Dunia birokrasi Indonesia mendadak ramai pemberitaan di media. Pemicunya, sebanyak 105 CPNS mengundurkan diri. Setelah mereka dinyatakan lulus seleksi pada 2021. Alasannya diduga karena belakangan tahu gaji PNS dinilai relatif kecil. Enam dari 105 CPNS tersebut di Kab. Majalengka.
Aksi undur diri ini sebenarnya bukan yang pertama. Diduga setiap seleksi CPNS ada saja yang tidak daftar ulang dengan beragam alasan. Seperti pada tahun 2005, masa seleksi CPNS saya.
Dalam sambutannya, Asisten Daerah Ano Sutrisno kala itu menginfokan ada CPNS undur diri karena dalam waktu bersamaan yang bersangkutan diterima bekerja di bank.
Orientasi materi tentu menjadi motivasi utama orang bekerja. Kendati bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan kebahagiaan dan kenyamanan orang bekerja. Namun besar kecilnya gaji bisa membantu mempersulit atau mempermudah menuju jalan kebahagiaan.
Ini pengalaman yang pernah dilalui dalam kehidupan CPNS saya. Sejak ditetapkan lolos CPNS 2005, sejumlah rekan menyarankan untuk tetap bekerja di swasta. Salah satu alasannya, menjadi PNS lama kayaknya.
Pengalaman itu terjadi pada CPNS 2015 di Kota Cirebon. Pada masa kepemimpinan Walikota Subardi dan Wakil Walikota Agus Alwafier. Pengumuman kelulusan CPNS saya sebagai guru IPS SMP sempat tidak mau diambil. Saya merasa sudah nyaman di kantor perusahaan pemberitaan.
Selain pola kerja yang cocok, profesi jurnalis bisa berbuat banyak.untuk perubahan masyarakat. Bisa menjadi kontrol terhadap pemerintahan. Keikutan tes seleksi kala itu untuk menemani isteri melamar guru PAI. Sayangnya pas tes tidak satu ruangan. Isteri malah tidak lulus.
Sikap saya itu karena di perushaaan lama kesejahteraannya cukup memadai. Gaji dan kesejahteraan PNS III/a masih kalah jauh. Hingga ada upaya untuk memindahkan CPNS saya kepada isteri. Tapi semua berujung gagal total.
Pak bos kantor lama menasehati. Jika kelulusan CPNS tak diambil, maka akan menyakiti banyak orang. Ribuan orang mau jadi PNS tapi belum beruntung. Beliau berpesan, bahwa tak bisa memastikan masa depan karyawannya. Kini, esok dan yang akan datang tidak menjamin kantornya akan lebih baik.
Pilihan saya makin berubah ketika dapat saran dari paman di jurnalis nasional Jakarta. Bahwa menjadi jurnalis hanya produktif pada usia muda. Setelah itu banyak kasus sering keluar atau berhenti.
Alasan lainnya, ruang gerak PNS tidak bebas. Karena akan banyak aturan dan kebijakan yang membatasi abdi negara ini.
Mereka yang tetap tertarik menjadi PNS lebih karena kepastian hidup. Hidup masa kini, masa depan. Karena punya gaji stabil tiap bulan. Ada tunjangan keluarga, karir, pendidikan, kesehatan hingga mudah hutang dan dapat jaminan pensiun hari tua.
Kendati kini fasilitas itu tak melulu menjadi hak istimewa bagi PNS. Ada banyak lembaga atau perusahaan menjanjikan dan memberikan fasilitas yang sama, bahkan lebih. Terlebih bagi mereka yang memilih jalan di luar zona aman: menjadi entreprenuer.
Dunia pebisnis adalah dunia menjanjikan. Jika berhasil penghasilannya berlipat-lipat daripada menjadi seorang pegawai. Uang akan bekerja untuk majikannya. Bukan kita bekerja untuk uang. Fenomena ini mulai tren pada 1998-an seiring banyak korban PHK akibat krisis moneter. Krisis yang sama ketika masa pandemi covid-19.
Sebagian kaum muda milenial tak sedikit mencari jalan hidup menjadi eksmud, eksekutif muda. Pola hidup mereka, cara berfikir mereka, memilih hidup yang everytime, everywhere, bisa free time, free activity, free money. Sekalipun jalan ini akan menguji mental dan talenta mereka, andrenalin mereka.
Profil milenial ini mulai banyak uji nyali tiap seleksi CPNS pasca reformasi. Lebih-lebih ketika seleksi mulai menggunakan sistem online (CAT). Proses seleksi lebih transparan, obyektif. Mereka yang kurang smart minggir.
Memang hak seseorang mundur dari kelulusan CPNS. Namun jika alasan gaji, mestinya mereka sudah mencari info sebelum mendaftar tes. Sisi hikmah lainnya, kasus ini bisa menjadi bahan evaluasi kebijakan pemerintah perlunya peningkatan kesejahteraan PNS.
Jika kesejahteraan PNS tidak menyesuaikan kebutuhan yang ada. Mereka yang swasta akan nyinyir: jika tidak korupsi PNS tidak bisa kaya. Wallahu'alam bishowab. (*)
Pronggol, 1 Juni 2022
PaDE Rochman