani langsung masyarakat, kewenangan UPT bisa ditambahkan kewenangannya. Misalnya memberikan layanan konseling bagi siswa dan remaja usia sekolah dasar di lingkup kecamatannya. Karena di level sekolah layanan ini tidak ada.

4. Melihat tupoksi korwil serupa dengan UPT, sebaiknya korwil bukan lagi tugas bersifat tambahan. Mengingat ada banyak hal dikerjakan korwil. Selain melayani sekolah-sekolah, posisi korwil juga sebagai tangan panjang dalam koordinasi dengan lembag di tingkat kecamatan. Seperti camat, kepala Puskesmas, kelurahan, Danramil, Kapolsek dan lainnya. Sejak korwil menjadi tugas tambahan, tugas korwil tidak maksimal.

5. Pejabat fungsional korwil mestinya memiliki tunjangan yang sama dengan jabatan struktural (eselon IV) saat lembaga ini bernama UPT. Dalam perspektif penyetaraan jabatan administasi ke dalam jabatan fungsional, posisi yang baru tidak mengurangi penghasilan (take home pay). Sama halnya penyetaraan jabatan eselon IV dengan jabatan fungsional yang kini sedang bergulir, secara penghasilan tidak berkurang. 

6. Sebagai sebuah lembaga, korwil bisa diberikan kewenangan dalam penggunaan kop surat dan stempel walaupun bersifat terbatas. Sama halnya sekolah, kendati kini diposisikan sebagai UPTD, namun diisi oleh pejabat fungsional (guru yang diangkat menjadi kepala sekolah). Sebagai pejabat fungsional, kepala sekolah memiliki anggaran, kop surat, stempel dan kewenangan lainnya. (*)