Januari 20, 2022

15% Serti untuk Profesionalisme

Penulis:
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I
Analis Kurikulum dan Pembelajaran Dinas Pendidikan Kota Cirebon

Jangan pernah berhenti belajar, apalagi jika Anda seorang pengajar. Pesan ini sering terdengar dalam berbagai kesempatan acara. Dalam berbagai tulisan. Ini menunjukkan betapa pentingnya belajar sepanjang hayat bagi manusia, lebih-lebih bagi yang berprofesi sebagai guru . Belajar, belajar dan belajar adalah sebuah proses membentuk manusia menjadi manusia beradab, sehingga bisa menciptakan peradaban. Melalui belajar, manusia mampu bertahan dan melangsungkan kehidupannya di muka bumi. Kendati berbagai ujian hidup menerpanya.

Belajar bagi seorang guru adalah kebutuhan primer, pokok. Tidak boleh berhenti setelah sekolah, setelah kuliah atau setelah pelatihan, workshop dan sejenisnya. Karena guru adalah pengajar sekaligus pendidikan, penguasaan dan upgrade ilmu adalah sebuah keniscayaan. Tanpa itu guru tak mungkin bertugas secara profesional. Salah satu syarat profesionalisme adalah berkompeten ilmu di bidangnya. Dan ilmu di dunia pendidikan terus bergerak dinamis, berinovasi dan berkreasi. Terlebih di era globalisasi teknologi informasi komunikasi sekarang ini. Ilmu dan informasi datang begitu deras mengalir dari segala penjuru.
Perubahan jaman berdampak pada perubahan paradigma dan kebutuhan sumber daya manusia (SDM). Guru-guru mau tak mau harus sigap, adaptif dan responsif terhadap perubahan tersebut. Bagaimana guru-guru yang lahir di era "kolonial". Guru-guru yang masuk generasi X (lahir 1965-1980), harus mengajar dan mendidik anak-anak generasi Z bahkan sudah masuk ke generasi Gen Alpha. Generasi yang lahir tahun
2012 dan akan berlanjut setidaknya hingga tahun 2025. Generasi baru ini lahir dan dibesarkan dengan hiruk pikuk teknologi modern.

Perubahan cepat tersebut jika tak disikapi serius oleh guru-guru maka akan terjadi kesenjangan pola pikir dan sikap. Perbedaan ini cepat atau lambat akan banyak melahirkan masalah-masalah baru, karena guru dan siswa memiliki perbedaan sudut pandang dalam sisi-sisi kehidupan. Nah disinilah perlu dan pentingnya guru berliterasi. Harus mau dan mampu mengupgrade kompetensinya.  Namun tetap menjaga integritas moralnya agar kompetensi kepribadiannya tetap di jalan yang benar. 
Tentu tidak semuanya cuma-cuma upaya guru dalam menigkatkan kompetensi dan profesionalismenya. . Untuk itu, guru pintar harus tahu cara meningkatkan profesionalisme guru. Cara meningkatkan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah mengikuti pelatihan, lokakarya, seminar, workshop atau sejenisnya yang bisa mendukung kualitas pembelajaran. Dengan tunjangan profesi (sertifikasi) yang diperoleh, guru bisa menggugurkan kewajiban dan menyalurkan anggaran peningkatan dan pengembangan kompetensi guru dengan benar.

Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Dra Poppy Dewi Puspitawati, MA pada 9 Mei 2017 pernah mengatakan kepada guru-guru Indonesia agar dana sertifikasi yang diterima 15% bisa dialokasikan untuk peningkatan profesionalismenya. Pentingnya peningkatan kompetensi tersebut mengingat tantangan guru-guru ke depan semakin berat dalam menyambut bonus demografi Indonesi di era global. Hal itu disampaikan direktur kepada 260 guru SD dan SMP se- Indonesia dalam Seminar Nasional bertema Membangun Profesionlisme Guru Pendidikan Dasar dalam Era Global di Jakarta Pusat. 

Di era transisi new normal pandemi ini, guru-guru di wilayah Cirebon mulai lagi rutinitas mengajar. Setelah hampir dua tahun bergelut dunia learning online. Setelah sempat mengalami learning loss. Memulai aktifitas sekolah, guru-guru harus siap beradaptasi dan melanjutkan program dan kebijakan pendidikan nasional. Ada guru dan sekolah penggerak, Asesmen Nasional/AKM, literasi, numerasi dan karakter. Ada juga kebijakan baru kurikulum prototipe dan lainnya. Ini tentu menjadi tantangan guru-guru profesional.

Upaya percepat adaptasi pembaruan dunia pendidikan, awal tahun 2022 ini komunitas literasi Gelemaca menawarkan kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi guru. Lokakarya literasi pada 2-3 Februari ini sangat baik untuk diikuti guru-guru. Acara dua hari itu konon akan membahas seputar kebijakan nasional literasi, numerasi, ANBK/AKM. Juga menyinggung perihal guru dan sekolah penggerak. Tak lupa guru-guru akan dibekali materi pembuatan video pembelajaran. Narasumber ada dari Kemendikbud Ristek dan juga kepala sekolah guru berprestasi. Materi yang dibutuhkan guru-guru masa kini. (*)

Sumber: Radar Cirebon, 20 Januari 2022 (halaman Gelemaca)